Tiga Ciri Kepribadian Ini Pengaruhi Umur Panjang, Tampak pada Orang yang Usianya 100 Tahun

Seperti apa kepribadian orang yang usianya sampai 100 tahun?

Takuto Kaneko/Kyodo News via AP
Kane Tanaka, saat itu berusia 116 tahun, bereaksi setelah menerima sertifikat Guinness World Records, di panti jompo tempat dia tinggal di Fukuoka, Jepang barat daya pada 9 Maret 2019. Wanita Jepang yang diakui sebagai orang tertua di dunia itu meninggal pada usia 119 pada April 2022. Peneliti melihat ada keterkaitan antara kepribadian dengan umur panjang.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian kecil orang bisa hidup sampai usia 100 tahun ke atas. Apa yang membuat orang dapat menjadi centenarian? Temuan terbaru mengungkap bahwa kepribadian turut berpengaruh pada kemungkinan untuk berumur panjang.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal AGE, para peneliti berusaha untuk mengeksplorasi kemungkinan kepribadian memengaruhi umur panjang. Untuk sampai pada temuan mereka, para peneliti memeriksa karakteristik kepribadian centenarian.

Para peneliti mengembangkan metode yang membandingkan skor tes kepribadian yang sebenarnya untuk centenarian dengan skor tes yang diprediksi untuk orang berusia 100 tahun dibandingkan dengan kontrol yang lebih muda. Para peserta terdiri dari 70 centenarian Jepang berusia 100 sampai 106 tahun yang memiliki kemampuan kognitif yang baik dengan dan 1.812 orang tua berusia 60 sampai 84 tahun, semuanya penduduk Tokyo.

Inventarisasi lima faktor NEO (NEO-FFI) digunakan untuk menilai lima besar ciri-ciri kepribadian, yaitu neurotisisme, ekstraversi, keterbukaan, keramahan, dan kesadaran. Apa yang berhasil diungkap para peneliti?

Baca Juga

Hasilnya menunjukkan keterbukaan yang lebih tinggi pada pria dan wanita berusia 100 tahun. Perempuan berusia 100 tahun juga punya kesadaran serta ekstraversi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

"Hasil ini menunjukkan bahwa skor tinggi dalam ciri-ciri kepribadian tertentu, seperti ketelitian, ekstraversi, dan keterbukaan, dikaitkan dengan umur panjang," tulis para peneliti seperti dilansir dari laman Express, Selasa (14/6/2022).

Peneliti berspekulasi bahwa ciri-ciri kepribadian ini berkontribusi pada umur panjang melalui perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, pengurangan stres, dan adaptasi terhadap masalah yang menantang dari usia.

Sejak penelitian ini diterbitkan, para peneliti juga telah mengidentifikasi ciri kepribadian yang kurang terkait dengan umur panjang. Menurut sebuah studi tentang penanda umur panjang, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, tingkat neurotisisme yang lebih rendah lebih kondusif untuk umur panjang.

Studi ini mengeksplorasi prediksi umur panjang, baik dari perspektif individu dan perspektif keluarga, berdasarkan faktor demografi dan psikososial. Sebanyak 186 anggota keluarga "panjang umur" dan 237 anggota keluarga lansia biasa berpartisipasi dalam studi potong-lintang, sementara sampel 62 lansia berumur panjang dan 57 lansia biasa dipilih untuk penelitian komparatif.

Dari segi faktor psikososial, lansia yang berumur panjang menunjukkan neurotisisme dan dukungan sosial yang lebih rendah. Ekstraversinya yang lebih tinggi dibandingkan dengan lansia biasa.

Neurotisisme adalah sifat disposisi untuk mengalami efek negatif, termasuk kemarahan, kecemasan, kesadaran diri, dan lekas marah. Meskipun para peneliti dalam penelitian ini tidak menyelidiki hubungan ini lebih lanjut, neurotisisme dikaitkan dengan beragam kondisi fisik, seperti masalah jantung.

Oleh karena itu, peran yang dimainkan oleh tipe kepribadian dalam memengaruhi umur panjang tidak boleh diabaikan. Namun, sangat penting untuk tidak mengabaikan prinsip dasar umur panjang, yaitu makan dengan baik dan olahraga. Kedua pilar gaya hidup ini memberikan penyangga terhadap sejumlah penyakit kronis.

 
Berita Terpopuler