Muslim Albuquerque Ketakutan Usai Pembunuhan Empat Pria Muslim

Ketika hari mulai gelap, umat Muslim di Albuquerque tidak ada lagi yang keluar rumah.

Chancey Bush/The Albuquerque Journal via AP
Pemakaman Muhammad Afzaal Hussain (27 tahun) di Fairview Memorial Park, Albuquerque, New Mexico, AS pada Jumat (5/8/2022). Petugas yakin kematian pria berusia 27 tahun dan pria Muslim lainnya dalam sembilan bulan terakhir merupakan pembunuhan yang ditargetkan dan terkait dengan SARA.
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, ALBUQUERQUE -- Tiga pria Muslim meninggal dunia di Albuquerque, New Mexico, dalam rentang waktu hanya 10 hari. Pembunuhan tiga Muslim tersebut menimbulkan ketakutan yang besar di antara komunitas Muslim terkecil di Amerika itu.

Baca Juga

Kepolisian setempat mengatakan, ada kemungkinan ketiga pembunuhan tersebut saling berkaitan. Tidak menutup kemungkinan juga pembunuhan dipicu oleh ras dan agama.

“Ada kemungkinan kuat para korban menjadi sasaran karena ras dan agama mereka,” kata Aparat penegak hukum dilansir dari The Guardian, Senin (8/8/2022).

Sebelumnya terjadi pembunuhan terhadap Mohammad Ahmadi pada November 2021. Dalam serangan terakhir, Nayeem Hossain ditembak pada Jumat sore saat kembali dari pemakaman dua korban lainnya, Aftab Hussein dan Muhammad Afzaal Hussain, yang masing-masing ditembak pada 26 Juli dan 1 Agustus.

Tunangannya, yang sedang berbicara di telepon dengannya, mendengar suara tembakan saat dia sedang menunggu di tempat parkir. Hossain telah menjadi warga negara AS sejak dua minggu yang lalu.

“Sejak pembunuhan terakhir, komunitas Muslim setempat gelisah dan berusaha tetap tinggal bersama-sama,” kata Imam Islamic Center of New Mexico di Albuquerque Mahmoud Eldenawi.

Ketika hari mulai gelap, umat Muslim tidak ada lagi yang keluar rumah kecuali untuk hal-hal mendesak. Mereka berupaya menyelesaikan pekerjaan mereka secepat mungkin di siang hari. 

“Kecuali itu mendesak mereka tidak meninggalkan rumah di malam hari. Semua orang mengira mereka adalah target,” ujar Eldenawi.

“Kami adalah pemimpin agama, kami meminta orang untuk menjadi kuat, tetapi kami manusia, kami merasa prihatin dengan istri dan anak-anak kami,” kata Eldenawi.

Pendiri Islamic center, Abbas Akhil menambahkan mereka telah meminta mahasiswa Muslim, terutama yang berasal dari Pakistan yang tinggal di sekitar kampus, untuk waspada. “Pembunuhan itu terjadi dalam jarak satu mil dari daerah sekitar kampus Universitas New Mexico,” kata Akhil.

Pada Sabtu (6/8/2022), Gubernur New Mexico Michelle Lujan Grisham mengutuk pembunuhan itu dan mengatakan mereka sangat marah dan sepenuhnya tidak dapat ditoleransi. “Saya mengirim petugas polisi negara bagian tambahan ke Albuquerque untuk bekerja dalam koordinasi yang erat dengan APD dan FBI untuk membawa si pembunuh ke pengadilan dan mereka akan ditemukan," katanya.

“Mengikuti apa yang dikatakan penegak hukum itu mengganggu,” ujar juru bicara Council on American-Islamic Relations (Cair) Ibrahim Hooper.

Ia menambahkan dewan tersebut berusaha mengoordinasikan komunitas Muslim setempat. Kejahatan kebencian yang menargetkan ras dan agama memiliki jumlah korban tertinggi di antara jenis kejahatan kebencian lainnya di negara bagian.

Eldenawi dari Islamic Center mengatakan mereka puas dengan tanggapan penegak hukum setempat yang telah memeriksa mereka dan sejak pembunuhan Jumat, memiliki enam hingga tujuh anggota di masjid untuk memantau setiap potensi ancaman.

“Mereka juga sudah melakukan patroli di kawasan tersebut,” katanya.

Masjid biasanya menarik antara 300 dan 400 orang pada sholat Jumat, hari suci bagi umat Islam. Ia menyebutkan masyarakat juga mendapat dukungan dan solidaritas dari komunitas Kristen dan Yahudi setempat.

Eldenawi yang telah berada di komunitas selama 10 bulan, mengatakan insiden itu mengejutkan baginya karena dia tidak menghadapi diskriminasi apa pun baik di Albuquerque maupun di Arkansas, tempat dia tinggal selama tujuh tahun sebelum peristiwa terjadi. “Kecuali untuk serangan di mana seorang wanita mencoba membakar masjid, dia tidak mengalami diskriminasi atau kejahatan kebencian,” katanya.

Akhil, yang mendirikan pusat Islam, dan telah tinggal di komunitas selama 50 tahun, menggemakan hal ini. "Tidak pernah. New Mexico bukanlah tipe negara bagian di mana saya mengharapkan sesuatu seperti ini. Ini adalah negara bagian yang sangat inklusif. Itu membuat orang menangis untuk memiliki dua pemakaman pada saat yang sama,” ujarnya.

Terlepas dari serangan itu, Eldenawi mengatakan dia tidak memiliki rasa takut di mata publik sebagai pemimpin agama. “Saya seharusnya memberi orang kekuatan, kita tidak boleh membiarkan kejahatan mendikte hidup kita,” kata Eldenawi.

 
Berita Terpopuler