Ibadah Kurban Didik Manusia Memberikan yang Terbaik

Ibadah kurban mendidik menusia untuk selalu memberikan yang terbaik.

ANTARA/Novrian Arbi
Pengurus RW membagikan daging kurban dari rumah ke rumah kepada warga di Kawasan Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat, Ahad (10/7/2022). Pemerintah Kota Bandung menerapkan penggunaan plastik atau plastik organik dalam pengemasan saat pembagian daging kurban daripada menggunakan daun atau besekan bambu untuk mencegah meluasnya siklus penyebaran virus PMK.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menitipkan pesan kepada umat Muslim seiring perayaan Idul Adha 1443 H. Menurutnya, Idul Adha atau ibadah kurban mendidik menusia untuk selalu memberikan yang terbaik.

Baca Juga

"Qurban mendidik manusia untuk senantiasa memberikan yang terbaik bagi sesama, dengan berbagi sedekah materi dan non materi," kata dia dalam pesan yang diterima Republika, Ahad (10/7/2022).

Prof Mu'ti menyebut hikmah ibadah kurban adalah bagaimana manusia harus berjuang dan berkurban, untuk mencapai keluhuran harkat dan martabat dalam kehidupan di dunia dan akhirat.

Untuk itu, ia menyebut manusia harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu caranya dengan menjalin keakraban dan solidaritas dengan sesama umat manusia.

"Dalam situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, diperlukan kedermawanan dan pengorbanan untuk membantu sesama, menyelesaikan berbagai masalah kehidupan yang sekarang masih sangat mengemuka.

 

Sementara, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak kaum muslimin menghidupkan kembali jiwa dan semangat berbagi. Inti dari ibadah kurban adalah ruh untuk rendah hati dan ikhlas mendermakan sebagian nikmat yang dimiliki, baik berupa ilmu, tenaga, akal pikiran hingga harta, yang semuanya diberikan dengan semangat pencerahan.

“Mereka yang punya ilmu tidak arogan dengan keilmuannya dan mau berbagi ilmu dalam usaha mencerdasaan dan mencerahkan akal budi umat dan bangsa sehingga ilmu itu menyinari jiwa, akal budi, alam pikiran dan menyinari tindakan,” ucap dia dalam keterangan tertulis.

Tak hanya itu, Haedar juga menitipkan pesan kepada siapapun yang memiliki akses dalam kekayaan, kekuasaan dan jabatan publik. Hendaklah pihak tersebut menggunakan kelebihan yang dimilikinya untuk semaksimal mungkin menebar kemaslahatan pada orang banyak. 

“Kekuasaan bukan untuk kekuasaan, kekuasaan bukan untuk memupuk oligarki, kekuasaan apalagi jangan sampai disalahgunakan untuk korupsi dan segala bentuk penyimpangan kekuasaan,” lanjutnya.

Ia menyebut kekuasaan itu merupakan amanah, untuk berkhidmat baik dalam konteks membangun umat terbaik maupun bangsa yang unggul. Maka, kekuasaan yang mau berkorban adalah kekuasaan yang mampu mensejahterakan, mendamaikan, mempersatukan dan memajukan.

Tak hanya itu, ia juga mengingatkan akan kekuasaan yang menghindari segala bentuk penyalahgunaan wewenang, baik untuk diri sendiri, kroni, golongan, kelompok dan apapun bentuknya. Dengan demikian, amanat kekuasaan itu betul-betul dirasakan untuk umat banyak, termasuk untuk membela dan melindungi seluruh bangsa Indonesia.

 

 

Bagi mereka yang sedang dilanda masalah, musibah dan memerlukan pembelaan, maka kuasa negara harus hadir. Bagi mereka yang memiliki kelebihan harta baik secara individu, korporasi, ataupun perusahaan, tetap harus berbagi.

 

Haedar mengingatkan agar mereka tetap melihat ada sebagian hak yang harus diberikan kepada mereka yang kekurangan. “Jangan sampai kekayaan itu kemudian membuat kita senjang dengan sesama rakyat dan anak bangsa. Mereka yang memiliki akses dan kekuatan ekonomi kita harapkan semangat berbaginya untuk membagi kue yang dimilikinya untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucap Haedar.

 
Berita Terpopuler