Sekjen PBB: Situasi Kemanusian Suriah Semakin Mengerikan

Guterres sangat mendesak Bab al-Hawa untuk tetap terbuka untuk bantuan PBB.

Reuters/Ammar Abdullah
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan, bahwa situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Suriah semakin memburuk.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan, bahwa situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Suriah semakin memburuk. Kondisi parah ini akan semakin meningkat jika pengiriman bantuan dari Turki ke barat laut yang dikuasai pemberontak tidak diperbarui bulan depan.

Guterres mengatakan dalam laporan kepada Dewan Keamanan (DK) PBB yang diperoleh Associated Press pada Senin (12/12/2022), bahwa bantuan lintas batas ke barat laut tetap menjadi bagian tidak terpisahkan dari operasi kemanusiaan. Program tersebut menjangkau semua orang yang membutuhkan.

Pengiriman melintasi garis konflik di dalam negeri telah meningkat, meski telah ditekankan oleh sekutu dekat Suriah, Rusia. Namun, menurut Guterres, PBB tidak dapat menggantikan ukuran atau ruang lingkup operasi besar-besaran lintas batas PBB.

Rusia juga telah mendorong proyek pemulihan awal di Suriah dan Guterres mengatakan setidaknya 374 proyek telah terjadi di seluruh negeri sejak Januari. Kemajuan ini secara langsung menguntungkan lebih dari 665 ribu orang, tetapi masih diperlukan perluasan lebih lanjut.

DK meminta laporan dari sekretaris jenderal tentang kebutuhan kemanusiaan Suriah dalam resolusi pada Juli. Pada kesempatan itu, resolusi memperpanjang pengiriman makanan, obat-obatan, dan bantuan lain yang sangat dibutuhkan melalui penyeberangan Bab al-Hawa dari Turki ke barat laut Idlib selama enam bulan hingga 10 Januari.

Rusia telah berusaha untuk mengurangi bantuan lintas batas, dengan tujuan menghilangkannya. Pada Juli 2020, Cina dan Rusia memveto resolusi PBB yang akan mempertahankan dua titik penyeberangan perbatasan dari Turki untuk bantuan kemanusiaan ke barat laut Idlib. Beberapa hari kemudian, pengiriman bantuan dikurangi menjadi hanya penyeberangan Bab al-Hawa selama satu tahun seperti yang kedua negara minta.

Pada Juli 2021, Rusia mendesak pengurangan lebih lanjut akhirnya menyetujui perpanjangan enam bulan dengan enam bulan lainnya bergantung pada laporan dari sekretaris jenderal tentang kemajuan pengiriman lintas batas. Namun pada Juli tahun ini, Moskow bersikeras pada otorisasi PBB hanya selama enam bulan.

Guterres sangat mendesak Bab al-Hawa untuk tetap terbuka untuk bantuan PBB. Dia memperingatkan bahwa penghentian pengiriman lintas batas di tengah bulan-bulan musim dingin akan berisiko meninggalkan jutaan warga Suriah tanpa bantuan yang diperlukan untuk bertahan dalam kondisi cuaca yang buruk. Dia mengatakan, bantuan lintas batas tetap menjadi jalur kehidupan bagi jutaan orang.

Menurut Guterres, pembaharuan resolusi DK PBB yang mengesahkan pengiriman lanjutan tidak hanya kritis tetapi keharusan moral dan kemanusiaan. Menurut laporannya, 7,5 juta orang tinggal di daerah yang tidak berada di bawah kendali pemerintah Suriah, terutama di seberang utara dengan sejumlah kecil di Rukban di tenggara. Sebanyak 6,8 juta di antaranya membutuhkan bantuan kemanusiaan karena permusuhan dan perpindahan yang meluas.

"Setelah 11 tahun konflik, negara ini masih memiliki jumlah pengungsi internal terbesar di dunia, mendorong salah satu krisis pengungsi terbesar di dunia, dan situasi kemanusiaan terus memburuk,” ujar Guterres.


Situasi yang sudah mengerikan itu diperparah dengan penyebaran kolera di seluruh negeri, pandemi Covid-19, ekonomi dan iklim yang memburuk, serta guncangan lain yang disebabkan oleh manusia. "Akibat dari tantangan tersebut, pada 2023, 15,3 juta orang dari total populasi 22,1 juta diperkirakan membutuhkan bantuan kemanusiaan, dibandingkan dengan 14,6 juta orang pada 2022. Ini adalah tingkat tertinggi orang yang membutuhkan sejak awal konflik pada 2011," kata Guterres.

Data tentang kebutuhan kemanusiaan ini dikumpulkan oleh PBB dan mitranya dari lebih dari 34 ribu rumah tangga pada Juli hingga Agustus. Hasilnya menemukan bahwa 85 persen rumah tangga benar-benar tidak mampu atau tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka, meningkat dari 75 persen pada 2021.

Laporan tersebut juga mengutip peningkatan 48 persen pada kekurangan gizi akut yang parah di antara anak usia enam bulan hingga lima tahun pada 2022 dibandingkan dengan 2021. Setidaknya 25 persen anak di bawah usia lima tahun di beberapa wilayah terhambat pertumbuhannya dan berisiko mengalami kerusakan permanen pada perkembangan fisik dan kognitif.  

"Infeksi berulang, keterlambatan perkembangan, kecacatan dan kematian,” kata laporan tersebut.

Guterres mengatakan, cuaca musim dingin diperkirakan akan memperburuk situasi bagi jutaan warga Suriah. Paling rentan adalah kelompok yang berada di barat laut yang bergantung pada pengiriman bantuan lintas batas. Mereka menghadapi kondisi kemanusiaan yang menurun karena permusuhan yang sedang berlangsung dan ekonomi yang semakin masuk ke dalam krisis.

"Saat ini, di barat laut, 4,1 juta orang, 80 persen di antaranya perempuan dan anak-anak, dari 4,6 juta penduduk, diperkirakan membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan paling dasar mereka,” kata Guterres.

 
Berita Terpopuler