Maman S Mahayana: Remy Sylado ‘Seniman Gila’ Penggagas Puisi Mbeling, tak Ada Duanya

Terlepas dari berbagai kontroversinya, Maman menilai Remy Sylado tidak ada duanya.

Antara/Dodo Karundeng
Sastrawan Remy Sylado meninggal dunia pada Senin (12/12/2022). Remy terkenal sebagai seniman serbabisa. Salah satu karyanya yang paling terkenal ialah Ca-Bau-Kan yang diangkat ke layar lebar.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sastrawan sekaligus kritikus sastra Maman S Mahayana menyebut kemunculan Remy Sylado dalam kesusastraan Indonesia bertepatan dengan semangat kebebasan. Setelah terjadi masa kelam tahun 1960-an, munculnya Remy di '70-an, semakin menyemarakkan kehidupan kesusastraan dan kesenian di Indonesia.

Secara keseluruhan, menurut Maman, tentu saja kehadiran Remy kala itu telah menumbuhkan pengembangan pada kebudayaan Indonesia. Remy Sylado bisa disebut "seniman gila" karena gagasan-gagasannya yang menggugah dan inspiratif, walaupun kadang kala kontroversial.

"Dia juga cerdas memilih situasi sosial yang pas berkaitan konteks sosial yang terjadi pada masa itu," kata Maman saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (12/12/2022).

Menurut Maman, posisi Remy dalam kesusastraan Indonesia menjadi sangat penting terutama di era '70-an. Misalnya, dengan melahirkan majalan Aktuil yang mampu menumbuhkan semangat anak-anak muda di seluruh Indonesia pada sastra musik dan kesenian.

Kala itu, Aktuil menjadi majalah musik yang paling diikuti. Begitu juga di bidang sastra, Remy menolak kemapanan sastrawan Horison dengan membuka ruang puisi Mbeling.

Baca Juga

Remy turut menumbuhkan kepenulisan puisi yang aneh dan melawan arus, tapi sekaligus menarik. Ketika situasi berubah dan kesusastraan Indonesia sudah mulai mapan dengan perkembangan eksperimentasinya, Remy tetap berkarya, baik dalam film, seni lukis, seni rupa, drama, teater, hingga novel.

"Jadi saya kira Remy bukan sekadar serbabisa, tapi juga sangat produktif dan karya-karyanya menginspirasi karena dia sadar betul dengan sasaran pembacanya," kata Maman yang merupakan penulis Kitab Kritik Sastra.

Sasaran pembacanya adalah masyarakat sastra yang bergairah pada berbagai eksperimentasi, kebaruan. Bahkan, sampai sekarang Remy masih terus berkarya.

"Saya kira hebatnya Remy di situ yang nggak ada duanya. Pantas kalau kemudian pemerintah memberi penghargaan seni budaya atau apa pun pada Remy. Terlepas dari berbagai kontroversinya," kata sastrawan 65 tahun tersebut.

Remy Sylado telah berpulang dalam usia 77 tahun pada Senin (12/12/2022) dan akan dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta pada Selasa. Sastrawan bernama asli Japi Panda Abdiel Tambajong itu terkenal dengan karyanya mulai dari Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa, Kerudung Merah Kirmizi, hingga Malaikat Lereng Tidar.

 
Berita Terpopuler