Muslim di London Berbagi Kisah Pelecehan yang Diterima di Tempat Kerja

Seorang Muslim mengatakan sajadahnya dicuri, bahkan diserang secara fisik.

ustvh.com
Muslimah Inggris. Muslim di London Berbagi Kisah Pelecehan yang Diterima di Tempat Kerja
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah badan amal yang berbasis di London, yang membantu Muslim menghadapi Islamofobia, mengatakan orang-orang banyak diintimidasi dan dilecehkan di tempat kerja karena agama mereka. Unit Respons Islamophobia mengatakan sajadah kliennya dicuri bahkan diserang secara verbal dan fisik.

Baca Juga

Salah satu pekerja untuk badan amal itu, Faiza Mukith, mengatakan seorang rekan pria ditarik jenggotnya secara kasar. Beberapa rekan kerjanya juga memanggilnya dengan sebutan 'Jafar', tokoh antagonis dalam film Disney Aladdin.

CEO Unit Respons Islamophobia, Mukith, mengatakan seorang wanita mendapati daging bacon di kotak makan siangnya, akibat ulah dari rekan-rekannya. Hal ini terjadi ketika ia ingin berbuka puasa setelah bekerja selama bulan Ramadhan.

Dia juga mengatakan seorang wanita lainnya mengalami serangan jantung karena dilecehkan di tempat kerja. "Pekerja profesional medis menghubungkan pengalaman yang dia alami di tempat kerja, ternyata memengaruhi kondisi kesehatannya," kata Mukith dikutip di BBC, Rabu (6/7/2022).

Sheymaa, yang tidak ingin menggunakan nama belakangnya, memutuskan meninggalkan tempat kerjanya karena Islamofobia. "Saya adalah satu-satunya orang yang tampak sebagai Muslim di sana dan satu-satunya orang kulit hitam di sana. Banyak rekan kerja saya berkulit putih dan jauh lebih tua, dan pandangan mereka terkadang sangat penuh dengan kebencian," ujarnya.

Dia mengatakan, setelah kebijakan karantina yang diberlakukan akibat menyebarnya Covid-19, para pekerja diberi pakaian pelindung untuk sebagai bagian dari seragam mereka. Hal ini lantas menyebabkan lebih banyak komentar kebencian bermunculan.

"Seorang rekan mengatakan saya tampak seperti bekerja dengan membawa bom. Pada kesempatan terpisah, yang lain mengatakan saya terlihat seperti pengawal Gaddafi. Dikaitkan dengan terorisme dan bom dan diktator hanya karena jilbab saya, itu menyakitkan," lanjutnya.

 

Mukith mengatakan pelecehan semacam itu memiliki dampak yang merusak dalam jangka panjang. Dalam empat tahun terakhir, badan amal itu mengatakan telah menangani 387 kasus diskriminasi.

"Pada awalnya kami melihat banyak kasus kejahatan kebencian, banyak penyerangan fisik, pelecehan verbal, pelecehan di jalan, tetapi sekarang kami melihat lebih banyak diskriminasi, terutama diskriminasi di tempat kerja. Ini meningkat, tidak ada perubahan," ujar Mukith.

Baru-baru ini, sebuah survei terhadap 1.503 Muslim Inggris oleh Savanta ComRes untuk platform daring Hyphen, menemukan 69 persen Muslim Inggris yang saat ini bekerja mengalami beberapa bentuk Islamofobia di tempat kerja.

Masalah ini tidak hanya terjadi di London. Selama pandemi, Polisi West Midlands mencatat lebih dari 9.000 insiden kebencian ras dilaporkan ke kepolisian.

Editor Hyphen, Burhan Wazir, mengatakan beberapa orang yang mereka wawancarai terkait pengalaman mereka menghadapi Islamofobia membawakan cerita yang cukup mengerikan untuk diceritakan kembali. Dia mengatakan pengusaha perlu berbuat lebih banyak untuk menghentikan rasisme di tempat kerja.

"Anda (perusahaan) dapat meningkatkan kesadaran tentang isu-isu rasisme dan perilaku Islamofobia di ruang publik, tetapi kecuali [itu] ditangani pada tingkat institusional, sulit untuk melihat kemajuan," ucap dia.

Ia pun menyerahkan kepada perusahaan, lembaga publik, maupun swasta, untuk benar-benar memperdebatkan proses dan pelatihan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana menciptakan kesadaran yang lebih baik tentang islamofobia.

https://www.bbc.com/news/uk-england-london-61974430

 
Berita Terpopuler