Gejala Strok Bisa Muncul 10 Tahun Sebelum Serangan, Seperti Apa?

Strok terjadi mendadaa, tapi tanda peringatannya bisa muncul 10 tahun sebelumnya.

EPA-EFE/NARENDRA SHRESTHA
Lansia (Ilustrasi). Beberapa tanda yang muncul jauh sebelum serangan strok terjadi adalah penurunan fungsi kognitif yang lebih cepat dan masalah untuk berfungsi dalam keseharian.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu ciri dari serangan strok adalah terjadi secara tiba-tiba. Meski begitu, tanda peringatan strok ternyata bisa muncul sekitar 10 tahun lebih awal.

Mengacu pada Centers for Disease Control and Prevention (CDC), strok atau serangan otak adalah kondisi yang terjadi ketika aliran darah ke bagian tertentu otak terhambat. Hambatan ini bisa disebabkan oleh adanya sumbatan di dalam pembuluh darah otak atau oleh pecahnya pembuluh darah otak.

Ketika serangan strok terjadi, beberapa gejala bisa muncul secara tiba-tiba. Menurut Kementerian Kesehatan RI, gejala strok adalah senyum tidak simetris, gerak separuh anggota tubuh melemah, tiba-tiba sulit bicara, atau ucapan sulit dimengerti.

Selain gejala yang muncul saat serangan, beberapa tanda peringatan juga bisa muncul jauh sebelum strok terjadi. Hal ini diungkapkan oleh sebuah studi dalam Journal of Neurology Neurosurgery and Psychiatry.

Menurut studi, beberapa tanda yang muncul jauh sebelum serangan strok terjadi adalah penurunan fungsi kognitif yang lebih cepat dan masalah untuk berfungsi dalam keseharian. Tanda-tanda ini biasanya muncul sekitar satu dekade sebelum serangan strok pertama terjadi.

Hal ini diketahui setelah tim peneliti menganalisis data dari 14.712 partisipan dalam studi berbasis populasi, Rotterdam Study. Selama studi berlangsung, tim peneliti menginvestigasi kemampuan para partisipan dalam menjalani keseharian, seperti mencuci, makan, atau berpakaian. Tim peneliti juga memantau kemampuan para partisipan dalam menjalani aktivitas yang lebih rumit, seperti mengelola keuangan.

Tim peneliti lalu memantau kasus strok yang terjadi di antara partisipan selama periode 1990-2018. Dari pemantauan inilah, tim peneliti menemukan bahwa penurunan fungsi kognitif dan masalah fungsi dalam keseharian bisa terjadi sekitar 10 tahun sebelum serangan strok.

Selain itu, tim peneliti menemukan bahwa individu yang memiliki gen APOE juga lebih berisiko mengalami strok. Gen APOE merupakan gen yang sebelumnya diketahui berhubungan dengan penyakit Alzheimer. Kondisi lain yang juga tampak meningkatkan risiko strok adalah kualifikasi akademis yang lebih rendah.

"Individu dengan penurunan kognitif dan fungsi memiliki risiko lebih tinggi terhadap strok dan merupakan kandidat yang cocok untuk menjalani percobaan pencegahan," ungkap tim peneliti.

Baca Juga

Menekan risiko strok
Ada beragam hal yang bisa dilakukan untuk menekan risiko strok. Salah satu di antaranya adalah memperbaiki gaya hidup dan mengontrol tekanan darah. Beberapa hal lain yang juga disarankan adalah menerapkan pola makan yang sehat, olahraga, berhenti merokok, dan menghindari alkohol.

Membatasi asupan garam juga menjadi salah satu upaya pencegahan strok yang penting. Beragam badan kesehatan menganjurkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi lebih dari 6 gram garam per hari. Terlalu banyak konsumsi garam bisa menyebabkan terjadi tekanan darah tinggi, yang kemudian meningkatkan risiko strok.

Olahraga rutin juga perlu dilakukan. Olahraga yang disarankan olahraga berintensitas sedang selama 150 menit per pekan, seperti bersepeda atau jalan cepat.

 
Berita Terpopuler