Menkes: Kajian Vaksin Anak dan Lansia Upaya Perkuat Antibodi Warga

Pemerintah masih menjajaki pemberian vaksin bagi anak di bawah usia enam tahun.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 ke seorang anak di Lobby Langit 23 Paskal, Kota Bandung, Kamis (28/7/2022). Kementerian Kesehatan berencana memberikan vaksin Covid-19 untuk anak di bawah usia enam tahun.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa pengkajian lebih lanjut terkait pemberian vaksin Covid-19 pada anak dan lansia merupakan bentuk upaya pemerintah dalam memperkuat antibodi warga Indonesia. Berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, Indonesia akan mengupayakan vaksinasi untuk anak-anak di bawah enam tahun.

"Kita akan mulai jajaki. Sudah ada vaksinnya di dunia yang disetujui, vaksinasi pediatri namanya," kata Budi dalam konferensi pers Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (23/8/2022).

Baca Juga

Budi menuturkan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan saat ini sedang memperdalam kajian pemberian vaksin Covid-19 kepada kelompok rentan yang belum bisa mengikuti vaksinasi. Kajian yang dilakukan termasuk bagi lansia dan penderita komorbid.

Rencananya, pemberian vaksinasi pada kelompok dengan antibodi rendah itu akan dimulai pada akhir 2022. Di samping itu, pemerintah menggencarkan dosis vaksin Covid-19 lanjutan bagi kelompok lansia dan komorbid sesuai dengan nama dan tempat tinggalnya.

Vaksinasi Covid-19 anak usia 5-11 tahun. - (Republika)

Hal itu terus diupayakan agar antibodi yang dimiliki masyarakat saat ini tetap terbentuk setelah antibodi sejumlah pihak mengalami penurunan akibat enam bulan lebih tidak melakukan vaksinasi lanjutan. "Kami segera berikan alternatif vaksin yang ada agar bisa meningkatkan kadar imunitasnya, untuk menjaga level imunitas populasi Indonesia, untuk menghadapi atau siap-siap pada awal tahun depan kalau misalnya ada varian baru," ucap Budi.

Menurut Budi, turunnya antibodi tidak bisa disepelekan. Sebab, mutasi virus akan terus terjadi, meski hasil atau dampak yang diberikan oleh subvarian baru yang lahir jauh lebih lemah dari subvarian yang sebelumnya.

"Jadi mutasi virus itu akan membuat inangnya lebih susah mati. Itu mengapa sebabnya virus yang baru pasti lebih lemah dari virus yang lama, karena dia tidak ingin juga cepat-cepat mati. Itulah sebabnya omicron lebih lemah dari delta," ujarnya.

Budi mengatakan apabila pemerintah sudah memiliki data valid terkait pihak-pihak yang telah melakukan vaksinasi beserta dosis terakhir yang didapatkan, nantinya distribusi vaksin pada pihak yang diprioritaskan dapat diberikan tepat sasaran. Budi berharap upaya tersebut dapat menjaga kadar antibodi masyarakat tetap tinggi, saat negara akan menghadapi kemungkinan terjadinya mutasi virus Covid-19 yang baru pada awal tahun 2023.

"Dengan demikian, kita akan memprioritaskannya bukan vaksin booster I, booster II, atau booster III. Tapi kapan terakhir dia yang bersangkutan divaksin karena makin lama dia divaksin, otomatis makin rendah kadar antibodinya itu caranya kita prioritaskan," kata Budi.

 
Berita Terpopuler