Gelombang Panas Ancam Gagal Panen Gandum di India

Gandum sangat sensitif terhadap panas, terutama ketika bijinya matang dan siap panen.

AP Photo/Channi Anand
Seorang wanita memanen gandum di pinggiran Jammu, India, Kamis, 28 April 2022. Gelombang panas yang luar biasa awal dan memecahkan rekor di India telah mengurangi hasil gandum, menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana negara akan menyeimbangkan kebutuhan domestiknya dengan ambisi untuk meningkatkan ekspor dan menutupi kekurangan akibat perang Rusia di Ukraina.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Gelombang panas yang melanda India mengancam gagal panen gandum dan hasil pertanian lainnya. Hal ini menjadi tantangan terkait bagaimana India akan menyeimbangkan kebutuhan domestiknya, dengan ambisi untuk meningkatkan ekspor dan menutupi kekurangan akibat invasi Rusia di Ukraina.

Baca Juga

Gandum sangat sensitif terhadap panas, terutama ketika bijinya sudah matang dan siap panen. Para petani India mengatur waktu tanam mereka sehingga, saat panen bertepatan dengan musim semi yang biasanya lebih dingin.

Seorang petani di Sangrur di negara bagian Punjab, India utara, Baldev Singh menyaksikan panennya menyusut di depan matanya saat mata air yang biasanya dingin dengan cepat berubah menjadi panas. Dia kehilangan sekitar seperlima dari hasil panennya. 

"Saya khawatir yang terburuk belum datang," kata Singh.

Punjab adalah "mangkuk gandum" bagi India. Pemerintah telah mendorong penanaman gandum dan beras di daerah tersebut sejak 1960-an. Punjab merupakan penyumbang terbesar cadangan nasional India. Pemerintah berharap dapat membeli sekitar sepertiga hasil gandum dari wilayah tersebut.  

Tetapi pemerintah memperkirakan hasil yang lebih rendah tahun ini. seorang ahli kebijakan pertanian di kota Chandigarh utara, Devinder Sharma,  mengatakan, hasil panen diperkirakan turun 25 persen. Penurunan panen gandim juga akan dirasakan oleh wilayah penghasil gandum besar lainnya seperti Uttar Pradesh dan Madhya Pradesh.

Secara keseluruhan, India membeli lebih dari 43 juta metrik ton (47,3 juta ton AS) gandum pada 2021. Sharma memperkirakan India akan mendapatkan 20 persen hingga hampir 50 persen gandum.

India merupakan produsen gandum terbesar kedua di dunia, namun hanya mengekspor sebagian kecil dari hasil panennya. India memanfaatkan gangguan global terhadap pasokan gandum dari perang Rusia di Ukraina, menemukan pasar baru untuk ekspor gandum di Eropa, Afrika, dan Asia. Dibutuhkan sekitar 25 juta ton gandum untuk program kesejahteraan pangan  bagi lebih dari 80 juta orang.

Sebelum pandemi, India memiliki stok besar yang jauh melebihi kebutuhan domestiknya, dan dapat digunakan sebagai penyangga terhadap risiko kelaparan. Cadangan itu telah berkurang, karena pemerintah mendistribusikan biji-bijian gratis selama pandemi kepada sekitar 800 juta orang yang merupakan kelompok rentan seperti pekerja migran.  Program ini diperpanjang hingga September.

 

“Kami tidak lagi memiliki surplus semacam itu, karena ada banyak tekanan pada ketersediaan gandum domestik,” kata Sharma.

Sekolah di negara bagian Odisha di India timur telah ditutup selama seminggu. Sementara di Bengal Barat, sekolah-sekolah menyimpan garam rehidrasi untuk anak-anak.  Pada Selasa (26/4/2022),  Kota Rajgarh di India tengah mengalami kenaikan suhu cukup ekstrem. Suhu siang hari di kota itu mencapai puncaknya yaiu 46,5 derajat Celcius. Sementara suhu menembus batas 45 derajat Celcius di sembilan kota lainnya.

Seorang ilmuwan iklim di Imperial College of London, Friederike Otto, mengatakan,  perubahan iklim telah membuat gelombang panas India lebih panas. Dia mengatakan bahwa sebelum aktivitas manusia meningkatkan suhu global, gelombang panas seperti tahun ini akan melanda India lagi dalam sekitar setengah abad.

"Sekarang ini adalah peristiwa yang jauh lebih umum, kita dapat melihat suhu tinggi seperti itu setiap empat tahun sekali," kata Otto.

Jurnal medis The Lancet menyatakan, kerentanan India terhadap panas ekstrem meningkat 15 persen dari 1990 hingga 2019. Ini adalah salah satu dari lima negara teratas di mana orang-orang yang rentan, seperti lansia dan orang miskin menghadapi paparan panas tertinggi. Sementara Brasil memiliki kematian terkait panas tertinggi di dunia. 

 

 
Berita Terpopuler