Ketegangan China-Taiwan Berlanjut, Indonesia Waspadai Dampak Ekonomi

China melanjutkan 'tekanannya' terhadap Taiwan seusai kunjungan Nancy Pelosi.

Li Bingyu/Xinhua via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, pesawat Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan latihan tempur bersama di sekitar Pulau Taiwan pada Minggu, 7 Agustus 2022. China mengatakan Senin bahwa pihaknya memperpanjang ancaman. latihan militer di sekitar Taiwan yang telah mengganggu pelayaran dan lalu lintas udara dan secara substansial meningkatkan kekhawatiran tentang potensi konflik di kawasan yang penting bagi perdagangan global.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lintar Satria, Kamran Dikrama, Antara

Baca Juga

Meski kunjungan resmi ketua House of Representative Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi di Taiwan telah berakhir, militer China masih melanjutkan latihan di laut dan udara sekitar Taiwan. Pada Senin (8/8/2022) Komando Teater Timur China mengatakan, akan menggelar latihan gabungan yang fokus pada operasi anti-kapal selam dan serangan laut.

Pengumuman ini mengkonfirmasi kekhawatiran pengamat keamanan dan diplomat bahwa Beijing akan melanjutkan tekanannya pada pertahanan Taiwan. Kunjungan Pelosi membuat China yang mengklaim Taiwan bagian dari wilayahnya menjadi geram.

Beijing sempat merespons kunjungan Pelosi dengan meluncurkan rudal balistik di Taiwan untuk pertama kalinya. China juga memutuskan sejumlah saluran dialog dengan Washington.

Kementerian Pertahanan Taiwan mendeteksi 66 pesawat Angkatan Udara dan 14 kapal Angkatan Laut China. Sebelumnya dilaporkan stasiun televisi pemerintah China mengatakan mulai saat ini militer China akan menggelar latihan "rutin" di bagian timur garis tengah Selat Taiwan. Laporan itu mengutip seorang komentator.

Garis tengah merupakan selat sempit antara Kepulauan Taiwan dan China daratan. Sebuah line of control atau garis batas tak resmi yang biasanya tidak dilewati kapal dan pesawat tempur kedua belah pihak.

Komentator stasiun televisi pemerintah China mengatakan garis tengah tidak pernah diakui secara hukum. Garis itu merupakan garis "khayal" yang digambar militer AS untuk persyaratan tempur mereka pada abad sebelumnya.

Sekitar 10 kapal perang masing-masing dari China dan Taiwan juga dilaporkan berlayar dalam jarak dekat di Selat Taiwan. Beberapa kapal China melintasi garis tengah.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, China mengerahkan kapal militer, pesawat terbang, dan pesawat tak berawak sedang mensimulasikan serangan terhadap Taiwan. Selain itu, China juga mengerahkan angkatan lautnya.

Taiwan mengerahkan pesawat dan kapal untuk mengawasi pergerakan China.

"Ketika pasukan China melintasi garis, seperti yang mereka lakukan pada hari Sabtu, pihak Taiwan tetap memantau dan, jika mungkin menangkal kemampuan China untuk menyeberangi perbatasan. Kedua belah pihak menunjukkan pengekangan, ini seperti permainan 'kucing dan tikus' di laut lepas," kata seorang sumber.

Pemerintah Taiwan menegaskan tidak akan menyerah dan tunduk pada tekanan China itu. Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan, China telah secara brutal menggunakan tindakan militer untuk mengganggu perdamaian dan stabilitas regional.

“Kami tidak akan pernah tunduk pada tekanan. Kami menjunjung tinggi kebebasan dan demokrasi, serta percaya bahwa warga Taiwan tidak menyetujui tindakan intimidasi China dengan kekerasan dan gemerincing pedang di depan pintu kami,” ucapnya kepada awak media pada Ahad, dilaporkan Bloomberg.

 

 

Meski nampaknya hubungan Taiwan dan China berada di titik terburuknya dalam beberapa dekade, para pengamat ekonomi belum melihat skenario terburuk. Dikutip dari Yahoo Finance, Ahad (7/8/2022) industri semi-konduktor yang penting bagi perekonomian Taiwan tidak kena sanksi. Sementara, blokade China terhadap Taiwan diperkirakan akan berakhir pada akhir pekan ini.

Namun, menurut Gedung Putih dan pengamat menilai tidak berarti perekonomian Taiwan dan pasar dunia bebas dari dampak memanasnya kawasan Indo-Pasifik.

"Kami tidak mencari, atau menginginkan krisis," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, Kamis (4/8/2022) lalu.

Dampak ekonomi ketegangan militer mungkin akan terbatas bila China akhirnya menarik mundur kapal perang mereka sesuai jadwal yakin pada akhir pekan ini. Keluar-masuk kapal di Selat Taiwan yang saat ini terhenti juga diperkirakan akan segera kembali normal.

Salah satu konsekuensi ekonomi jangka panjanganya kapal-kapal akan enggan untuk berlayar di sekitar Taiwan terutama bila China terus mengungkapkan ketidaksukaannya ada kapal yang lewat selat tersebut.

"Anda dapat dengan mudah membayangkan bila jalur keluar dan masuk kapal Taiwan terancam dalam berbagai cara (kemudian tarif asuransi dapat naik) dan itu sesuatu yang penting," kata peneliti senior Center for International Security and Cooperation di Stanford, Herbert Lin pada Yahoo Finance.

In Picture: Pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden China Xi Jin Ping

Presiden Joko Widodo (kiri) memberikan salam kepada Presiden China Xi Jinping saat tiba untuk melaksanakan pertemuan bilateral di Villa 14, Diaoyutai State Guesthouse, Beijing, China, Selasa (26/7/2022). Kedua pemimpin negara tersebut melakukan pertemuan bilateral membahas penguatan kerja sama ekonomi hingga isu kawasan dan dunia. - (ANTARA/Biro Pers Setpres/Laily Rachev)

 

 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menilai dampak konflik China dengan Taiwan yang sedang berlangsung terhadap perekonomian Indonesia sejauh ini cukup terbatas atau kecil. Namun, keadaan tersebut tetap harus diwaspadai.

"Sejauh ini memang belum terlihat ada dampak yang cukup signifikan, akan tetapi kita tetap harus waspada," ucap Febrio dalam acara Tanya BKF secara daring di Jakarta, Senin (8/8/2022).

Ia menjelaskan, ketegangan Taiwan dengan China yang kini sedang berlangsung merupakan permasalahan geopolitik. Sehingga jika dilihat dari segi perekonomian konflik tersebut memiliki risiko yang bersifat eksogen.

Dengan demikian, konflik kedua negara bersifat di luar kontrol perekonomian Indonesia dimana dampaknya diperkirakan berupa rambatan atau spillover terhadap ekonomi domestik. Jika nantinya kondisi di sana memanas, Febrio mengaku akan terlebih dahulu mencermati potensi dampak konflik terhadap mobilitas perdagangan maupun pergerakan investasi.

"Karena kami sudah melihat apa yang terjadi di Ukraina dan dampaknya sudah kita rasakan. Dengan begitu kami sudah harus mengubah dan menyiapkan kebijakan kami terkait dengan perang di Ukraina," ujarnya.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut ada peluang yang bisa dimasuki Indonesia atas konflik yang tengah memanas antara China dan Taiwan. Meski, di sisi lain pemerintah juga terus mendalami potensi dampak kondisi tersebut.

"Harus kita waspadai konflik China dan Taiwan. Kenapa harus diwaspadai, karena satu negara yang investasinya besar di Indonesia itu China, dan Taiwan juga ikut," katanya dalam konferensi pers daring di Jakarta, Senin.

Bahlil mengaku masih mempelajari potensi dampak konflik China dan Taiwan terhadap aliran investasi ke Indonesia. Namun, ia berharap kondisi dalam negeri mereka tidak terlalu besar dampaknya bagi Indonesia.

"Tapi seberapa besar (dampaknya terhadap investasi) kita lagi pelajari. Mudah-mudahan tidak terlalu dampak politik dalam negeri mereka kepada investasi," katanya.

Meski demikian, Bahlil mengungkapkan, bahkan di kondisi perang sekalipun, bukan berarti kepentingan ekonomi tidak berjalan. Menurut dia, bahkan sejumlah pihak mengambil manfaat ekonomi dari konflik atau perang antarnegara.

Oleh karena itu, mantan Ketua Umum HIPMI itu menilai Indonesia pun bisa mengambil manfaat yang sama demi kepentingan dalam negeri. Terlebih, komunikasi antara Indonesia dengan China, juga dengan Taiwan cukup baik dari sisi ekonomi.

"(Perang) Ukraina sama Rusia itu, ada beberapa negara yang memanfaatkan ekonomi dari kondisi ini. Nah mungkin kalau ini terjadi antara China dan Taiwan, kita bisa masuk pada ruang-ruang itu. Kan komunikasi kita juga baik," katanya.

Bahlil pun mengajak semua pihak untuk tidak takut. Menurut dia, sikap waspada perlu tapi juga dengan upaya antisipasi.

"Boleh kita khawatir, boleh kita antisipasi tapi jangan kita takut dengan bayang-bayang di luar," tutupnya.

 

Jejak Presiden China Xi Jinping - (BBC)

 

 
Berita Terpopuler