Tujuh Alasan Hati Tertutup Alquran

Di antara amal ibadah yang terbaik adalah menyibukkan diri dengan Alqur'an

SPA
Alquran dan terjemahannya dalam berbagai bahasa di Masjidil Haram, Arab Saudi. Ilustrasi Alquran.
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara amal ibadah yang terbaik adalah menyibukkan diri dengan Alqur'an, baik dengan membaca ayat-ayatnya atau merenungkan makna yang dimaksudkan.

Baca Juga

Dalam kapasitasnya sebagai sumber utama Islam, Al qur'an mencakup semua aturan, peraturan, perumpamaan ilustrasi, kebijaksanaan, peringatan, peristiwa sejarah, ilmiah dan tanda-tanda kosmik, yang membantu orang-orang beriman menjalani hidup mereka sesuai dengan hukum yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, Allah Yang Maha Kuasa.

Dalam surat An-Naḥl ayat 89

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ ۚ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghadirkan seorang saksi (rasul) kepada setiap umat dari (kalangan) mereka sendiri dan Kami mendatangkan engkau (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang muslim.

Melansir laman aboutislam.net, terdapat alasan tertutupnya hati untuk merenungkan Al Qur'an, diantaranya:

Pertama, perbuatan hati yang penuh dosa. Karena mereka mewakili salah satu perisai paling kuat terhadap Al qur'an, tindakan hati yang berdosa mencegahnya untuk diperhatikan atau disentuh oleh Al qur'an .

Dengan adanya perisai seperti itu, menjadi mustahil untuk menemukan kesenangan atau kepuasan dengan Al qur'an. Hudzaifah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ujian akan dihadirkan di hati para pria seperti tikar buluh yang ditenun batang demi batang. Setiap hati yang diresapi oleh mereka akan memiliki tanda hitam di dalamnya. Setiap hati yang menolaknya akan diberi tanda putih.

Akibatnya akan menjadi dua jenis hati, satu putih seperti batu putih yang tidak akan dirugikan oleh gejolak atau godaan apapun, selama langit dan bumi bertahan; dan yang lainnya, hitam dan berwarna debu seperti bejana yang terbalik, tidak mengenali apa yang baik atau menolak apa yang keji, tetapi diresapi dengan nafsu.” (Muslim)

Kedua, Perbuatan dosa bagian tubuh. Orang-orang beriman dapat mengalami kekurangan dalam kemampuan mereka untuk menghafal Al qur'an karena mereka merugikan orang lain atau gagal untuk menurunkan pandangan mereka. Demikian pula, mereka dapat terhalang dari merenungkan ayat-ayatnya karena perbuatan dosa.

 

 

Abdullah bin Amr bin Al As (semoga Allah meridhoi mereka) meriwayatkan, Nabi (damai dan berkah atasnya) berkata, “Seorang Muslim adalah orang yang dari lidah dan tangannya orang Muslim aman; dan seorang muhajir (berhijrah) adalah orang yang menahan diri dari apa yang diharamkan Allah.” ( Al-Bukhari dan Muslim)

Ketiga, meninggalkan kitab-kitab Tafsir. Orang yang tidak berusaha untuk mempelajari makna ayat-ayat Al qur'an dan konteks historisnya tidak dapat merefleksikan Al qur'an dengan baik dan benar. Orang seperti itu tidak akan pernah bisa mendapatkan makna yang benar dari ayat-ayat atau interpretasi suara mereka. 

Dalam An-Nisa ayat 82, 

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur'an? Seandainya (Al-Qur'an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya.

Keempat, berpikir bahwa kisah-kisah Al qur'an tidak menjadi perhatian kita. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa kisah-kisah yang diceritakan dalam Al qur'an tidak ada hubungannya dengan kita. Mengapa kita harus memperhatikan diri kita sendiri dengan generasi Nabi Musa, Esa, Hud (saw)? Mengapa kita harus peduli dengan negara-negara yang 'binasa'? 

Pada prinsipnya, Al qur'an diturunkan kepada kita oleh Allah SWT untuk kita baca, renungkan isinya, dan pelajari dari perumpamaan dan kisah yang dikandungnya. Memang, Al qur'an bukan hanya catatan sejarah seperti yang mungkin dipikirkan beberapa orang, melainkan panduan bagi umat manusia menuju jalan yang benar melalui penerapan berbagai alat. Kisah Alquran itu sendiri, adalah salah satu alat itu. Dalam Yusuf ayat 111,  

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Sungguh, pada kisah mereka benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal sehat. (Al-Qur'an) bukanlah cerita yang dibuat-buat, melainkan merupakan pembenar (kitab-kitab) yang sebelumnya, memerinci segala sesuatu, sebagai petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang beriman.

 

 

 

Kelima, Keasyikan dengan bacaan saja, Seringkali seorang mukmin sibuk dengan bacaan Al qur'an tanpa memperhatikan pemahaman makna yang sebenarnya. 

Kecintaan seorang mukmin untuk membaca Al qur'an tidak boleh menyebabkan ditinggalkannya perenungan terhadap makna dan pelajarannya. Oleh karena itu, tidak dianjurkan untuk menyelesaikan pembacaan seluruh Alquran dalam waktu kurang dari tiga hari, itu mencegah seseorang dari merenungkan ayat-ayatnya.

Keenam, kecintaan yang berlebihan terhadap kehidupan duniawi. Kita semua, mencintai anak-anak kita, kekayaan, perhiasan, serta kenikmatan hidup duniawi. Namun, cinta ini harus moderat dan seimbang, dan tidak boleh bersaing dengan cinta untuk Al-Qur'an dan spiritualitas. Dalam Al Imran ayat 14 

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik. 

Ketujuh, membaca Al qur'an saat lalai. Di antara tanda-tanda bahwa seorang mukmin tidak mendapat manfaat dari bacaan Al qur'an adalah membacanya dengan hati yang lalai. Demikian pula, shalat yang dilakukan oleh orang yang lalai dan orang yang lalai tidak akan diterima. Dalam Al Araf ayat 204, 

 

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

 
Berita Terpopuler