Covid-19 Belum Usai, China Deteksi Virus Baru Langya, 35 Orang Terinfeksi

Langya henipavirus (LayV) tadinya tidak pernah menginfeksi manusia.

AP/Andy Wong
Petugas keamanan yang mengenakan pelindung wajah dan masker berjaga-jaga saat warga melakukan tes virus corona di lokasi pengujian di luar Drum Tower, Rabu, 23 Maret 2022, di Beijing, China. Di tengah pandemi Covid-19, China temukan infeksi Langya Henipavirus, virus yang sebelumnya tidak pernah menjangkiti manusia.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19, Centers for Disease Control (CDC) di China mengumumkan adanya temuan virus baru bernama Langya henipavirus (LayV) di dua provinsi. Sejauh ini, virus Langya telah menginfeksi 35 orang.

Virus Langya disebut sebagai virus baru karena sebelumnya tak pernah menginfeksi manusia. Seperti namanya, virus Langya berasal dari genus yang sama seperti virus Hendra dan virus Nipah, yaitu Henipavirus.

Genus ini bisa menyebabkan penyakit yang fatal dan berat pada manusia. Selain itu, belum ada vaksin atau obat untuk mengatasi virus-virus dari genus Henipavirus.

Virus Nipah, misalnya, pertama kali ditemukan pada 1999 di Malaysia dan Singapura. Infeksi virus Nipah menyebabkan 100 kasus kematian dari 300 kasus.

Mengacu pada data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Henipavirus diklasifikasikan sebagai biosafety level 4 dengan tingkat kematian antara 40-75 persen. Terkait kasus infeksi virus Langya, belum ada kasus kematian yang ditemukan di antara 35 pasien. Seperti diungkapkan Global Times, kasus berat juga tak ditemukan di antara pasien-pasien tersebut.

Melalui artikel dalam New England Journal of Medicine (NEJM), tim peneliti di China mengungkapkan bahwa ke-35 pasien mulanya diperiksa karena mengalami demam. Selain demam, tim peneliti juga banyak menemukan keluhan berupa kelelahan, batuk, hilang nafsu makan, nyeri otot, mual, sakit kepala, dan muntah pada para pasien.

Tim peneliti juga mendapati bahwa para pasien yang terinfeksi virus Langya memiliki riwayat kontak dengan hewan. Namun, melihat adanya beberapa klaster yang terbentuk, tim peneliti menilai virus Langya sudah menyebar di antara manusia sebelumnya.

"Tidak ada riwayat kontak erat atau paparan yang umum di antara para pasien, yang mengindikasikan bahwa ibfeksu pada populasin manusia mungkin sporadis," jelas tim peneliti dalam artikel, seperti dilansir The Sun, Rabu (10/8/2022).

Tim peneliti juga melakukan penelusuran pada sembilan pasien yang memiliki 15 anggota keluarga yang melakukan kontak erat dengan mereka. Hasil penelusuran ini menunjukkan bahwa tak ada transmisi virus Langya akibat kontak erat.

"Tapi sampel kami terlalu kecil untuk menentukan status transmisi antarmanusia untuk LayV (virus Langya)," ungkap tim peneliti.

Baca Juga

Tim peneliti meyakini bahwa hewan yang menjadi karier virus Langya adalah tikus. Hal ini didasarkan pada 25 studi mengenai virus Langya pada hewan.

Belakangan ini, penyakit-penyakit zoonosis di dunia semakin memunculkan kekhawatiran. Penyakit zoonosis adalah penyakit yang bisa berpindah dari hewan ke manusia.

Selain itu, para ahli juga kerap menyatakan bahwa Penyakit X bisa muncul kapan saja dan menyebabkan pandemi yang besar. Disease X adalah istilah yang digunakan oleh WHO untuk menyebut penyakit yang mungkin muncul di masa depan akibat patogen-patogen yang belum diketahui.

Ada beberapa faktor yang bisa mendorong munculnya patogen-patogen baru yang berpotensi menyebabkan pandemi. Swbagian di antaranya adalag penghancuran habitat alami, konsumsi dan penjualan hewan liar, serta perubahan iklim.

 
Berita Terpopuler