45 Negara Sepakat Bantu Investigasi Bukti Kejahatan Perang Rusia

Dalam konferensi ICC, 45 negara janji bantu investigasi kejahatan perang Rusia.

EPA-EFE/SERGEY KOZLOV
Tim penyelamat Ukraina beristirahat ketika mereka membersihkan puing-puing di sebuah sekolah setelah serangan roket pagi hari di daerah perumahan Kharkiv, Ukraina, 04 Juli 2022. Penembakan Rusia menghancurkan sebuah sekolah menengah di Kharkiv dan menurut kepala Administrasi Militer Daerah Kharkiv Oleh Synehubov tidak ada laporan tentang korban. Kharkiv dan daerah sekitarnya baru-baru ini telah menjadi sasaran peningkatan penembakan dan serangan udara oleh pasukan Rusia.
Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG — Dalam konferensi di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, pada Kamis (14/7/2022), sebanyak 45 negara menyatakan komitmen dukungannya untuk Ukraina dengan menandatangani deklarasi politik. Mereka berjanji akan mengoordinasikan investigasi terhadap dugaan kejahatan perang Rusia terhadap Ukraina.

Negara-negara tersebut ialah negara-negara Uni Eropa serta Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan Australia. Mereka juga menjanjikan 20 juta dolar AS (sekitar Rp 300 miliar lebih) untuk membantu ICC serta kantor kejaksaan di Ukraina dan upaya dukungan PBB.

Bantuan dan dukungan itu datang setelah adanya serangan rudal Rusia ke Ukraina yang menewaskan warga sipil, jauh dari garis depan perang. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan di konferensi internasional itu bahwa rudal Rusia telah menyerang dua pusat komunitas di barat Ukraina, menewaskan 20 orang, termasuk tiga anak.

"Hari ini di pagi hari, rudal Rusia menghantam kota kami Vinnytsia, kota biasa yang damai. Rudal jelajah, menghantam dua fasilitas publik, rumah hancur, pusat medis hancur, mobil dan trem (terbakar)" kata Zelensky, dikutip Reuters, Kamis (14/7/2022).

Baca Juga

Namun demikian, Rusia telah berulang kali membantah terlibat dalam kejahatan perang dan sengaja menargetkan warga sipil sejak menginvasi Ukraina pada Februari lalu. Sejauh ini, Rusia mengklaim meluncurkan "operasi militer khusus" untuk melindungi penutur bahasa Rusia dan membasmi nasionalis berbahaya.

Hingga kini, Kementerian pertahanan Rusia belum segera mengomentari laporan rudal ke Vinnytsia. Kembali ke konferensi ICC dengan 45 negara tersebut, ada 23 ribu investigasi kejahatan perang yang kini terbuka.

Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra mengatakan bahwa Belanda juga akan mempertimbangkan untuk membentuk pengadilan internasional khusus kejahatan perang Ukraina. Sebagian karena, baik Ukraina maupun Rusia , bukanlah anggota ICC.

"Kita harus mengisi kekosongan dan ICC di sini tidak memiliki yurisdiksi, jadi saya bisa membayangkan kita akan membuat pengadilan semacam itu... Kami akan memeriksanya," kata Wopke, dikutip laman Channel News Asia.

 
Berita Terpopuler