Akankah PKB dan PKS Bersatu dalam 'Koalisi Semut Merah'?

Elite PKB melempar wacana 'Koalisi Semut Merah', PKB dan PKS.

Antara/M Risyal Hidayat
Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kanan) berjalan berdampingan dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu (kiri) saat silaturahmi kebangsaan di Kantor DPP PKB di Jakarta, Rabu (28/4/2021). Saat ini bergulir wacana PKB dan PKS akan berkoalisi untuk Pilpres 2024. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Febrianto Adi Saputro

Baca Juga

 

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyatakan membuka peluang koalisi dengan partai mana saja untuk Pilpres 2024. Termasuk dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang notebene sama-sama berbasiskan ideologi Islam.

"Misalkan PKB dengan PKS mungkin berkoalisi? Sangat mungkin jika koalisi itu menjanjikan harapan menang dan menjanjikan harapan ke arah yang lebih baik," ujar Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid lewat keterangan tertulisnya, Rabu (8/6/2022).

PKB dan PKS, jelas Jazilul, memiliki romantisme tersendiri pada masa lalu. Salah satunya ketika kedua partai tersebut, bersama partai berbasis Islam lainnya berhasil menjadikan KH Abdurrahman Wahid sebagai presiden pada 1999.

PKS disebutnya juga sudah memberikan panggung kepada Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar dalam Milad ke-20 partai tersebut pada pekan lalu. Acara tersebut menjadi salah satu forum bagi Muhaimin untuk menyampaikan gagasannya terhadap Indonesia.

"Itu tandanya PKS dengan PKB sedang membangun kemesraan, mudah-mudahan publik melihat itu, dan kemesraan ini sesungguhnya juga terjadi di masa-masa lalu. Kami berharap kemesraan ini terulang lagi di masa depan," ujar Jazilul.

"Kalau terjadi koalisi PKB dan PKS, ini sesuatu yang baru maka akan menjadi magnet bagi partai lain untuk ikut. Minimal partai-partai di luar partai-partai gajah. Ini bisa menjadi 'koalisi semut merah', kecil tapi berasa," sambungnya.

Adapun terkait koalisi harus didahului dengan komunikasi dan kesamaan paham. Pasalnya, dalam Pilpres 2024 tidak ada calon petahana dan menjadi momentum baru bagi kedua partai untuk menunjukkan taringnya.

PKB dan PKS dinilainya juga memiliki kesamaan. Keduanya merupakan partai politik yang lahir di era reformasi dan sama-sama memiliki basis suara yang kuat di kelompok Islam.

"Mungkinkah bisa menang? sangat mungkin, dulu pernah menang," ujar Jazilul.

"Apalagi hari ini saya dengar sendiri di acara Milad, PKS mengusung politik yang rahmatan lil alamin. Itu menurut saya modal. Kalau dalam bahasa agama itu kalimatun sawa, kalimat yang mempertemukan," sambung Wakil Ketua MPR itu.

 

 

Sekretaris Jenderal PKS, Aboe Bakar Alhabsyi menanggapi wacana peluang koalisi dengan PKB. PKS disebutnya memang telah membuat hubungan emosional yang baik dengan partai yang dipimpin oleh Abdul Muhaimin Iskandar itu.

"Buat PKS itu semua datar tetap, termasuk Cak Imin tetap kita bikin hubungan konteks baik semuanya. Kita bikin hubungan emosional yang baik, perkembangan demi perkembangan," ujar Aboe di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (8/6/2022).

PKS dan PKB, jelas Aboe, juga berpeluang membuat poros koalisi baru untuk pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Apalagi Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) telah resmi membentuk Koalisi Indonesia Bersatu.

Aboe  tak menampik bahwa partainya berada di papan tengah dalam kontestasi politik nasional. Karenanya, ia mendorong adanya partai lain yang segera membentuk poros ketiga untuk Pemilu 2024.

"Sebenarnya yang ingin memunculkan poros ketiga ini siapa yang harus memulai? Kita harus berkorban, tidak usah dipikirkan dengan dia, dengan dia," ujar Aboe.

Saat ini, sudah terbentuk Koalisi Indonesia Bersatu yang digagas oleh Partai Golkar, PAN, dan PPP. Sementara, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilainya telah memiliki 'golden ticket' untuk mengusung calon presiden (capres).

Dengan adanya tiga poros koalisi, polarisasi di masyarakat akibat Pilpres 2024 dinilainya dapat dicegah semaksimal mungkin. PKS tak ingin gesekan yang sangat besar kembali hadir di masyarakat, seperti yang terjadi pada Pilpres 2024.

"Janganlah kita ributkan politik identitas, polarisasi, udahlah jangan cerita. Intinya adalah bagaimana kita meminimize hal-hal yang membuat sebuah keretakan atau perpecahan anak bangsa, itu intinya," ujar Aboe.

Ketua Umum PKB - Muhaimin Iskandar saat berpidato pada Milad ke-20 PKS di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (29/5/2022). Republika/Putra M. Akbar - (Republika/Putra M. Akbar)

Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, memprediksi Pemilu 2024 bakal berlangsung ketat dan kompetitif. Arya menyebut ada tiga alasan perhelatan Pemilu 2024 bakal berlangsung kompetitif dan ketat.

Tiga alasan itu adalah jarak elektabilitas terutama di antara tiga calon yang populer berdasarkan sejumlah hasil survei relatif sangat dekat atau ketat, koalisi antarpartai juga masih caiur, dan tidak adanya petahana juga bakal mempengaruhi ketatnya Pemilu 2024 mendatang.  

 

"Jadi tidak adanya petahana diprediksi pilpres akan sangat ketat dan kompetitif," kata Arya dalam sebuah diskusi daring  bertajuk 'Manuver Koalisi Partai Menjelang Pemilu Presiden: Motivasi dan Resiliensi', Rabu (8/6/2022). 

Arya juga memprediksi tren perilaku koalisi partai di Pemilu 2024 mendatang akan alami perubahan. Perubahan pertama, partai politik akan terdorong untuk membuat koalisi lebih dini. 

"Kenapa partai terdorong membuat koalisi yang lebih dini, karena saat ini relatif saat ini dari sisi kandidat itu cukup banyak kandidat-kandidat yang berpotensi atau kandidat potensial yang dicalonkan partai partai politik, baik kandidat yang berada  di lapis pertama, atau lapis kedua, atau laps ketiga, jadi partai punya banyak pilihan untuk mencalonkan kira-kira siapa yang akan mereka dukung dalam kontestasi pilpres mendatang," kata Arya. 

Arya juga memprediksi elite partai akan menjadi faktor penting dalam mempengaruhi peta koalisi ke depan. Hal tersebut berbeda dengan Pilpres sebelumnya dimana faktor kandidat menjadi penting.

"Misalnya pemilu 2014 dan 2019 itu faktor kandidat menjadi penting," ucapnya. 

Selain itu Arya juga memprediksi soliditas koalisi akan sangat terpengaruh oleh hasil pemilu legislatif. Sebab hal tersebut akan ikut mempengaruhi peta pencalonan yang akan datang.

"Koalisi dini ini juga konsistensi mereka, soliditas mereka juga akan terpengaurh hasil pileg, karena itu akan mempengaruhi juga bagaimana peta pencalonan dalam pilkada mendatang," ujarnya. 

 

Koalisi Indonesia Bersatu - (infografis republika)

 
Berita Terpopuler