Gangguan Tiroid Kerap tak Disadari Penderitanya

Gangguan tiroid kerap terlihat orang di sekitar karena ada pembengkakan di leher.

Reuters
Pengecekan gangguan tiroid (Ilustrasi). Menurut GLOBOCAN tahun 2020, kanker tiroid menempati urutan ke-12 dengan kasus kanker terbanyak, yaitu mencapai 13.1141.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter bedah onkologi Arif Kurniawan mengatakan bahwa gangguan pada kelenjar tiroid kerap tak disadari oleh para penderitanya. Kerap kali, justru orang-orang di sekitarnya yang melihat perubahan tersebut.

"Bisa juga terdeteksi karena adanya pengecekan yang tidak sengaja melalui ultrasonografi (USG)," kata ahli onkologi RS Royal Mandaya Hospital itu dalam keterangannya pada Senin (15/8/2022).

Oleh sebab itu, deteksi dini dan kesadaran masyarakat terhadap kanker tiroid perlu ditingkatkan agar masyarakat bisa mendapatkan penanganan lebih dini. Selain dari pendeteksian dini, pengobatan dan penatalaksanaan pada pasien pun harus tepat.

Sementara itu, dr Eko Purnomo SpKN-TM(K) selaku ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI) menjelaskan bahwa proses pengobatan kanker tiroid dilakukan melalui pembedahan. Selanjutnya, pasien akan menjalani ablasi, yaitu pembersihan sisa pembedahan dengan metode terapi nuklir.

"Biasanya masyarakat khawatir ketika mendengar kata nuklir, tetapi sebenarnya tidak perlu khawatir karena terapi nuklir ini bukan ditembakkan tetapi metode ini merupakan metode terapi yang dilakukan dengan melalui sistem oral (diminum), sehingga pasien tidak perlu diinfus ataupun disuntik," kata dia.

Namun demikian, ketika kondisi kanker ini mengalami refrakter (tidak mempan dengan ablasi), prinsip dan metode terapi harus diubah melalui metode sistemik, yaitu metode kemoterapi atau metode terbaru terapi target. Dr Eko menjelaskan terapi target dilakukan dengan cara pasien mengonsumsi obat melalui oral.

Menurut GLOBOCAN tahun 2020, kanker tiroid menempati urutan ke-12 dengan kasus kanker terbanyak, yaitu mencapai 13.1141. Kasus kanker tiroid ini dua hingga tiga kali lebih berisiko pada pasien wanita dibandingkan pria.

Baca Juga

Dela Listiya, salah satu pejuang kanker tiroid yang bergabung dalam Yayasan Pita Tosca, menceritakan mengenai gejala awal dirinya terdiagnosis kanker tiroid. Dela mengaku kesadaran itu justru bukan dari dirinya sendiri, tetapi kerabat dan keluarga yang menyadari bahwa adanya pembesaran pada lehernya.

"Saya melihat ada perubahan pada diri saya seperti berjerawat, mudah stres, dan beberapa celana saya kebesaran dan teman-teman saya juga berkomentar bahwa bagian leher saya terlihat sangat besar. Baru setelah itu saya melakukan pemeriksaan awal", kata Dela.

Hal ini juga ternyata dirasakan oleh Cahyaniati yang juga merupakan pejuang kanker tiroid dan kanker payudara. Dia mengatakan, setelah lima tahun saya menjadi penyintas kanker payudara, dia kembali merasakan kejanggalan pada kesehatannya.

"Napas saya merasa tersengal-sengal, saya kesulitan untuk berbicara dan saya mengalami batuk yang tidak kunjung usai sampai akhirnya saya melakukan PET scan dan ditemukan adanya hiperkalsemi dan akhirnya saya disarankan untuk melakukan tiroidektomi (pengangkatan kelenjar tiroid)."

 
Berita Terpopuler