Pengidap Diabetes Rentan Alami Gejala Berat Jika Kena Cacar Monyet

Pengidap diabetes mengalami perubahan dari sel kekebalan hingga rentan terinfeksi.

AP Photo/Martin Mejia
Seorang dokter menunjukkan luka di tangan pasien yang disebabkan oleh cacar monyet di rumah sakit Arzobispo Loayza di Lima, Peru, Selasa, 16 Agustus 2022. Pengidap diabetes berisiko mengembangkan gejala parah ketika terinfeksi virus cacar monyet.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam, Jeffri Aloys Gunawan menjelaskan orang dengan faktor risiko lebih rentan terkena cacar monyet. Terkait dengan faktor risiko, secara umum ada empat tipe orang yang rentan terpapar virus cacar monyet, yaitu ibu hamil, anak-anak berusia kurang dari delapan tahun, orang yang terpapar dengan hewan seperti petugas di kebun binatang, dan orang dengan imunitas atau kekebalan yang melemah.

Dr Jeffri menjelaskan kekebalan yang melemah ini terdiri atas kekebalan yang disebut innate dan adaptive. Innate ini contohnya adalah kekebalan yang diperantarai oleh sel makrofag dan lainnya, sedangkan kekebalan adaptive adalah kekebalan yang diperantarai oleh limfosit sel B dan sel T.

"Kelemahan dari imunitas atau kekebalan ini menyebabkan virus monkeypox mudah masuk ke dalam tubuh pengidap diabetes sehingga lebih rentan terjadi infeksi dan bermanifestasi menjadi gejala," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Senin (5/9/2022).

Selain itu, dr Jeffri juga menjelaskan penderita gangguan imun--seperti penyakit autoimun khususnya diabetes tipe 1--berisiko mengalami infeksi parah ketika terkena cacar monyet. Sebab, pengidap diabetes mengalami hiperglikemia alias kelebihan gula yang menyebabkan disfungsi dari respons imun.

Baca Juga

Kondisi ini akan menyulitkan pengidap diabetes ketika melawan kuman-kuman, termasuk virus cacar monyet. Itulah yang menyebabkan pengidap diabetes biasanya berisiko mengalami gejala yang lebih berat saat terkena cacar monyet.

Menurut dr Jeffri, tubuh pengidap diabetes mengalami perubahan dari sel-sel kekebalan yang disebut dengan cell-mediated immunity dan yang kedua dari antibodi atau antibody-mediated immunity. Perubahan yang terjadi berupa penurunan pada keduanya.

"Nah untuk cell-mediated ini biasanya itu yang menurun adalah fungsi sel makrofag di mana sel tersebut memiliki kemampuan untuk membunuh virus yang masuk, termasuk virus cacar monyet ini," ujarnya.

Meskipun pengidap diabetes terpapar virus cacar monyet, harapan sembuh dan pulih tetap ada. Hanya saja, perlu dilakukan upaya untuk menstabilkan kadar gula darah ketika menjalani pemulihan.

Kadar gula yang tinggi tidak terkontrol ada kaitannya dengan penurunan kekebalan tubuh. Dengan mengontrol kadar gula maka kekebalan tubuh akan menjadi pulih sehingga tidak mudah terkena infeksi yang lain.

Dr Jeffri mengatakan perlu juga dilihat apakah pengidap diabetes tersebut sudah mengalami komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya. Kalau terjadi komplikasi atau komorbid, hal ini dapat menyebabkan pengidap diabetes lebih sulit dan lebih lama waktu yang diperlukan untuk pulih dibanding biasanya.

"Hal ini disebabkan adanya gangguan fungsi pada organ-organ dalam sebagai collateral damage, adanya kerusakan ini menyebabkan pemulihannya biasanya lebih lama," ujarnya.

Ketika pengidap diabetes terpapar cacar monyet, penanganan yang dilakukan adalah sama hal nya dengan pasien-pasien tanpa diabetes. Hanya saja, pada pengidap diabetes penanganan harus dilakukan juga secara simultan dan segera mengupayakan untuk mengontrol kadar gula darah.

Dr Jeffri mengatakan upaya ini penting untuk untuk menghindari lonjakan jumlah sel yang rentan mengalami kerusakan lanjutan akibat infeksi cacar monyet. Cacar monyet pada pengidap diabetes diatasi secara bersamaan dengan pemberian antivirus dan insulin untuk menurunkan kadar gula darah tinggi.

"Bila gejala klinis mendukung dan gula darah tinggi di atas 250, gula darah tinggi ini harus cepat diatasi untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi ke organ-organ lain," jelasnya.

 
Berita Terpopuler