G20 DMM Sepakati Pekuat Multilateralisme Capai Pembangunan Berkelanjutan

Target Pembangunan Berkelanjutan dicapai melalui penguatan negara terhadap krisis.

ANTARA/Muhammad Adimaja
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa (kiri) memimpin jalannya pertemuanG20 Development Ministerial Meeting (DMM) 2022 di Tanjungpandan, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (8/9/2022). Dalam pertemuan tersebut membahas mengenai pemetaan untuk pemulihan dan ketahanan yang lebih kuat di negara berkembang pulau kecil, berkembang dan tertinggal serta pernyataan visi menteri G20 tentang multilateralisme untuk dekade aksi SDGs.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PANDAN -- Acara puncak G20 Development Ministerial Meeting (DMM) pada Kamis (8/9/2022), para delegasi menyepakati memperkuat komitmen kerja sama multilateralisme untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Meski diakui terdapat kemunduran dalam pertumbuhan ekonomi dan pencapaian SDGs, karena tantangan pembangunan yang sedang berlangsung.

Baca Juga

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Republik Indonesia/Bappenas Suharso Monoarfa menyatakan, dilakukan dua sesi pertemuan DMM dalam menunjukan komitmen yang akan ditunjukan. Para delegasi menekankan kembali komitmen untuk mempercepat pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs.

Cara yang bisa ditempuh dengan melalui penguatan ketahanan negara-negara berkembang dalam menghadapi krisis di masa depan. "Kita juga mendukung upaya meningkatkan skala skema pembiayaan inovatif yaitu blended finance untuk pencapaian SDGs," ujar Suharso dalam konferensi pers usai sidang tertutup DMM bersama 31 perwakilan delegasi dari berbagai negara dan lembaga internasional.

Dalam sesi itu, para delegasi berkomitmen untuk mengoptimalkan produktivitas, dan meningkatkan daya saing bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) agar resilien dalam menghadapi guncangan dan tantangan. "Kami berkomitmen untuk memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi guncangan, krisis, dan bencana di masa depan melalui implementasi Perlindungan Sosial Adaptif," ujar Suharso.

Untuk menjalankan itu, para delegasi pun berkomitmen melakukanya dengan menerapkan pertumbuhan berkelanjutan. Upaya ini perlu didorong dengan transformasi menuju ekonomi hijau dan ekonomi biru, melalui pembangunan rendah karbon, dan pembangunan berketahanan iklim.

"Kami berkomitmen untuk meningkatkan pembiayaan campuran atau blended finance, bagi negara-negara berkembang, dengan menunjukkan kepemimpinan dalam implementasi konkret yang akan dilaksanakan selanjutnya," kata Suharso.

 

Dalam pertemuan itu pun ditegaskan kembali dukungan terhadap pembaruan multilateralisme atau reinvigorating multilateralism untuk memastikan capaian SDGs secara tepat waktu. Hal ini mengingat beberapa tantangan sedang dihadapi, seperti pemulihan pasca-pandemi Covid-19 yang masih rentan, perubahan iklim, kepunahan keanekaragaman hayati, ancaman terhadap ketahanan pangan, dan stagnasi ekonomi.

Selain itu, tensi geopolitik yang terjadi pun memberikan implikasi negatif yang ditimbulkan. Padahal, Suharso menyatakan, untuk menyelesaikan tantangan pembangunan, diperlukan langkah maju yang kolaboratif antara seluruh negara.

Menurut Suharso, untuk menyampaikan isu sensitif itu, pendekatan Indonesia dinilai menjadi cara terbaik. Indonesia memilih cara agar semua anggota G20 merasakan dan memahami dengan cara masing-masing.

"Kita tidak gunakan kata-kata pengaruh yang tidak menyenangkan bagi anggota G20 lainnya tetapi juga tidak memberikan kalimat superior yang lainnya," ujar kepala Bappenas itu. 

 

Pertemuan tingkat menteri pembangunan G20 yang telah berlangsung juga dinilai telah menunjukan perwujudan komitmen bersama dalam pembentukan Development Working Group di G20.  Dalam hal itu memperlihatkan upaya mempersempit ketimpangan pembangunan dan pengentasan kemiskinan global.

 
Berita Terpopuler