Ikhtiar Pedagang Ternak Sambut Momen Idul Adha

Pedagang berupaya menjaga kondisi ternak agar siap untuk dijual.

Republika/Bayu Adji
Pegawai memberi makan sapi di lapak penjualan hewan kurban Jalan Letnan Harun, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Kamis (23/6/2022). Sejumlah lapak di daerah itu menerapkan aturan lebih ketat selama terjadi wabah PMK. 
Rep: Bayu Adji P, Dea Alvi Soraya Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah merebaknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK), sejumlah warga di wilayah Jawa Barat tetap berikhtiar menjual hewan ternak untuk kebutuhan kurban. Pedagang berharap berkah dari momentum Idul Adha.

Beberapa pedagang berupaya menjaga kondisi ternak yang akan dijualnya agar tetap fit. Seperti dilakukan Ade Memet (60 tahun), pedagang yang membuka lapak di kawasan Cisumur, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Ia mengaku rutin memberikan ramuan tradisional untuk sapi-sapinya. “Sapi di sini saya kasih makan telur bebek, madu, dan larutan. Itu diberikan, meski sapi terlihat sehat. Sehari dua butir (telur), biar daya tahan sapi ini kuat,” ujar dia, Kamis (23/6/2022).

Ade juga berupaya menjaga lapak ternak tetap dalam kondisi apik, serta meminimalkan potensi penularan penyakit pada ternak. “Kalau ada yang datang, saya tanya dulu, takut dari kandang (ternak) lain bawa penyakit,” ujar pedagang yang menawarkan ternak asal Tasikmalaya itu.

Di lapak penjualan ternak kawasan Jalan Letnan Harun, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, sebuah spanduk dipasang, yang isinya menginformasikan kepada para calon pembeli agar tidak memegang hewan. Pedagang di lapak tersebut, Asep Hudaya (40), mengatakan, hal itu merupakan upaya pencegahan penularan penyakit. Apalagi virus PMK dapat menyebar pada hewan melalui perantara manusia. “Jadi, kami batasi,” kata dia, saat ditemui Republika, Kamis.

Asep berharap kondisi ternakya terus terjaga dengan baik, sehingga bisa terjual. Sejauh ini, dari 50 sapi yang disediakannya, disebut sudah 40 ekor terjual. Meski demikian, jumlahnya belum mencapai penjualan pada momen Idul Adha tahun lalu, sebanyak 80 ekor. “Saya belum bisa memastikan penjualan tahun ini meningkat atau menurun. Itu baru bisa ditentukan pada pekan terakhir (menjelang hari Idul Adha) karena biasanya pembeli itu datang pada pekan terakhir,” ujarnya.

Meskipun di tengah persoalan PMK, Asep mengaku optimistis penjualan ternak akan tetap tinggi. Ia menilai, kondisi ekonomi masyarakat mulai kembali pulih, sehingga diharapkan keinginan untuk berkurban meningkat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah mengeluarkan fatwa terkait pelaksanaan ibadah kurban saat kondisi wabah PMK. Salah satu poinnya, ternak yang terkena PMK dengan gejala klinis kategori ringan, hukumnya sah dijadikan untuk kurban.

Di lapaknya, Asep menawarkan sapi dari luar Jawa Barat (Jabar) yang sudah menjalani penggemukan di Salopa, Kabupaten Tasikmalaya. Ia mengaku belum berani lagi mendatangkan ternak dari luar Jabar, khususnya dari Jawa Tengah (Jateng) atau Jawa Timur (Jatim), yang masih marak kasus PMK. “Mendingan cari aman. Alhamdulillah, stok sapi di rekanan di Salopa itu banyak, jadi tak kekurangan,” kata dia.

Sementara Ilham (28), pedagang di lapak ternak kawasan Jalan Ir H Juanda, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, mengaku menjual sapi yang didatangkan dari Madura. Menurut dia, sapi itu sudah disertai surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Namun, belum tentu kondisinya dipastikan benar-benar sehat.

“Setelah sapi datang beberapa hari, ada yang terlihat sakit. Sapi itu mengeluarkan liur terus. Meski itu sebenarnya biasa, tapi karena sekarang sedang wabah (PMK), saya jadi takut. Takutnya nular ke semua (ternak),” katanya.

Melihat kondisi tersebut, Ilham mengaku langsung menghubungi dinas terkait. Petugas kesehatan hewan kemudian meminta sapi yang bergejala seperti terkena PMK itu dipisahkan dari ternak lainnya. Dari total 50 sapi, ada enam yang dipisahkan sementara.

Menurut Ilham, sapi-sapi tersebut kini sudah sembuh. Penyembuhannya dinilai terbilang cepat, hanya sekitar sepekan. “Diberikan obat dari dinas. Lalu obat itu dicampur dengan ramuan tradisional, seperti kunyit, gula merah, dan air kelapa. Itu buat meningkatkan daya tahan dan nafsu makan sapi,” ujar Ilham.

Hewan yang sudah dicek kondisi kesehatannya oleh Tim Pemeriksa Hewan Kurban Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung diberi kartu kode batang (barcode), yang terhubung pada aplikasi e-Selamat. (Dea Alvi Soraya/Republika)
 

Di Kota Bandung, salah satu tempat penjualan hewan untuk kebutuhan kurban berada di kawasan Jalan Soekarno-Hatta, Cinambo. Ganjar (43), yang mengaku sebagai pedagang ternak musiman, menawarkan sapi yang didatangkan dari Pati, Jateng. Ia mengeklaim seluruh sapi disertai SKKH, baik dari wilayah asal maupun Kota Bandung. “Kita juga rutin cek kesehatan (ternak), kasih vitamin,” kata dia, Kamis.

Sejauh ini, dari 64 sapi yang disediakan, 25 ekor sudah laku. Ganjar menyebut dagangannya ini laku lebih awal ketimbang biasanya. “Ada (peningkatan penjualan) sekitar 10 sampai 20 persen. Tahun ini lebih cepat penjualannya. Orang pada survei susah, barang rebutan. Apalagi harus ada surat ini itu, ribet lagi ngurusnya. Kalau kita kan sudah siapin dari lama, stok kita aman, enggak ada kendala,” ujarnya.

Ganjar berharap tingkat penjualan ternak tetap tinggi, meskipun di tengah wabah PMK. Saat kondisi pandemi lalu pun, kata dia, penjualan ternaknya bisa melebihi target. Dari target 100 ekor, bisa terjual 150.

Sekarang ini, Ganjar mengaku berupaya memberikan pemahaman kepada para calon pembeli soal PMK. “Harus bisa menjelaskan kepada pembeli, menjelaskan PMK, ciri-ciri PMK itu apa, bahayanya itu apa. Kita juga jelaskan kalau kita punya SKKH dan ikuti imbauan dari Dinas Pertanian dan Peternakan soal pemberian antibiotik, pengadaan disinfektan, semprot kandang, dan lainnya,” kata dia.

Sementara Herman, yang juga berjualan ternak di kawasan Cinambo, Kota Bandung, mengaku dagangannya belum banyak yang laku. Ia menjual domba asal Bandung, Majalaya, dan Ciparay. Ia berupaya memastikan ternak yang dijualnya ini tetap sehat agar siap dijual ketika ada yang berminat. “Semoga yang mau kurban banyak lagi, biar peternak juga bisa maju, bisa sedikit-sedikit cari nafkah. Masyarakat yang ingin membeli juga silakan datang langsung untuk lihat kondisi hewannya,” ujar dia. 

 

 
Berita Terpopuler