Kasbah, Saksi Perjuangan Umat Islam di Aljazair

Kasbah diibaratkan seperti perahu Nabi Nuh yang dihuni banyak kehidupan.

middleeaseye.net
Lanskap Kasbah Aljir, Aljazair
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kasbah adalah sebuah benteng bersejarah yang dibangun di atas perbukitan dan menghadap ke laut Mediterania di Aljir, ibu kota Aljazair. Kasbah diibaratkan seperti perahu Nabi Nuh yang dihuni banyak kehidupan.

Baca Juga

Seorang pelaut Inggris mengatakan, Kasbah akan tampak seperti layar sebuah kapal jika dilihat dari tengah laut. "Ia (Kasbah) terlihat seperti bagian atas sebuah kapal," ujar pelaut itu seperti dikutip oleh sebuah artikel di laman aramcoworld.

Saat ini, Kasbah merupakan permukiman kuno yang bersejarah dan padat penduduk di Aljazair. Begitu padatnya, jalan di sana berbentuk seperti labirin dan berundak-undak. Karena itu, seorang pendatang baru harus di dampingi penduduk setempat jika tidak ingin tersesat di dalamnya.

Pada masa penjajahan Prancis, Kasbah adalah tempat persembunyian dan pusat gerakan pejuang Aljazair. Tentara Prancis akan kesulitan mengejar pejuang Aljazair saat me reka bersembunyi di dalam Kasbah.

Pengembara abad ke-16, Leo Africanus mencatat di sana juga terdapat banyak toko roti, sedangkan 600 tahun sebelumnya ahli geografi Ibnu Hawkal memuji air jernih yang mengalir dari air mancur di Kasbah.

 

 

Pada abad ke-6 SM, situs bersejarah ini pernah dihuni oleh pedagang Fenisia, dan juga orang-orang Carthage. Kemudian, pada abad ke-7, datanglah berbagai suku dan bangsa, seperti Barbar, Roma, Bizantium, dan Arab. "Berbagai suku seperti Barbar, Roma, Bizantium, dan Arab bergantian datang ke sini dan akhirnya mengambil kota," catat Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).

Sejak 1830 M, Aljazair dijajah oleh Prancis selama 13 dekade, setelah sebelumnya dikuasai Spanyol dan Turki. Dulu, Kasbah merupakan taman dan istana, tapi sekarang ini sudah banyak diisi oleh rumah warga.

Pada masa penjajahan, Prancis menamakan jalan-jalan di kawasan itu dengan nama tokoh-tokoh Prancis, seperti Charlemagne, Chartres, dan lain-lain. Selama terjadi perang kemerdekaan Aljazair, darah pejuang bangsa banyak ditumpahkan di Kasbah. 

Kawasan ini terdiri atas sekitar 60 hektare rumah-rumah yang dibangun secara padat, dan terdapat 350 jalan-jalan yang berliku. Se karang Kasbah menjadi rumah bagi sekitar 80 ribu orang dari total 3,5 juta penduduk Aljazair.

Pada abad ke-17, terdapat ratusan tawanan Eropa yang ditahan di Aljazair. Ketika terjadi perang antara Inggris dan Aljazair pada 1677 sampai 1682, setidaknya ada 3.000 sandera yang diculik dari 500 kapal Inggris.

Di antara yang disandera adalah seorang kapten laut Genoa bernama Piccinini, yang akhirnya masuk Islam pada 1622 dan meng ubah namanya menjadi Ali Bitchnine. Dia menikahi putri seorang sultan dari Suku Barbar, kemudian menjadi laksamana armada bajak laut dan mensponsori pembangunan sebuah masjid.

 

 

Masalah antara Aljazair dan kekuatan Eropa, serta Amerika berlangsung hingga awal 1800-an. Pada 1816, armada Anglo-Belanda membombardir kota dan mengeluarkan ikrar dari para penguasa untuk mengendalikan kapal-kapal yang bersenjata.

Pembangunan dinding perimeter dan gerbang Kasbah dimulai pada awal abad ke- 16. Pembangunan dimulai setelah bajak laut Turki, Baba Aruj, dan Khairuddin (Barborossa Bersaudara) diundang oleh penguasa Aljazair untuk mengusir penjajah Spanyol.

Ketika Baba Aruj yang bertangan satu tewas dalam pertempuran pada 1518, Khairud din mengambil alih kota di bawah naungan Turki Utsmani. Khairuddin kemudian menjadi laksamana tertinggi angkatan laut Turki Utsmani dan menjadi cambuk bagi para pelaut Eropa.

Orang Eropa sendiri mengenal Baba Aruj dan Khoiruddin sebagai Barbarossa dalam ba hasa Italia, Barbarousse dalam bahasa Prancis, dan Red Beard dalam Bahasa Inggris yang artinya si 'jenggot merah'. Patung Khairuddin kini berdiri tepat di luar tembok Kasbah. 

 
Berita Terpopuler