Belajar Agama di Antara Tanda Allah SWT Inginkan Husnul Khatimah untuk Seseorang?

Menuntut ilmu agama di antara tanda Allah SWT kehendaki husnul khatimah

ANTARA/Adeng Bustomi
Ilustrasi belajar agama. Menuntut ilmu agama di antara tanda Allah SWT kehendaki husnul khatimah
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Orang-orang yang bersemangat menuntut ilmu memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT. Kelak mereka akan merasakan manisnya memiliki ilmu. 

Baca Juga

Pendakwah Habib Abu bakar bin Hasan Assegaf, mengatakan, ilmu adalah warisan Nabi Muhammad SAW. Maka, penting bagi setiap Muslim untuk terus mencari ilmu sepanjang hidup. 

Karena itu, mengutip perkataan muallif (pengarang) Simtud ad-Duror Habib Ali bin Mu ham mad al-Habsyi, majelis ilmu tidak hanya mendatangkan keberkahan, tapi juga mempunyai manfaat yang besar. 

Dalam kitab Syarh Ibnu Abi Jamroh terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari. Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW bersabda: 

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barang siapa yang berjalan mencari ilmu maka Allah SWT mudahkan jalannya menuju surga.” 

Habib Abubakar Assegaf mengatakan, ada dua makna tentang kata jalan (thariq) dalam hadits tersebut. Pendapat pertama mengatakan, kata itu berarti orang yang mencari ilmu ketika di dunia maka nanti di akhirat akan dimudahkan melalui jembatan shiratal mustaqim sehingga selamat dan sampai ke surga.

Pendapat kedua mengatakan bahwa jalan (thariq) dalam hadits tersebut adalah maknawi yang berarti seseorang yang menuntut ilmu kelak akan dipermudah jalannya menuju surga melalui amal-amal yang dikerjakannya disertai dengan ilmu.

"Secara maknawi maksudnya orang yang melewati jalan mencari ilmu maka di dunia akan dipermudah jalannya menuju surga dengan cara orang itu diberi taufik, kemampuan untuk melakukan amal-amal kebaikan yang bisa menyampaikan dia ke surga," kata Habib Abu bakar Assegaf dalam pengajian rutin di Masjid Agung Al Anwar, Kota Pasuruan. 

Baca juga: Pernah Benci Islam hingga Pukul Seorang Muslim, Mualaf Eduardo Akhirnya Bersyahadat 

Karena itu, menurut Habib Abubakar, mereka yang duduk di majelis ilmu telah mendapatkan taufik dari Allah SWT. Artinya, Allah menghendaki kebaikan pada orang-orang yang duduk di majelis ilmu sehingga mudah masuk ke dalam surga. 

Habib Abubakar juga mengatakan, dalam riwayat lain terdapat hadits yang menerangkan bahwa, siapa yang Allah SWT kehendaki mendapatkan kebaikan maka orang itu akan diberikan pemahaman oleh Allah SWT untuk mengerti tentang ilmu agama.

Habib Abubakar mengatakan, kebaikan yang dikehendaki Allah SWT pada orang-orang yang mau mencari ilmu adalah segala macam kebaikan, baik itu kebaikan dunia maupun akhirat. 

Maka, orang yang belajar dan memahami ilmu agama tanda dikehendaki Allah SWT untuk mencapai husnul khatimah. Karena itu, dalam riwayat tersebut ditegaskan juga bahwa ilmu itu diperoleh dengan proses belajar atau upaya terus-menerus dalam thalabul ilmi.

Dalam riwayat lainnya, Habib Abubakar menjelaskan bahwa duduknya seorang hamba di majelis ilmu lebih baik daripada melaksanakan ibadah sunnah selama 60 tahun. Itu menunjukkan besarnya ke uta ma an mencari ilmu. Karena itu, ulama terdahulu enggan menyia-nyiakan waktu hidupnya sedikit pun.

Mereka gigih mencari ilmu kendati harus menempuh perjalanan yang jauh. Seperti Syekh Ibrahim al-Misri yang tetap belajar meski harus menempuh perjalanan dari Mesir ke Madinah untuk mengaji kepada Imam Malik hingga 18 tahun. 

Begitu juga Imam as-Sarkhawi yang selalu mengikuti kemana pun gurunya, Ibnu Hajar al-Asqalani. Dia tak mau terlewatkan satu pun fadilah ilmu yang disampaikan gurunya itu. 

Lebih lanjut Habib Abubakar mengatakan, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW mengatakan bahwa umat akan terus tegak dalam menjalankan perintah Allah SWT. Tidak akan ada yang bisa memberikan kemu daratan kepada mereka sampai hari kiamat. 

Ada beragam penjelasan ulama dalam memaknai umat yang dimaksud dalam hadits tersebut. Sebagian ulama ada yang menyebut mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh pada sunah ajaran Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, Imam Bukhari berpendapat, yang dimaksud dalam hadits itu adalah ahli ilmu. 

 

Menurut Imam Ahmad, umat dalam hadits tersebut adalah ahli hadits. Namun, kebanyakan ulama sependapat dengan Imam Nawawi yang mengatakan bahwa yang dimaksud umat di situ adalah orang-orang mukmin, baik itu ahli hadits, ahli fikih, ahli jihad, ahli zuhud, dan ahli dalam bidang lain yang keberadaannya menyebar di tengah orang-orang mukmin. 

 
Berita Terpopuler