Keunikan Khas Masjid Raya Aljazair

Masjid Raya Aljazair terbesar ketiga di dunia.

alarabiya.net
Masjid Agung Aljazair
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Islam telah tiba di Aljazair setidaknya sejak zaman Kekhalifahan Bani Umayyah. Suku-suku lokal, yang disebut Berber, kemudian mengadopsi budaya dan bahasa Arab.Sejak abad ke-19, kolonialisme Eropa masuk ke sana sehingga menjadi bagian dari sejarah negeri tersebut.Betapapun kuatnya pengaruh Barat di masa penjajahan, mayoritas masyarakat setempat adalah Muslim.

Baca Juga

Karena itu, ada cukup banyak bangunan khas Islam di negara berpenduduk 44 juta jiwa tersebut. Salah satunya yang paling masyhur adalah Masjid Raya Aljazair. Dalam bahasa lingua francasetempat, kompleks itu dinamakan Djamaa el Djazairatau Jaama' al-Jazaa`ir.

Berlokasi di ibu kota, Aljir, tempat ibadah itu terbilang istimewa. Inilah masjid terbesar ketiga di dunia, yakni setelah Masjidi Haram di Makkah al-Mukarramah dan Masjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah, Arab Saudi.Tidak hanya itu, kompleks kebanggaan rakyat Aljazair tersebut juga memiliki menara-masjid tertinggi sejagat raya. Tingginya mencapai 265 meter sehingga menjadikannya sebagai gedung tertinggi di seluruh Benua Hitam.

Riwayat pembangunan Masjid Raya Aljazair bermula pada sekitar tahun 2010. Waktu itu, kementerian urusan agama dan utusan rakyat di sana membahas rencana pendirian masjid nasional. Beberapa bulan kemudian, hal itu pun diumumkan. Setelah mengkaji berbagai aspek, pemerintah setempat lantas menunjuk sebuah perusahaan asal Republik Rakyat Cina (RRC), CSCEC, sebagai kontraktornya.

Nilai proyek ini tidak kurang dari 1 miliar euro atau sekira Rp 12 triliun. Desainnya berasal dari sebuah firma asal Jerman, KSP Juergen Engel Architekten. Penger jaannya juga melibatkan perusahaan Krebs und Kiefer International.

Pembangunan masjid nasional ini bermula pada Agustus 2012. Sejak itu, ribuan pekerja didatangkan untuk membangunnya. Ada yang berasal dari Cina. Ada pula yang direkrut dari dalam negeri ataupun negara-negara tetangga.Beberapa tahun lamanya, proses pengerjaan sempat terkendala. Sebab, pemerintah Aljazair mengalami fluktuasi turunnya harga minyak bumi--komoditas andalan negeri setempat. Barulah kemudian, tepatnya pada April 2019 pendirian masjid tersebut berhasil dituntaskan.

 

 

Bagi beberapa kalangan, Masjid Raya Aljazair merupakan salah satu proyek ambisius dari Abdelaziz Bouteflika.Ia merupakan presiden Aljazair yang menjabat selama dua dekade, yakni antara tahun 1999 dan 2019. Tokoh yang wafat pada 2021 itu turun dari kursi kekuasaannya setelah didemo kelompok-kelompok masyarakat yang tidak puas akan kepemimpinannya.

Masjid Raya Aljazair berdiri di atas lahan seluas 400 ribu m persegi. Lokasinya terletak di sekitar pesisir Laut Tengah, tidak jauh dari Pelabuhan Ardis. Dari bibir pantai, keindahannya tampak memesona dan megah. Menaranya yang menjulang tinggi bagaikan mercusuar yang memancarkan keindahan ke mana-mana.

Di masjid tersebut, ruang utama yang biasa dipakai untuk shalat mampu menampung hingga 37 ribu orang jamaah. Adapun bagian di pelatarannya memiliki kapasitas hingga 120 ribu orang. Tidak mengherankan bila tempat ibadah ini menjadi pilihan pertama bagi masyarakat dan para petinggi negeri untuk melaksanakan shalat hari raya.

Pelbagai fasilitas pendukung pun terdapat di sana. Sebut saja, lahan parkir yang dapat dihuni tujuh ribu unit kendaraan roda empat. Terdapat pula taman dan kolam air mancur di sekitar bangunan utama yang menambah keelokannya.Masjid tersebut dilengkapi pula dengan bangunan madrasah, perpustakaan, museum, pusat kesenian Islam, serta perumahan bagi para staf dan takmir.

Yang paling mengesankan di sana, barangkali, adalah menaranya. Dengan tinggi dua kali Monumen Nasional (Monas) Jakarta, fungsinya tidak sekadar hiasan. Menara Masjid Raya Aljazair menjadi tempat observasi benda-benda langit. Di bagian pucuknya, terdapat beberapa ruangan khusus untuk mengamati bintang- bintang dan planet-planet melalui teleskop.Tentunya, bagian itu amat berguna bagi para ahli falak, umpamanya, saat menjelang penentuan awal dan akhir bulan-bulan Hijriyah.

 

 

Rancang bangun Masjid Raya Aljazair tampak seperti perpaduan Masjid Nabawi dengan corak-corak khas arsitektur Maghribiyah dan India. Keserupaan dengan masjid di Tanah Suci terlihat dari bagian pelatarannya yang berbentuk persegi. Adapun ciri-ciri Maroko-nya mengemuka dari bentuk dan tampilan menaranya.Sementara itu, wujud kubahnya yang setengah- bola mengingatkan pengunjung akan ciri-ciri bangunan Islam di Anak Benua India.

Tidak sekadar anggun, tempat ibadah yang terdiri atas 37 lantai itu juga dibangun dengan kepekaan akan potensi bencana. Desainnya disebut-sebut mampu bertahan dari gempa bumi dengan kekuatan 9,0 magnitude. Di samping itu, strukturnya juga dibuat antikorosi.

 Di sisi interiornya, mata pengunjung akan dimanja dengan warna-warni mosaik yang apik.Ruangan utama memiliki 618 pilar yang berbentuk segi-delapan. Yang tidak kalah luar biasa, hiasan kaligrafi pada bagian dinding. Ornamen itu dibuat dengan bantuan sinar laser yang dipan carkan pada sisi sepanjang 6 km. Adapun kubah Masjid Raya Aljazair berdiameter 50 m. Dari dasar, ketinggiannya adalah sekitar 70 m.

 

"Dengan tinggi dua kali Monumen Nasional (Monas) Jakarta, fungsinya tidak sekadar hiasan

 
Berita Terpopuler