India Pantau Perebutan Kursi Perdana Menteri Inggris

Ada dua politisi keturunan India yang turut memperebutkan jabatan PM Inggris.

AP/Stefan Rousseau
Kepala Keuangan Inggris Rishi Sunak berbicara pada peluncuran kampanyenya untuk menjadi pemimpin Partai Konservatif dan Perdana Menteri, di Queen Elizabeth II Centre di London, Selasa 12 Juli 2022.
Rep: Lintar Satria Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Walaupun di seberang dunia tapi banyak warga India yang mengamati drama politik di London. Inggris sedang mencari pengganti perdana menteri Boris Johnson yang mengundurkan diri pekan lalu. Ada dua politisi keturunan India yang turut memperebutkan jabatan itu.

Rishi Sunak yang merupakan kandidat unggulan dan Suella Braverman berkampanye untuk kursi ketua Partai Konservatif. Mereka menjadi cerminan bagi masyarakat minoritas Inggris.

Bila salah satu di antaranya menang, mereka akan menjadi perdana menteri Inggris pertama yang keturunan India. Keluarga mereka sama-sama pindah ke Britania pada tahun 1960-an untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Inggris menjajah India selama 200 tahun sebelum negara Asia Selatan itu merdeka pada tahun 1947 setelah melalui berbagai perjuangan.

"Rasanya hebat untuk melihat orang India sebagai Perdana Menteri negara yang menguasai India dengan sangat kejam dalam waktu lama," kata pengguna Twitter, Emon Mukherjee.

Terdapat 1,4 juta orang keturunan India di Inggris, mereka merupakan minoritas satu etnis terbesar di negara itu. Dua negara juga memiliki hubungan yang baik. Perdagangan bileteral Inggris-India pada tahun 2020-2021 sebesar 21,5 miliar poundsterling.

Pengusaha kaya India Anand Mahindra ikut memberikan respon tentang kemungkinan perdana menteri Inggris adalah keturunan India. Di media sosial ia mengunggah foto kediaman resmi Perdana Menteri Inggris yang pintu belakangnya diedit dengan bunga marigold dan daun mangga yang merupakan simbol awal kebaikan agama Hindu.

Sejumlah pengguna Twitter memasang foto Sunak dengan tulisan "The Empire Strikes Back". Sementara surat-surat kabar India meliput drama politik luar negeri dengan kedekatan yang tidak biasa.

Sunak menantu miliuner India Narayana Murthy pendiri perusahaan raksasa Infosys Ltd. Hubungan itu mengancam popularitasnya di Inggris setelah terungkap istrinya yang merupakan putri Murthy tidak membayar pajak Inggris pada pendapatan asing melalui status "non-domisili" yang diberikan pada warga asing yang tidak menganggap Britania sebagai rumahnya. Tidak lama setelah itu Akshata Murthy mengatakan ia mulai membayar pajak atas pendapatannya dari luar negeri.

Murthy merupakan warga negara India dan memiliki 0,9 persen saham Infosys. Bulan Mei lalu surat kabar the Sunday Times memasukan Murthy dan Sunak ke dalam urutan-222 daftar orang kaya Inggris dengan total kekayaan sebesar 730 juta pounds.

Keluarga Murthy yang tinggal di Kota Bengaluru menghindari pembahasan tentang perjalanan politik Sunak. Mereka tidak merespon permintaan komentar.


Sunak satu partai dengan Braverman yang saat ini menjabat sebagai jaksa agung Inggris. Ia merupakan keturunan India yang beragama Kristen. Orang tuanya berimigrasi ke Inggris pada tahun 1960-an dari Kenya dan Mauritius. Sebelumnya ia mengatakan orang tuanya datang ke Inggris tanpa membawa apa-apa.

Pada tahun 2017 lalu di media sosial Facebook, Braveman mengunggah ibunya mendapat penghargaan British Empire Medal atas pengabdiannya selama 45 tahun sebagai perawat di National Health Service dan kerja sukarela di luar negeri.

"Inggris memberi mereka harapan, keamanan dan kesempatan dan negara itu memberikan saya kesempatan yang luar biasa pada pendidikan dan karir saya, dan saya berhutang terimakasih pada negara ini," kata Braverman dalam pidatonya yang terbaru.

 
Berita Terpopuler