Dokter di Inggris Dinyatakan Bersalah Setelah Minta Muslimah Buka Cadar

Pengadilan Praktisi Medis menilai dokter dalam hal ini tak berhak minta buka cadar.

Republika/Prayogi
Stetoskop dokter (Ilustrasi). Seorang dokter umum di Inggris berdalih pasiennya perlu buka cadar agar bisa membaca gerak bibirnya. Dokter tersebut mengklaim pasiennya tidak mampu berbahasa Inggris dengan baik, sementara pengadilan profesi menemukan sebaliknya.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter umum yang meminta seorang Muslimah untuk membuka cadarnya saat konsultasi medis dinyatakan bersalah melakukan perbuatan tidak pantas. Dokter bermana Keith Wolverson yang praktik di yang praktik di Stoke-on-Trent dan Derby, Inggris itu kini sedang menunggu penetapan sanksinya.

Wolverson dapat dijatuhi skorsing atau menghadapi sanksi terberat, yakni tidak bisa praktik lagi. Medical Practitioner's Tribunal Service (MPTS) menyatakan bahwa dokter berusia 55 tahun itu telah membuat catatan yang "tidak tepat" tentang kemampuan bahasa pasiennya di Royal Stoke University Hospital.

Baca Juga

Layanan Pengadilan Praktisi Medis tersebut juga menganggap Wolverson bersalah karena meminta seorang pasien, yang dikenal sebagai Ny Q, untuk membuka cadarnya dengan alasan untuk memperlancar komunikasi lalu mengkritik kemampuan bahasa Inggris pasiennya dalam sebuah surel kepada koleganya. Padahal, Pengadilan menemukan bahwa Muslimah tersebut ternyata mampu berbicara bahasa Inggris dengan baik.

Pasien menjelaskan dia tidak ingin melepas cadarnya karena tindakan itu tidak diperlukan selama konsultasi. MPTS memutuskan bahwa pelanggaran Wolverson merupakan pelanggaran serius dan mengatakan dia tidak melakukan introspeksi diri untuk memperbaiki perilakunya.

MPTS juga menyatakan Wolverson tidak mau tahu tentang penderitaan yang dirasakan Nyonya Q akibat permintaannya untuk melepas cadar. Wolverson bahkan mengulangi perbuatannya sampai tiga kali.

Wolverson telah menghadapi 28 tuduhan pelanggaran, termasuk 16 terkait dengan insiden dengan Nyonya Q. Sebanyak 17 ditemukan terbukti bersalah, termasuk 13 yang berkaitan dengan insiden yang melibatkan cadar.

Pada 13 Mei 2018, saat melayani Ny Q, Wolverson memintanya untuk melepas cadarnya karena dia mengaku tidak bisa memahami ucapan pasien. Dia menyebut akan terbantu memahami perkataan Ny Q dengan melihat gerakan bibirnya.

Wolverson mengulangi permintaan itu, meskipun Ny Q mengatakan dia tidak ingin melepas cadar karena alasan agama. Ny Q kemudian mengajukan komplain.

Sebagai tanggapan atas keluhan dari pasien, pada 25 Mei 2018, melalui surel Wolverson mengatakan bahwa Ny Q "kemampuan bahasa Inggrisnya buruk". Dia mengaku "kesulitan untuk memahami ucapan Ny Q".

Fakta lain yang terkuak ialah Wolverson menolak untuk berbicara dengan suami Ny Q. Padahal, suami pasiennya telah berusaha untuk mengontaknya.

Pada awal Maret, MPTS mencatat bahwa Wolverson telah mengubah buktinya selama proses persidangan. Dokter yang praktik di Derby itu mengaku kesulitan dengan aksen daerah Stoke Ny Q.

Sebaliknya, Pengadilan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki masalah untuk memahami perkataan Ny Q ketika dia datang untuk memberikan bukti. Menurut Pengadilan, Wolverson lebih fokus pada dirinya sendiri daripada memahami perasaan pasiennya.

General Medical Council memang tidak memiliki aturan yang spesifik tentang pemeriksaan medis terhadap perempuan yang mengenakan cadar. Akan tetapi, menurut Ketua Sidang MPTS Duncan Toole, ada keadaan tertentu yang bisa membuat permintaan membuka cadar dapat diterima, namun tidak dalam kasus Wolverson.

Menurut Toole, Wolverson gagal menunjukkan pentingnya membuka cadar. Dokter tersebut dinilai tidak memiliki dasar untuk mengajukan permintaan tersebut.

"Kami cuma bisa menemukan sedikit bukti bahwa dr Wolverson telah merenungkan dampak kata-kata yang dia gunakan dalam e-mail terhadap Ny Q. Misalnya, tidak ada pengakuan atau refleksi tentang betapa kesal dan tersinggungnya Ny Q karena dianggap 'tak mampu berbahasa Inggris dengan baik', padahal bukan itu masalahnya," kata Toole, dikutip dari The Sun, Sabtu (11/6/2022).

Dalam beberapa catatan, Wolverson juga mengatakan bahwa tindakan pasien yang membawa anggota keluarga yang tidak berbahasa Inggris saat konsultasi adalah sesuatu yang "tidak dapat diterima". Dia menyatakan kemampuan berbahasa Inggris ibu dari pasien lain "terus terang, tidak terlalu bagus".

Dokter bermasalah

Beberapa tuduhan terhadap Wolverson terkait dengan pekerjaannya di Derby Urgent Care Centre. Sementara yang lain berasal dari Wolverson saat bekerja di Stoke, termasuk sebagai locum atau dokter sementara.

Wolverson memenuhi syarat sebagai profesional medis pada 1996. Dalam sidang dari 24 Februari hingga 4 Maret 2022, Wolverson ditemukan telah mengkritik kemampuan bahasa Inggris dari 15 pasien dalam catatan medis mereka dari Januari hingga April 2018.

MPTS adalah badan independen yang membuat keputusan independen tentang kelayakan seorang dokter untuk praktik. Badan ini juga dapat menjatuhkan sanksi, termasuk skorsing dan sanksi paling serius, yakni mencabut registrasinya sehingga pelaku tidak bisa praktik sebagai profesional.

Kasus Ny Q dibawa ke MPTS oleh General Medical Council, yang menyelidiki dokter yang mendapat keluhan. Wolverson akan mengetahui sanksinya pada sidang yang dijadwalkan berlangsung dari 12 Oktober hingga 14 Oktober 2022.

 
Berita Terpopuler