Otak Menyusut-Menua Lebih Cepat Kalau Jantung Sudah tak Sehat di Usia 30-an

Salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan otak adalah kondisi kesehatan jantung.

www.freepik.com.
Perempuan di usia 30-an (ilustrasi). Studi terbarui menemukan bahwa umur otak pada orang-orang yang sebaya bisa sangat bervariasi. Kesehatan jantungnya turut memengaruhi kesehatan otak.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan jantung yang buruk di usia 30-an bisa membuat otak menua lebih cepat dibandingkan seharusnya. Proses penuaan otak yang lebih cepat ini juga terjadi bersamaan dengan menyusutnya volume otak.

Kedua kondisi tersebut diketahui berkaitan dengan penurunan fungsi kognitif dan masalah kesehatan otak lain. Salah satunya adalah penyakit Alzheimer.

Hal ini diketahui melalui sebuah studi yang dimuat dalam jurnal The Lancet Healthy Longevity. Studi ini menemukan bahwa umur otak pada orang-orang yang sebaya bisa sangat bervariasi.

Seluruh partisipan yang terlibat dalam studi memiliki rentang usia 69-72 tahun. Akan tetapi, perkiraan usia otak mereka berkisar antara 46-93 tahun. Tim peneliti juga menemukan bahwa pria cenderung memiliki umur otak yang lebih tua dibandingkan wanita sebaya mereka.

Selama menjalani studi, tim peneliti memantau kehidupan para partisipan. Hal ini memungkinkan mereka bisa mengetahui faktor gaya hidup apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan otak.

Hasil studi menunjukkan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan otak adalah kondisi kesehatan kardiovaskular di usia 36 tahun atau 69 tahun. Bila di kedua masa usia tersebut kondisi kesehatan kardiovaskular buruk, seseorang bisa lebih berisiko memiliki masalah kesehatan otak di kemudian hari.

Studi ini juga menemukan bahwa orang yang mengidap penyakit serebrovaskular cenderung memiliki kesehatan otak yang lebih buruk. Seperti diketahui, penyakit serebrovasklar memengaruhi aliran darah dan pembuluh darah di otak.

"Kami harap teknik ini suatu saat bisa menjadi alat yang berguna untuk mengidentifikasi orang-orang yang berisiko terhadap penuaan (otak) yang lebih cepat, sehingga mereka bisa diberikan indakan pencegahan lebih dini untuk memperbaiki kesehatan otak mereka," kata ketua tim peneliti dari UCL Dementia Research Centre di Queen Square Institute of Neurology, Prof Jonathan Schott, seperti dilansir The Sun, Kamis (25/8/2022).

Baca Juga

Mengenal Alzheimer
Alzheimer merupakan sebuah penyakit di mana ada penumpukan protein amyloid beta pada otak. Kondisi tersebut lalu menyebabkan terbentuknya plak. Plak-plak ini kemudian dapat menyebabkan putusnya hubungan antara sel-sel saraf di otak, kematian sel-sel tersebut, dan rusaknya jaringan otak.

Kenali gejala Alzheimer. - (Republika)


Penderita Alzheimer juga memiliki beberapa zat kimia kunci di otak dalam jumlah yang lebih rendah. Padahal, zat-zat kimia tersebut berperan dalam mengirimkan pesan-pesan. Kekurangan zat-zat kimia ini membuat otak tak mampu memproses pesan tertentu seperti sebelumnya.

Sejauh ini, belum ada terapi yang bisa menyembuhkan Alzheimer. Akan tetapi, beberapa terapi bisa membantu meningkatkan zat-zat kimia yang berperan dalam memproses pesan tersebut.

Beberapa terapi juga dapat meredakan sebagian gejala Alzheimer. Namun, penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang progresif. Hal ini membuat pasien akan mengalami lebih banyak gejala dan perburukan gejala seiring waktu.

Mulanya, gejala Alzheimer mungkin tidak terlalu jelas. Akan tetapi, seiring waktu, gejala yang muncul bisa sampai mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya. Meski ada beberapa gejala umum yang kerap terjadi, tiap penderita Alzheimer bisa mengalami gejala yang berbeda.

Terlepas dari itu, tanda paling awal yang kerap muncul pada Alzheimer adalah masalah daya ingat. Hal ini bisa ditandai dengan sering kehilangan benda yang sering dipakai seperti kacamata atau kunci, sulit menemukan kata yang sesuai saat berbincang, melupakan percakapan yang baru terjadi, tersasar di lingkungan yang familiar, atau melupakan janji atau momen perayaan penting.

 
Berita Terpopuler