Gaza Berduka, 16 Anak Gugur karena Serangan Israel

Anak-anak Palestina tidak bisa menjalani masa kecil yang damai.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Para pelayat menghadiri pemakaman empat warga Palestina, tiga bersaudara dari keluarga Al-Nejm dan satu lagi korban serangan udara Israel pada 07 Agustus di Jalur Gaza utara, di kamp pengungsi Jabaliya, Jalur Gaza utara, 08 Agustus 2022. Militan Israel dan Palestina di Gaza mengkonfirmasi gencatan senjata yang dimediasi Mesir yang mulai berlaku pada 07 Agustus 2022, pukul 23:30 waktu setempat (20:30 GMT), setelah tiga hari saling bertukar serangan roket dan serangan udara yang mengakibatkan kematian sedikitnya 44 warga Palestina dan cedera. 360 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Gaza Berduka, 16 Anak Tewas karena Serangan Israel
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Laporan terbaru menyebut anak-anak menyumbang sepertiga dari jumlah warga Palestina yang gugur dalam serangan terbaru Israel di Jalur Gaza. Serangan Israel sejak 6 hingga 8 Agustus itu menyebabkan 47 warga Palestina, termasuk 16 anak-anak wafat.

Baca Juga

“Selama hidup mereka yang singkat, mereka mengalami teror dan kekalahan perang demi perang, tanpa peluang masa kanak-kanak yang damai,” kata Natasha Ghoneim dari Aljazirah, berbicara dari kamp pengungsi Jabaliya di Utara wilayah Palestina yang terkepung.

Dalam beberapa jam menjelang pengumuman gencatan senjata antara Israel dan kelompok Jihad Islam Palestina pada Ahad lalu, setidaknya delapan anak Palestina tewas dalam dua serangan terpisah yang hanya berselang beberapa menit.

Tiga korban di antaranya adalah anak-anak kembar 13 tahun bernama Dalia dan Mohammed dan saudara laki-laki mereka Ahmed yang berusia sembilan tahun tewas bersama ayah mereka, Yaser Nabahin, oleh serangan udara Israel di rumah mereka di kamp pengungsi al-Bureij.

Sedangkan, lima lainnya berumur empat hingga 17 tahun, sebagian besar dari keluarga Najam. Mereka pergi mengunjungi makam kakek mereka di sebuah pemakaman di kamp Jabaliya, sebelum serangan pesawat tak berawak Israel menghancurkan tubuh mereka.

Ramadan Shaban juga berada di pemakaman dan mengatakan lima anak laki-laki telah melewatinya. “Tidak ada yang terjadi di kuburan. Itu aman. Hanya beberapa detik setelah mereka lewat, saya mendengar suara drone bersenjata menghantam anak-anak. Saya melihat ke atas dan menemukan anak-anak sudah mati," ujarnya.

Salah satu ayah anak laki-laki Najam, Ehab, mengatakan tidak ada keamanan untuk anak-anak di Gaza. “Pemakaman yang diserang Israel ini seperti taman untuk anak-anak kami. Saya meminta masyarakat internasional untuk menekan Israel agar berhenti membunuh anak-anak kami," katanya.

Jumat lalu, Israel melancarkan serangan baru di Jalur Gaza yang terkepung, yang masih belum pulih dari perang Mei 2021 yang menewaskan lebih dari 260 warga Palestina dan menghancurkan ribuan rumah, bangunan, dan bisnis. Kali ini, Israel mengatakan melakukan serangan preemptif di Gaza setelah menangkap seorang anggota politik senior kelompok Jihad Islam Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

Kelompok itu tidak bereaksi terhadap penangkapan itu, tetapi setelah sebuah rudal Israel membunuh salah satu komandan senior mereka Taysir al-Jabari pada hari Jumat, sayap bersenjata Jihad Islam meluncurkan tembakan roket ke arah Israel. Tapi serangan itu tidak menelan korban.

'Perang dan pembantaian'

Dari 16 anak yang tewas di Gaza, sembilan tinggal di kamp pengungsi Jabaliya. Pada hari Sabtu, empat anak lain di kamp itu terbunuh, beberapa saat mereka pergi membeli makanan dari pasar.

Jenazah Hazem Salem (9 tahun) dan saudara Momen dan Ahmad al-Nairab (5) dan (11), masing-masing tiba di rumah sakit terdekat dalam keadaan berkeping-keping. Khalil Abu Hamada (18) juga tewas.

“Hampir setiap tahun kami mengalami perang dan pembantaian,” kata ibu Khalil, Najwa Abu Hamada.

Najwa harus menunggu 15 tahun sebelum mengandung Khalil, anak tunggalnya, melalui perawatan IVF (bayi tabung). “Ketika Khalil lahir, saya merasa dia tidak akan hidup lama. Tapi aku tidak pernah menyangka dia akan mati seperti ini,"katanya.

Militer Israel mengatakan kepada Aljazirah bahwa 200 roket yang diluncurkan oleh Jihad Islam Palestina salah tembak dan beberapa membunuh warga sipil. “[Israel] mengatakan insiden di pemakaman Jabaliya masih diselidiki, tetapi insiden pertama [pada hari Sabtu], yang menewaskan empat anak, adalah hasil dari roket yang ditembakkan oleh kelompok bersenjata,” kata Ghoneim.

Warga Palestina yang menyaksikan serangan itu menolaknya, dengan mengatakan kerusakan pada mobil-mobil di sekitarnya dan kekuatan ledakan itu konsisten dengan serangan udara Israel selama bertahun-tahun. “Itu tidak benar. Saya melihat dengan mata kepala sendiri roket Israel dari atap rumah saya. Orang Israel membantai anak saya. Tidak ada keraguan. Kelompok-kelompok Palestina tidak bertanggung jawab,"kata Iyad Abu Hamada, ayah Khalil.

 
Berita Terpopuler