BMKG: Suhu Minimum Sembalun di Kaki Gunung Rinjani Capai 12 Derajat Celsius

Hingga Agustus mendatang, suhu di kaki Gunung Rinjani akan terasa lebih dingin.

Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Taman Wisata Pusuk Sembalun, Sembalun Bumbung, Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Suhu di wilayah Sembalun saat ini lebih dingin dibandingkan dengan musim hujan.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, PRAYA -- Berdasarkan data model suhu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan suhu minimum di Sembalun, kawasan kaki Gunung Rinjani, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 12 derajat Celsius. Sementara itu, suhu permukaan diperdiksi maksimum 32 derajat Celsius.

Baca Juga

"Suhu minimum biasanya terjadi antara dini hari hingga menjelang subuh, sedangkan suhu maksimum terjadi pada siang hari, sehingga cuaca pada musim kemarau ini terasa dingin saat malam hari," kata prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid, Lombok Nur Siti Zulaichah dalam keterangan di Praya, Selasa (12/7/2022).

Sementara itu, untuk suhu udara minimum yang terjadi pada musim hujan cenderung lebih hangat. Suhunya berkisar antara 18 derajat Celcius hingga 24 derajat Celsius.

"Suhu di wilayah Sembalun saat ini lebih dingin bila dibandingkan dengan suhu saat musim hujan," katanya.

Sebelumnya, BMKG menyatakan saat ini sebagian besar wilayah NTB telah memasuki musim kemarau. Kondisi itu membuat suhu akan terasa lebih dingin dari biasanya pada malam hingga pagi.

"Ketika musim kemarau tiba, suhu udara akan lebih terasa dingin hingga 21 derajat Celcius," katanya.

Suhu akan terasa lebih dingin dari biasanya, karena dipengaruhi oleh angin monsoon Australia yang membawa massa udara kering dan bersifat dingin. Angin tersebut bergerak dari Australia menuju Asia melewati Indonesia, khususnya Nusa Tenggara Barat.

"Saat musim kemarau, kelembapan udara relatif rendah dan tutupan awan yang sedikit akan mempengaruhi suhu saat malam hingga menjelang pagi," kata Zainuddin.

Menurut Zainuddin, saat siang hari matahari akan terasa terik dan menyengat, karena sedikitnya tutupan awan. Pada saat itu gelombang pendek yang terpancar dari matahari akan terserap sempurna oleh permukaan Bumi.

Saat malam hari yang cerah dan tidak terdapat tutupan, awan gelombang panjang akan terpancar seluruhnya ke angkasa tanpa adanya pantulan kembali oleh awan. Dengan begitu, suhu akan terasa dingin dari biasanya. Kondisi suhu yang terasa lebih dingin di malam hari terjadi mulai saat ini hingga Agustus mendatang.

"Biasanya saat puncak musim kemarau pada Juni, Juli dan Agustus, suhu lebih dingin di malam hari," katanya.

 

 
Berita Terpopuler