Bagaimana agar Profesi Bisa Jadi Ladang Amal dan Amal Dapat Berbasis Iman?

Islam memandang profesi seseorang bisa menjadi ladang amal yang bagus

Andrea Verdelli/Getty Images
Ilustrasi bekerja. Islam memandang profesi seseorang bisa menjadi ladang amal yang bagus
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Orang-orang yang profesional sejatinya adalah yang bekerja pada tempatnya dengan sungguh-sungguh. Mereka bisa memisahkan urusan pribadi dengan usahanya. 

Baca Juga

Selain itu orang profesional juga selalu meningkatkan kualitas diri dalam pekerjaannya, bertanggung jawab, bersikap dan bertindak tepat, serta meminimalisir konflik yang tak sehat dan kontraproduktif.

Alhasil seorang profesional akan bekerja produktif, efektif, dan efisien, memiliki integritas, menjadi pemecah masalah, serta mampu membangun relasi dan komunikasi secara efektif.  

Namun demikian menurut Rektor Universitas Darussalam Gontor, Prof Hamid Fahmi Zarkasy, di antara masalah yang dihadapi orang-orang yang bekerja profesional adalah tidak memiliki perhatian atau bahkan melupakan masalah-masalah di luar profesinya, seperti berkaitan dengan sosial, kemanusiaan, atau bahkan memperhatikan akhlak. Karena itu menurut Prof Hamid seorang profesional belum tentu berakhlak baik. 

Dia menyebutkan satu contoh kecil, setiap hari bus berada di halte itu pada jam dan menit tertentu. Dan harus meninggalkan dalam menit tertentu, tidak boleh menunggu sedetikpun. 

Satu ketika ada nenek tua yang berjalan lambat. Supir bus yang profesional tidak peduli, ditinggalkan nenek itu. “Saya lihat ada profesionalisme yang luar biasa pada sopir, tapi dia seperti meninggalkan aspek kemanusiaan dan sosial," kata Prof Hamid saat mengisi webinar yang diselenggarakan Universitas YARSI beberapa waktu lalu.  

 

Baca juga: Dulu Pembenci Adzan dan Alquran, Mualaf Andreanes Kini Berbalik Jadi Pembela Keduanya

Lalu bagaimana agar profesi bisa menjadi amal dan bagaimana agar amal berbasis iman? Prof Hamid mengatakan bahwa syariat Islam sejatinya untuk mensucikan manusia dan mendorong manusia bisa beramal. 

Misalnya sholat bertujuan mencegah dari perbuatan keji dan munkar, syariat berzakat yang tujuannya agar mensucikan harta dan mendorong manusia untuk peduli dengan yang lain. 

Karenanya menurut Prof Hamid setiap Muslim harus bermuhasabah tentang sejauh mana praktik syariat berdampak pada diri sendiri maupun orang lain.

Sebab itu menurut, Prof Hamid, rukun Islam berdimensi tazkiyatun nafs atau mensucikan jiwa. Apabila jiwa seseorang sudah bersih maka ia telah siap untuk beramal secara individual maupun beramal sosial.

Prof Hamid mencontohkan seperti pelajar yang mencari ilmu dengan jiwa yang bersih, pengusaha yang bekerja dengan jiwa yang bersih, pemimpin yang memimpin dengan jiwa yang bersih dan lainnya.  

"Masalahnya ada orang-orang yang tidak membersihkan dirinya dengan rukun Islam. Maka ketika dia berpolitik, dia tak berpolitik berbasis pada syariah. Ketika dia berdagang tidak berbasis pada syariah dan tak berdasar pada kebersihan jiwa. Apa yang terjadi pasti adalah sesuatu yang akhirnya melanggar syariah," katanya. 

Prof Hamid mengatakan bahwa ada orang yang banyak beramal atau bekerja namun tidak disertai iman. Maka Amal yang dikerjakan tanpa iman tidak memiliki arti. Begitupun iman yang hanya diucapkan namun tidak dihayati dan diamalkan juga tidak ada artinya.  

Ada juga orang yang mengaku beragama islam dan beriman namun amal pekerjaannya kontra produktif dengan pribadi muslim, seperti bekerja tidak jujur, tak disiplin, tak mau bekerjasama sesama Muslim dan lainnya.

Ada juga orang-orang yang bekerja namun karena agar mendapat harta sebanyak-banyaknya dan tidak ada niat untuk beribadah, maka pekerjaannya juga menjadi tidak berarti. 

Baca juga: Jawaban Prof Jimly Ini Perkuat Argumentasi Mengapa Hukum Islam Harus Didukung Negara

Menurut Prof Hamid beramal atau bekerja yang benar adalah yang disertai dengan atau berdasarkan pada iman.   

Menurutnya seseorang yang telah menjadi mukmin yang profesional maka dalam bekerja akan ikhlas, tidak berputus asa, amanah, sabar, tidak takabur dan dengki, memiliki kejujuran, amanah, mendukung kebenaran, taat hukum, dan senantiasa mengerjakan amal saleh yang lainnya. 

 

"Seorang mukmin yang profesional adalah yang bekerja atau beramal berdasarkan keimanannya. Jika seorang Mukmin beramal berdasarkan keimanannya maka dia akan lebih hebat dari seorang pekerja biasa yang profesional," katanya.                  

 
Berita Terpopuler