Cara Korsel Buka Akses Informasi untuk Penyandang Disabilitas

Community Media Foundation Busan menyediakan akses informasi untuk difabel.

Republika/Idealisa masyrafina
Organisasi Community Media Foundation milik Korea di Kota Busan memfasilitasi edukasi media secara gratis ke masyarakat.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BUSAN -- Seorang wanita berusia lanjut menghadap kamera dengan penuh percaya diri di sebuah ruangan studio dengan latar berwarna hijau di Kota Busan, Korea Selatan. Nenek tersebut membacakan sebuah laporan berita yang akan direkam oleh kameramen studio.

Baca Juga

Di sisi ruangan, seorang pria paruh baya duduk di kursi pembaca berita. Keduanya bukanlah reporter dan pembaca berita asli, tapi peserta pendidikan broadcasting yang diadakan di Community Media Foundation di Busan.

Organisasi milik pemerintah Korea Selatan ini didirikan untuk memperkuat komunikasi media dalam masyarakat. Saat Republika berkunjung kesana, sebuah kelas broadcasting tengah diadakan dengan peserta dari beragam usia.

Menurut Kepala Biro Hak-hak Pemirsa (Chief of Viewers Rights Bureau) Community Media Foundation Busan, Lee Seokwoo, pemandangan itu bukanlah hal yang biasa, karena organisasi tersebut dibentuk untuk memberikan edukasi mengenai media dan penyiaran kepada khayalak umum.

"Semua kami sediakan gratis untuk masyarakat umum. Mereka datang kesini untuk belajar dan merasakan pengalaman sebagai penyiar televisi," ujar Lee Seokwoo dalam kunjungan Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea ke kantor Community Media Foundation di Busan, Kamis (2/6/2022). Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea merupakan program kerjasama antara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation.

Usai belajar dan mempraktekkan langsung siaran televisi, para peserta akan mendapatkan video hasil praktik siaran mereka tersebut. Kegiatan seperti ini rupanya cukup populer berkat organisasi pemerintah yang pertama kali didirikan di Busan ini.

Korea Selatan dikenal sebagai negara yang memiliki teknologi canggih serta industri media yang berkembang pesat. Akan tetapi, negara ini mengakui bahwa masih terdapat kesenjangan informasi bagi orang-orang yang kurang beruntung. Hal ini menjadi salah satu tujuan utama berdirinya organisasi ini.

Di organisasi yang pertama berdiri sejak tahun 2005 ini, masyarakat dari berbagai kalangan usia dapat belajar mengenai industri media dan penyiaran. Staf pengajar yang mumpuni serta alat-alat yang lengkap tersedia bagi masyarakat yang mau belajar, baik secara online maupun offline.

Organisasi ini juga menyediakan akses informasi untuk penyandang disabilitas dengan membuat berbagai program dan alat penerjemah ke dalam penyiaran informasi. Salah satu contohnya, yakni televisi yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas tunanetra dan tunarungu.

 

Lee mengungkapkan bahwa saat ini mereka tengah mengembangkan bioskop untuk penyandang disabilitas tunanetra. Republika masuk ke sebuah ruangan uji coba bioskop tersebut. Di sana, ruangan berukuran sekitar 4x4 meter tersebut dibentuk untuk mensimulasikan ruangan bioskop dengan fasilitas penyandang disabilitas tunanetra, dengan disediakan jalan pemandu berwarna kuning (guiding block). Agar kawan-kawan difabel dapat 'menonton' film, audio juga menjelaskan adegan dan pemandangan di film.

Menurut Lee, fasilitas semacam ini bukanlah hal baru di lembaga mereka. Sebelumnya mereka juga telah mengembangkan televisi untuk para difabel.

Asisten Manager Departemen Akses Media (Assistant Manager of Media Access Department) Cho Hyowon menambahkan, pihaknya telah memproduksi sekitar 2 juta televisi untuk para difabel. Sama seperti bioskop untuk penyandang disabilitas tunanetra, televisi tersebut juga akan menjelaskan mengenai pemandangan dan adegan dalam tayangan. 

Organisasi Community Media Foundation milik Korea di Kota Busan memfasilitasi edukasi media secara gratis ke masyarakat. - (Republika/Idealisa)

Sedangkan untuk penyandang disabilitas tunarungu, televisi akan menerjemahkan audio tayangan melalui artificial intelligence yang memperagakan bahasa isyarat, serta tulisan untuk dibaca.

"Kami membuat dua jenis televisi yaitu tahun 2018-2019 dan 2020-2021. Jumlahnya dua juta televisi dan kami berupaya meningkatkan jumlahnya," jelas Cho.

Tidak hanya melalui televisi, tayangan bagi penyandang disabilitas juga disediakan secara online dengan aplikasi yang dikembangkan oleh organisasi ini. Community Media Foundation juga menjadi penerjemah bahasa isyarat untuk film yang ditayangkan di Busan International Film Festival.

Organisasi ini juga menyediakan penyewaan alat-alat penyiaran seperti kamera, ruang editing dan lainnya secara gratis.  Hasil editing video milik masyarakat di organisasi tersebut banyak juga yang dibeli oleh stasiun televisi untuk ditayangkan.

Selain itu, organisasi ini juga penting untuk menangkal penyebaran informasi hoaks di masyarakat. Ketua (Chairman of the Board) Community Media Foundation Jo Hangyu mengatakan, melihat pentingnya keberadaan organisasi ini, rencananya jumlah cabang Community Media Foundation akan ditambah.

 

"Saat ini sudah ada 10 cabang, yang pertama dibuka di Busan ini. Rencananya akan ditambah menjadi 25 cabang dalam waktu dekat," ujar Jo Hangyu.

 
Berita Terpopuler