Gulkarmat: Nyolong Listrik-Instalasi tak Sesuai Picu Korsleting, Penyebab Utama Kebakaran

Mayoritas kasus kebakaran terjadi akibat korsleting.

Republika/Thoudy Badai
Petugas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) melakukan proses pendinginan di lokasi kebakaran pemukiman di kawasan Simprug Golf II, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Ahad (21/8/2022). Kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 10.48 WIB yang diduga akibat korsleting listrik di salah satu kontrakan di kawasan tersebut.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mengungkap penyebab utama kebakaran. Sebanyak 60-70 persen kebakaran di Jakarta terjadi akibat arus pendek listrik (korsleting).

"Kalau dilihat dari tren kebakaran selama lima tahun terakhir ini memang rata-rata itu penyebabnya arus pendek," kata Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta,Satriadi di Jakarta, Senin (29/8/2022).

Arus pendek listrik itu, menurut Satriadi, bisa terjadi lantaran banyak warga yang masih menggunakan listrik dengan instalasi yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Selain itu kualitas peralatannya juga tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

"Kami pernah buat kajian, kami lihat banyak juga masyarakat yang instalasinya tidak sesuai, kemudian ada juga yang bisa dibilang nyolong listrik, alatnya tidak sesuai ketentuan," katanya.

Hal tersebut makin menambah bahaya kebakaran. Padatnya Jakarta oleh hunian dan bangunan yang berdempetan sehingga akhirnya api akan cepat merembet.

"Kita tahu juga kondisi Jakarta rata-rata banyak yang padat hunian, rumahnya rapat-rapat kemudian bangunannya juga semi permanen. Perambatannya cepat sekali," katanya.

Aktivitas ekonomi di DKI Jakarta sangat tinggi dengan kondisi perumahan serta permukiman yang horizontal dan tidak vertikal. "Berbeda dengan luar negeri yang vertikal seperti apartemen sehingga proteksi kebakarannya lebih terkendali," tuturnya.

Satriadi juga mengatakan, bangunan terutama gedung-gedung yang dibangun seharusnya memiliki instalasi kelistrikan sesuai sertifikasi asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI). Dari segi instalasinya untuk mengurus IMB seharusnya seperti itu. Baru PLN menyalurkan arusnya.

"Tapi faktanya kan banyak bangunan yang belum memenuhi persyaratan itu," katanya.

Baca Juga

Peralatan tak standar
Demi meminimalkan kemungkinan kebakaran, Satriadi mengimbau warga kembali mengecek kembali instalasi listrik di rumah masing-masing. Pastikan sudah sesuai degan ketentuan kelistrikan yang berlaku.

"Peralatannya juga apakah memenuhi standar yang ditentukan, yakni SNI. Hindari beli peralatan yang tidak sesuai," katanya.

Menurut Satriadi, masih banyak peralatan yang harga murah tetapi kualitasnya diragukan dan tidak standar. "Karena kita tahu juga banyak peralatan kelistrikan yang dijual di pasar malam yang Rp 10 ribu dapat tiga, yang kita nggak tahu standarnya seperti apa," katanya.

Berdasarkan data yang dihimpun, Satriadi menjelaskan, selama lima tahun terakhir (2018-2022) kebakaran di Jakarta sudah terjadi 8.004 kejadian. Yang terbanyak terjadi pada 2019 dengan jumlah 2.161 kejadian, 2018 sebanyak 1.751, 2021 sebanyak 1.532, 2020 sebanyak 1.501 dan 2022 sebanyak 1.059.

Untuk penyebab kebakaran selama lima tahun terakhir, dari 8.004 kebakaran, yang disebabkan korsleting sebanyak 4.829 kejadian (60 persen), kemudian karena penyebab lainnya sebanyak 1.180 kejadian (14 persen). Sedangkan akibat membakar sampah sebanyak 859 kejadian (10,7 persen), gas sebanyak 804 kejadian (10,4 persen), rokok sebanyak 295 kejadian (3 persen) dan akibat lilin sebanyak 37 kejadian (0,4 persen).

 
Berita Terpopuler