Momentum Qurban, Waketum Persis: Pejabat Perlu Teladani Nabi Ibrahim dan Ismail

Para pemimpin di negeri ini perlu meneladani Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

Dok Istimewa
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis), Ustaz Jeje Zaenudin.
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) mengajak seluruh elemen Muslim dan warga bangsa Indonesia menjadikan momentum Idul Adha ini sebagai kesempatan untuk memperkuat ukhuwah dan solidaritas nasional. Di antaranya dengan saling menghormati dan dewasa dalam menyikapi perbedaan.

Baca Juga

"Serta mampu menepis isu-isu provokatif yang dapat memecah belah ukhuwah (persaudaraan) dan merusak suasana agung hari lebaran qurban yang sejatinya sebagai alat perekat persaudaraan dan berbagi kegembiraan melalui ritual kurban," kata Wakil Ketua Umum PP Persis Ustadz Jeje Zaenudin kepada Republika.co.id,Ahad (10/7).

Pada momentum Idul Adha, Ustadz Jeje juga mengingatkan, saat ini keterbelahan dan polarisasi di tengah masyarakat masih berlangsung. Untuk itu, dia menekankan kepada para pejabat pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk berupaya serius menghentikan situasi tersebut, jika memang cinta dan sayang terhadap masa depan bangsa.

"Jangan malah terkesan sebaliknya, di mana situasi keterbelahan ini sepertinya sengaja dirawat dan diawetkan demi kepentingan kekuasaan politik tertentu," ujarnya.

Menurut Ustadz Jeje, para pemimpin di negeri ini perlu meneladani Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. "Jika para pemimpin negeri ini mengambil keteladanan kepemimpinan seperti Nabi Ibrahim dan Ismail, kita yakin permasalahan bangsa seberat apapun akan teratasi," ucapnya.

 

 

Ustadz Jeje menambahkan, para pejabat pemerintah dan pemangku kepentingan sangat terbantu dengan suasana lebaran Hari Raya Idul Kurban ini untuk terus mendorong masyarakat saling tolong-menolong dan bersatu serta bekerja sama mengatasi berbagai permasalahan bangsa.

"Sudah seharusnya bagi para pemimpin negeri dan pejabat negara membuktikan kesungguhan kerja mereka. Mereka harus menjadi negarawan yang seluruh kebijakan dan keputusannya adalah demi kepentingan umat dan bangsa, bukan untuk kepentingan kelompok tertentu," tuturnya.

Ustadz Jeje juga mengungkapkan, hikmah terbesar dari Hari Idul Adha ini adalah kerelaan untuk mengalahkan egoisme diri sendiri dan mengorbankannya demi meraih keridhaan Allah SWT. Jika anak adalah simbol kecintaan dan kekayaan termahal bagi sebuah keluarga rela dikorbankan oleh Nabi Ibrahim, dan nyawa diserahkan oleh Nabi Ismail, maka itulah simbol pengorbanan tertinggi untuk meraih kejayaan sejati di dunia dan akhirat. 

 

"Demikian juga untuk kejayaan pribadi, keluarga, maupun bangsa dan negara. Dengan Idul Kurban, umat Islam senantiasa diingatkan untuk selalu siap berkorban apapun demi agama, umat dan bangsanya," jelasnya.

 
Berita Terpopuler