Pakar: Cacar Monyet Bisa Endemik di Eropa Kalau Sampai Menyebar ke Hewan Peliharaan

Cacar monyet telah menyebar ke 20 negara di Eropa.

Cynthia S. Goldsmith, Russell Regner/CDC via
Foto dari mikroskop elektron yang dipasok Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada 2003 memperlihatkan virus monkeypox penyebab cacar monyet. Kasus cacar monyet ditemukan di 20 negara di Eropa.
Rep: Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cacar monyet awalnya paling umum ditemukan di Afrika Tengah dan Barat. Kini, 20 negara di Eropa telah menemukan kasusnya. Para pakar pun mengingatkan kemungkinan penyakit tersebut menjadi endemik di Eropa andaikan sampai menginfeksi hewan peliharaan.

Di Inggris Raya, menurut laporan The Sun pada Selasa (24/5/2022), ada 54 kasus cacar monyet. Warga Inggris pun diperingatkan untuk waspada ketika pergi berlibur sepanjang tahun ini.

Pemilik hewan peliharaan juga diminta lebih waspada. Sebab, virus cacar monyet bisa jadi menyebar dari manusia ke hewan peliharaan.

Sejauh ini, masih belum ada laporan cacar monyet pada hewan peliharaan. Akan tetapi, dalam penilaian risiko cepat Pusat Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mengingatkan bahwa penting untuk menangani hewan peliharaan yang terpapar dan mencegah penyakit menular ke satwa liar.

Baca Juga

"Jika penularan dari manusia ke hewan peliharaan terjadi dan virus menyebar pada populasi hewan liar, ada risiko penyakit itu bisa menjadi endemik di Eropa," kata perwakilan ECDC.

ECDC menjelaskan, tikus, khususnya spesies dari famili Sciuridae (tupai), kemungkinan besar menjadi inang yang cocok, lebih cocok daripada manusia. Sementara itu, penularan dari manusia ke hewan  (peliharaan) secara teori dimungkinkan.

Peristiwa rembetan seperti itu berpotensi menyebabkan virus berkembang di satwa liar Eropa dan penyakit ini menjadi zoonosis endemik. Meski begitu, menurut ECDC, probabilitas peristiwa seperti itu sangat rendah.

Sementara itu, David Robertson dari Glasgow Centre for Virus Research mengatakan, ini adalah kekhawatiran yang valid. Tampaknya masuk akal untuk memantau hewan peliharaan yang berhubungan dengan orang yang terinfeksi.

"Kami meyakini bahwa hewan pengerat, seperti tikus dan tupai, dapat menampung virus, tetapi berbagai hewan lain yang berisiko belum diketahui," kata Robertson.

 
Berita Terpopuler