Kemendag Tindaklanjut Kerja Sama Ekspor CPO 1 Juta Ton ke China  

Kemendag memastikan ekspor CPO ke China tak akan ganggu kebutuhan domestik.

EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
Pekerja memindahkan buah sawit yang baru dipanen dari truk kecil ke truk yang lebih besar di perkebunan kelapa sawit di Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia, 23 Mei 2022.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, menyatakan siap menindaklanjuti persetujuan hasil pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri China Li Keqiang di Beijing, untuk menambah ekspor 1 juta ton minyak sawit atau CPO dari Indonesia. Pemerintah saat ini tengah mempercepat ekspor CPO.

Baca Juga

"Kementerian Perdagangan siap dan akan segera menindaklanjuti. Komitmen ini diharapkan dapat memperlancar ekspor CPO Indonesia dan memperbaiki harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani hingga di atas Rp 2.000 per kg," kata Zulkifli dalam pernyataan resminya, Jumat (29/7/2022).

Pemerintah mengaku tengah berupaya mempercepat ekspor CPO dan sejumlah produk turunannya untuk mengosongkan tangki-tangki penampung CPO yang penuh sehingga industri CPO dapat menyerap TBS petani sawit. Melalui percepatan ekspor itu, harga TBS diharapkan bisa di atas Rp 2.000 per kg.

Sebelumnya, dalam pertemuan dengan Li Keqiang, Presiden Jokowi menyampaikan RRT adalah mitra strategis Indonesia. Selama ini, kedua negara telah berhasil membangun kemitraan tersebut dengan kerja sama yang saling menguntungkan. Saat ini nilai perdagangan kedua negara mencapai 100 miliar dolar AS. Presiden Joko Widodo menginginkan nilai perdagangan antara Indonesia dan RRT terus meningkat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor CPO dan turunannya (HS 15) pada Juni 2022 sebanyak 2,17 juta ton, meningkat pesat dari Mei 2022 yang sebesar 0,51 juta ton. Nilai ekspor CPO dan Turunannya pada Juni 2022 juga naik 300,66 persen menjadi 3,38 miliar dolar AS dibandingkan Mei 2022.

Pada Juni 2022, Indonesia paling banyak mengekspor CPO dan turunannya ke China senilai 591,57 juta dolar AS, Pakistan 454,47 juta dolar AS, India 273,97 juta dolar AS, dan Bangladesh 163,75 juta dolar AS.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan, komitmen kedua negara bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan nilai ekspor produk CPO Indonesia yang juga akan turut mengerek harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani Indonesia.

“Kami berharap China dapat terus melanjutkan dan meningkatkan perdagangan minyak sawit dari Indonesia,” katanya.

Luhut menambahkan, kelapa sawit merupakan tanaman minyak yang paling produktif, dan juga menjadi komoditas penting bagi perdagangan dunia. Karena itu, Indonesia berkomitmen untuk berperan sebagai supplier utama untuk bahan pangan penting ini.

Dengan menjadi supplier utama CPO dunia, kerja sama itu akan membantu meningkatkan perekonomian Indonesia, serta meningkatkan kesejahteraan para petani kelapa sawit di Indonesia yang jumlahnya mencapai 16 juta jiwa.

Tak Ganggu Domestik

Zulkifli pun mengatakan, pembelian CPO dari China ini tidak akan mengganggu stok bahan baku minyak goreng di dalam negeri sehingga kebutuhan minyak goreng tidak akan terganggu. Dengan stok yang melimpah, harga minyak goreng juga akan tetap stabil sesuai HET Rp 14.000 per liter.

“Saya menjamin bahwa harga minyak goreng tidak akan naik dan akan tetap stabil. Saat ini stok bahan baku minyak goreng sangat melimpah. Tangki-tangki CPO di dalam negeri masih penuh,” jelasnya. 

Zulkifli mengatakan, skema DMO dan DPO masih tetap dipertahankan untuk menjamin suplai bahan baku minyak goreng ini tetap stabil. Stabilitas stok bahan baku ini bertujuan menjaga harga minyak goreng curah dan kemasan premium di dalam negeri tetap terjangkau dan tetap stabil.

“Skema DMO dan DPO akan kami longgarkan setelah semua produsen minyak goreng dan industri CPO berkomitmen menjamin bahan baku minyak goreng tetap ada secara kontinu,” tegasnya.

 

 
Berita Terpopuler