Khosta-2: Virus Baru Mirip SARS-CoV-2 Ditemukan pada Kelelawar Tapal Kuda di Rusia

Khosta-2 tampak dapat menginfeksi manusia, resisten terhadap vaksin Covid-19.

Pixabay
Ilustrasi virus corona. Sarbecovirus yang masih satu keluarga dengan virus corona, selama ini tidak mengkhawatirkan. Namun, salah satu virus sarbecovirus, Khosta-2, punya kemampuan menginfeksi manusia.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah virus baru yang mirip dengan virus penyebab Covid-19 (SARS-CoV-2) telah ditemukan pada kelelawar tapal kuda yang hidup di Rusia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran virus bernama Khosta-2 itu dapat menginfeksi manusia.

Para ilmuwan di Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa Khosta-2 yang berasal dari kelompok sabercovirus itu dapat menginfeksi manusia dan mungkin kebal terhadap vaksin yang ada saat ini. Sarbecovirus, yang masih anggota keluarga virus corona, tersebar luas di Asia dan Eropa timur.

Penulis utama studi, Dr Michael Letko, dari Washington State University di AS, mengatakan penelitian lebih lanjut menunjukkan sarbecovirus beredar di satwa liar di luar Asia, bahkan di tempat-tempat seperti Rusia barat di mana virus Khosta-2 ditemukan. Menurut Dr Letko, sarbecovirus juga menimbulkan ancaman terhadap kesehatan global dan kampanye vaksin yang sedang berlangsung terhadap SARS-CoV-2.

Asal usul pasti dari sarbecovirus tidak jelas dan saat ini sedang diselidiki oleh tim di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Khosta-2 pertama kali ditemukan pada kelelawar tapal kuda (horseshoe bat) dua tahun lalu dan petugas medis menemukan bahwa virus ini, seperti SARS-CoV-2, dapat menginfeksi sel manusia jika ditularkan dari hewan ke manusia.

Para peneliti mengatakan temuan mereka menyoroti pentingnya mengembangkan vaksin yang mencakup spektrum virus yang luas, bukan hanya satu garis keturunan, seperti Covid-19. Dr Letko mengatakan, saat ini masih ada kelompok yang mencoba merancang vaksin yang akan melindungi manusia dari varian SARS-CoV-2 berikutnya.

Baca Juga

"Sayangnya, banyak dari vaksin kita saat ini dirancang untuk virus tertentu yang kita tahu menginfeksi sel manusia atau yang tampaknya menimbulkan risiko terbesar untuk menginfeksi kita," ujar Dr Letko, seperti dilansir dari laman The Sun, Jumat (23/9/2022).

Meski begitu, menurut Dr Letko, itu adalah daftar yang selalu berubah. Dr Letko yang merupakan ahli virologi menyebut, peneliti perlu memperluas desain vaksin ini untuk melindungi dari semua sarbecovirus.

Dalam beberapa tahun terakhir, ratusan sarbecovirus telah ditemukan, terutama pada kelelawar di Asia. Dalam kebanyakan kasus, virus tersebut tidak dapat menginfeksi manusia dan pada awalnya virus Khosta-1 dan Khosta-2 bukanlah ancaman.

"Secara genetik, virus Rusia yang aneh ini tampak seperti beberapa virus lain yang telah ditemukan di tempat berbeda di seluruh dunia, tetapi karena tidak terlihat seperti SARS-CoV-2, tidak ada yang mengira virus tersebut benar-benar sesuatu yang perlu dikhawatirkan," ujarnya.

Hanya saja, ketika melihat virus itu lebih jauh, peneliti benar-benar terkejut menemukan mereka dapat menginfeksi sel manusia. Itu sedikit mengubah pemahaman peneliti tentang virus ini, dari mana asalnya dan daerah mana yang menjadi perhatian.

Menulis di jurnal PLoS Pathogens, petugas medis mengatakan Khosta-2 menunjukkan sifat yang mengganggu, sementara Khosta-1 tidak mendatangkan kekhawatiran. Ini karena--seperti SARS-CoV-2, ia juga menggunakan protein lonjakan (spike protein) untuk menginfeksi sel manusia.

Infeksi terjadi ketika virus menempel pada protein reseptor yang disebut
angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Ketika melakukan tes lebih lanjut untuk melihat efek perlindungan dari vaksin Covid-19 maupun infeksi SARS-CoV-2 terdahulu, tim menemukan antibodi yang ada tidak efektif untuk melawan Khosta-2.

Peneliti kemudian mengujinya pada orang yang pernah terinfeksi omicron, namun lagi-lagi antibodi yang telah terbentuk tak mempan melawan Khosta-2. Kabar baiknya, menurut penulis, virus baru ini tidak memiliki beberapa fitur genetik yang dianggap "antagonis" terhadap sistem kekebalan dan berkontribusi pada penyakit pada manusia.

"Di sisi lain, ada risiko bahwa Khosta-2 dapat menimbulkan malapetaka andaikan bergabung dengan virus lain, seperti SARS-CoV-2," kata Dr Letko.

 
Berita Terpopuler