Peluru Fatwa Khomeini dan Kisah Matar Hadi Penusuk Ayat-Ayat Setan dari Lebanon Selatan

Bila fatwa Imam Khomeini ternyata seperti peluru yang terus menuju sasaran.

AP/Gene J. Puskar
Hadi Matar, 24, tengah, tiba untuk dakwaan di Gedung Pengadilan Chautauqua County di Mayville, NY., Sabtu, 13 Agustus 2022. Matar, yang dituduh melakukan serangan penusukan terhadap penulis Satanic Verses Salman Rushdie, telah masuk pembelaan tidak bersalah atas tuduhan percobaan pembunuhan dan penyerangan.
Red: Muhammad Subarkah

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Penusukan Salman Rushdie yang dilakukan oleh Hadi Matar (24 tahun) di New York membuat kontroversi dunia. Sebagian Muslim mengutuk isu itu asal nama kemanusian, tapi sebagian lainya memaklumi itu tindakan wajar karena dia telah melakukan kejahatan yang jauh lebih besar dari pembunuhan, yakni fitnah, kepada Nabi Muhammad.

Prof Abdul Hadi, Penyair kondang dan Guru besar falsafah Islam Universitas Paramadina Jakarta menyatakan, semenjak dahulu Rusdhie memanfaatkan novel Ayat-Ayat Setan-nya sebagai sarana mengolok Islam. Kalangan penguasa negara barat juga memanfaatkan soal ini sebagai alat untuk menyudutkan Iran, terutama Iran. Amerika Serikat sebagai pemimpin negara barat kesal bukan main kepada Iran setelah jatuhnya raja Syah Reza Pahlevi yang selama berkuasa menjadi sekutu utamanya. AS berperang kata dengan Iran dengan menuduhnya sebagai negara sarang teroris. Tuduhan itu dibalas Iran melalui Imam Khomeini dengan menuduh balik Amerika sebagai: ‘Setan Besar’.

Hingga kini konflik itu terus terjadi sampai sekarang. Amerika Serikat mengembargo Iran. Iran pun biasa saja. Dia tak gentar dengan embargo ini sebab kenyataannya berbagai produk Amerika Serikat masih gampang didapati. Yang paling sepele, misalnya Rokok Malioboro masih gampang didapat di Tehran.

Perseteruan Amerika dan Iran bahkan kini makin seru. Iran ngotot akan membuat negara senjata nuklir. Dia menyatakan nuklir adalah hak semua warga dan negara di dunia. Tidak ada yang bisa memonopoli. Amerika dan negara barat jelas khawair. Israel yang semua orang sudah tahu bahwa negara itu dilindungi Amerika geram. Angkatan bersenjatanya berungkali menyerang fasilitas nuklir Iran yang melakukan proses pengayaan nuklir.

Terkait aksi Matar yang lahir di California, Amerika Serikat (AS), tetapi baru-baru ini pindah ke New Jersey,  Pemimpin agung Iran Ayatollah Khamenei dilaporkan memuji penikaman penulis novel Ayat-Ayat Setan Salman Rushdie (75 tahun). 

Dia mengatakan fatwa yang dikeluarkan Ayatollah Khomeini pada 1989 fterhadap Rushdie ibaratnya seperti peluru yang tidak akan berhenti sebelum mengenai sasarannya.

Seorang penasihat senior tim perunding nuklir Iran Seyed Mohammad Marandi mengatakan, dia tak akan meneteskan air mata untuk penulis yang menyemburkan kebencian dan penghinaan tanpa henti kepada Muslim dan Islam.

Bahkan, beberapa akun yang berafiliasi dengan Garda revolusi Iran secara terbuka membanggakan serangan ini. Ini secara jelas mereka tetap mendemdam dan terus menuntut balas atas kematian komandan legendarisnya ketika ditembak melalui operasi tentara AS yang menggunakan drone ketika dia tengah berada di Irak.

 

Media Barat Tetap Memanggil Rushdie dengan mulia: ‘Sir’

Berbeda dengan publik Iran yang membanggakan serangan Matar, media massa barat mengutuknya keras-keras. Melalui para pemimpin negara itu apa yang dikatakan kecaman beberapa perdana menteri negara itu, seperti Perdana Menteri Inggris dan Prancis. Lagi-lagi, atas nama kemanusiaan dan kebebasan berekpresi.

Media di barat begitu memuliakan sosok Rushdie. Media Inggris, Daily Mail, misalnya tetap menyebut Salman Rusdhie dengan gelar kebangsawanan yang diberikan Ratu Inggris kepadanya, yakni Sir. Hal itu itu terlihat pada berita media tersebut di bawah ini yang juga memuat lengkap sosok dan asal-usul Matar Hadi tersebut.

Berita itu berjudul: “Knifeman who 'tried to murder' Salman Rushdie kept his religious fanaticism secret from his 'very nice' family, neighbor says, as suspect's tearful mom is seen for first time since attack.” (Pisau yang 'mencoba membunuh' Salman Rushdie merahasiakan fanatisme agamanya dari keluarganya yang 'sangat baik', kata tetangga, karena ibu tersangka yang menangis terlihat untuk pertama kalinya sejak serangan),

Salman Rushdie memamerkan medali dari Ratu Inggris yang membuat dia menyandang gelar bangsawan: Sir. - (france.24)

 

Berita dari Daymail.co.uk lengkapnya begini:

'Simpatisan Iran' Hadi Matar, 24, dituduh mencoba membunuh Sir Salman Rushdie merahasiakan fanatismenya dari teman dan keluarga terdekatnya

Tetangga New Jersey menggambarkan keluarga itu sebagai 'orang normal dan pendiam'

Ibu Matar, Silvana Fardos, 46, terlihat hampir menangis ketika dia memasuki rumah keluarga senilai $ 700.000 di Fairview, New Jersey pada hari Sabtu.

Matar mengaku tidak bersalah atas percobaan pembunuhan dan penyerangan tingkat dua di Penjara Kabupaten Chautauqua pada hari Sabtu

Dia ditahan tanpa jaminan dan didakwa atas tuduhan pada Jumat malam setelah dipindahkan dari barak Polisi Negara Bagian New York di Jamestown.

Sir Salman Rushdie, 75, mungkin kehilangan mata setelah menderita kerusakan saraf parah saat pisau ditusukkan ke lehernya

Penulis menulis Satanic Verses, yang memicu perang budaya pada tahun 1988 di Inggris, yang menyebabkan kerusuhan mematikan di seluruh negeri

Dia dikeluarkan fatwa oleh Ayatollah Khomeini Iran pada Februari 1989 dan bersembunyi selama bertahun-tahun - pindah ke AS pada 2000

'Simpatisan Iran' yang dituduh mencoba membunuh Sir Salman Rushdie merahasiakan fanatismenya yang menyesatkan dari teman dan keluarga terdekatnya, DailyMail.com dapat mengungkapkan.

Ibu dan saudara kandung Hadi Matar yang terguncang tetap bersembunyi di rumah mereka di Fairview, New Jersey sehari setelah polisi menggerebek properti empat tempat tidur untuk mencari petunjuk dalam penikaman hiruk pikuk penulis terkenal Rushdie yang kini berusia 75 tahun.

 

Kawasan Lebanon Selatan dan Syiah

Bagi anda yang pernah ke Lebanon selatan memang sangat jelas kawasan itu merupakan umat Islam yang bermahzan Syiah. Suasana ini berbeda dengan Lebanon Utara yang sekuler dengan jalanan yang disemaraki foto iklan perempuan berpakaian terbuka, di kawasan Lebanon penuh dengan poster bernuansa perjuangan Islam dan perempuan mengenakan jilbab khas syiah yang berawarna hitam. Di kawasan yang menjadi daerah kekuasaan pasukan Hizbullah itu lazim pula muncul gambar pemimpin besar revolusi Iran, Imam Khomeini hingga Hassan Nasrallah di jalanan.

Sikap anti-Amerika Serikat sangat jelas di sana. Di rumah penduduk dan juga dikawasan kamp pengungsi Palestina Sabra dan Shatila di mana penulis pernah berkunjung ke sana beberapa tahun silam, bendera Amerika Serikat dibuat menjadi keset kaki sebelum masuk ke dalam rumah. Ketika warga ketemu dengan orang asing, mereka selalu membuka pertanyaan dengan pertanyaan: Are You Amriki? ( Anda orangnya (mata-mata) Amerika?). 

Jadi sangat dimengerti bila orang Islam yang bermahzab Syiah baik yang di Iran dan kawasan lainnya, terutama di wilayah Lebanon Selatan, sangat membenci Amerika Serikat. Mereka menganggap Amerika juga bertindak sama, dan mereka juga akan terus melawannya.

Seorang anak laki-laki membawa bendera Hizbullah di Jibchit, Lebanon, pada bulan Februari saat ia berlari melewati potret, dari kiri, Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran saat ini; Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin Revolusi Islam Iran; dan Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah. - (New York Times)

 

Khusus untuk kasus penusukan terhadap Salman Rushdie,Sastrawan kondang dan guru besar Falsasfah Islam Univeritas Pramadina, Prof Dr Abdul Hadi WM, mengatakan itu terjadi sebagai konsekuensi Ruhdia karena menghina miliaran orang Islam sedunia . Ini karena setiap Muslim selalu selalu merasa bila Rasulullah Muhammad SAW dihina, berarti dirinya juga ikut dihina. 

‘’Kalau Tuhan orang Islam dihina tak terlalu besar implikasinya karena selalu masih ada peluang perdebatan pendapat. Tapi lain lagi bila nabinya dipakai bahan olokan atau dihina, maka akan langsung merasa setiap Muslim dirinya tengah ikut tercampakkan. Ini juga pendapat pakar sufi asal Jerman Annie Marie Schimmel. Maka itu harus dipahami. Jadi soal penghinaan terhadap Nabi Muhammad jangan dibandingkan dengan agama lain,’’ kata Abdul Hadi WM. 

Abdul Hadi yang menjadi legenda pelopor sastra sufi di Indonesia yang muncul pada dekade 1970-an lebih lanjut menyatakan, dalam dunia sastra akibat perilaku Salman Rushdie maka dia berhasil membuat dinding pemisah antara sastrawan Muslim dan bukan Muslim.

‘Dalam soal ini, Salman Rushdie merasa bila dirinya bagian dari dunia barat yang tidak bisa disalahkan dan selalu apa yang dikatakannya bena sehingga apa saja diperbolehkan. Sebaliknya, dunia barat merasa bila ada suara dari dunia lain, yakni dunia Islam, mereka boleh dinjak-injak. Nah, sekarang dia menerima imbalannya,’’ ujarnya lagi.

Menurut Abdul Hadi, dalam tradisi khazanah sastra di dunia Islam, tidak ada pengarang yang bersikap seperti Salman. ‘’Bila mereka menghina dunia barat itu karena sikap kolonialnya. Tapi coba cari dan tanyakan apakah ada pengarang Muslim yang menghina Yesus Kristus, Budha dan lainnya? Apakah ada pengarang Muslim yang mengatakan kitab suci agama lainnya itu kitabnya setan. Sama sekali taka ada.”

Maka, tegas Abdul Hadi, Salman Rushdie itu hanya sekedar pion bagi dunia barat untuk menghantam Islam. Sebab, implikasi dari semua tindakannya dengan menulis serta menyebarkan novel Ayat-Ayat Setan bukan soal agama lagi, tapi sudah meluas kepada masalah politik, sosial, dan budaya secara global. 

‘’Dulu Salman Rushide berjanji akan bertobat. Tapi dunia barat memakainya dan memanjakanya dengan memberikan perlindungan sanjungan, uang, penghargaan dan lainnya. Dia menjadi sangat terhormat dalam budaya barat,’’ kata Abdul Hadi.

Pada sisi lain, dari analisis Abdul Hadi, kemunculan novel Ayat-Ayat Setan itu memang dipakai untuk mengejek Iran. Karena terbit tak berapa lama sesudah meletusnya Revolusi Iran yang menumbangkan rezim pro barat, Syah Iran. ‘’Ayatollah Khomeini tahu maksud dari itu. Maka dia kemudian mengeluarkan fatwa hukum mati kepada Salman Rushdie.”

Bagaimana kualitasnya dalam bidang sastra dunia? Abdul Hadi mengatakan secara kualitas sastra novel Ayat-Ayat Setan biasa saja. Tak baik dan juga tak buruk. "Novel ini terkenal karena kontroversi dan imbas politiknya saja. Tak lebih itu. Jangan bandingkan novel ini dengan karya para pemenang penghargaan Nobel sastra. Sangat jauh kualitasnya.”

 

 

 

 
Berita Terpopuler