Mengintip Keunikan Arsitektur Masjid Agung Sumenep

Masjid Agung Sumenep telah menjadi kebanggaan masyarakat Madura.

Screen Capture Youtube
Masjid Agung Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Agung Sumenep memiliki gerbang yang merupakan landmark bagi Pulau Madura. Gerbang tersebut memiliki bentuk layaknya sebuah kastil. Warna yang mendominasinya adalah paduan warna kuning dan putih. Dari bentuk gerbang tersebut terlintas adanya pengaruh gaya arsitektur China, India, dan corak lokal.

Baca Juga

Khusus arsitektur gaya China, hal ini tecermin dari pilihan warna kuning. Dalam sebuah literatur disebut, kuning itu merupakan warna kerajaan pada kekaisaran Cina. Pengaruh yang begitu dominan tersebut tak lepas juga dari sang arsitek yang ternyata berdarah Cina. Namanya Lauw Piango. Ia adalah cucu dari Lauw Khun Thing yang menjadi satu dari enam orang China yang pertama menetap di Sumenep.

Mengintip video tentang Masjid Sumenep yang diunggah di laman Youtube, masjid ini memiliki atap berbentuk limas persegi empat. Atap limas bertumpang dua. Model atap semacam ini menjadi salah satu ciri dari gaya arsitektur Jawa yang tecermin melalui atap joglo. Pada bagian ujung atap tersebut terpasang mastaka berbentuk tiga bulatan yang menjadi identitas sebuah masjid lokal.

Layaknya masjid tua di negeri ini, bagian selasar atau arcade masjid dibuat secara luas. Di antara tiang-tiang penghubungnya itu, dibuatkanlah bentuk lengkungan layaknya masjid-masjid yang ada di wilayah India.

Sementara, pengaruh budaya lokal tecermin dari ukiran yang menghiasi sepuluh bagian jendela dan bagian sembilan pintu besar. Bagian jendela dan pintu tersebut terbuat dari material kayu. Ukiran-ukiran yang menghiasi kayu ini mengambil bentuk flora. Ini dapat dimaklumi karena dalam Islam sangat tidak dianjurkan untuk menempatkan bentuk binatang ataupun manusia di dalam masjid.

Ukiran bunga ini dihiasi dengan pilihan warna hijau dan kuning. Dalam sebuah situs ditulis ukiran yang ada di pintu utama masjid ini sangat kental pengaruh budaya China. Situs tersebut menulis, ukiran yang tersaji pada Masjid Agung Sumenep ini memiliki kemiripan dengan ukiran yang jumpai di daerah Palembang yang notabene dipengaruhi cukup kuat oleh budaya Cina.

 

Sebelum memasuki bagian dalam, setiap pengunjung yang hendak melewati pintu masjid ini akan bisa melihat jam antik berukuran besar bermerek Junghans. Hadirnya jam ini secara tak langsung kian memperkuat usia masjid ini yang telah lanjut.

Memasuki bagian interior, begitu terasa. Maklum saja, di bagian ini berdiri tegak 13 tiang seukuran 1,5 tangan orang dewasa yang dilingkarkan. Konon, jumlah 13 tiang ini menyimpan makna, yang merujuk pada arti rukun shalat. Tiang besar ini juga bisa ditemukan pada bagian selasar masjid. Jumlahnya ada 20 pilar.

Pada bagian mihrab, terdapat hiasan pedang. Kabarnya, pedang tersebut berasal dari Irak. Mengutip informasi yang ada di laman Wikipedia, awalnya pedang tersebut terdapat dua buah, tetapi salah satunya sekarang ini telah hilang dan tidak pernah kembali. 

Pengaruh China kembali menonjol pada bagian mihrab masjid. Ini tecermin dari pilihan warna yang mencolok. Paduan warna kuning emas, biru, dan putih memberikan kesan yang begitu 'ramai' pada bagian mihrab ini. Pada bagian ini, mihrab masjid memiliki bagian yang agak menjorok ke dalam. Ukurannya tak terlalu besar. Fungsinya sebagai tempat imam memimpin shalat.

 

Sementara itu, pada bagian langit-langitnya, tak banyak ornamen hias yang ditampilkan. Pada bagian ini terlihat juga dominasi kayu yang dijadikan penopang atap masjid. Walau terkesan sederhana, pesona interior masjid ini tidaklah menjadi hilang. Dengan segala kesederhanaan bentuk interiornya tersebut, Masjid Agung Sumenep ini telah menjadi kebanggaan bagi seluruh penduduk di Pulau Madura.

 
Berita Terpopuler