Kremlin: Pasokan Senjata Barat ke Ukraina Ancam Keamanan Eropa

Rusia akan melakukan pembalasan jika negara-negara Barat ikut campur di Ukraina.

AP/Efrem Lukatsky
Seorang anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina memegang senjata anti-tank NLAW, di pinggiran Kyiv, Ukraina, Rabu, 9 Maret 2022. Kremlin pada Kamis (28/4/2022) mengatakan bahwa, pasokan senjata Barat ke Ukraina merupakan ancaman bagi keamanan benua Eropa.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin pada Kamis (28/4/2022) mengatakan, pasokan senjata Barat ke Ukraina merupakan ancaman bagi keamanan benua Eropa. Komentar dari juru bicara Kremlin Dmitry Peskov tersebut, menambah pola retorika yang meningkat di kedua belah pihak karena Barat telah meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina.

Baca Juga

"Dengan sendirinya, kecenderungan untuk memompa senjata, termasuk senjata berat ke Ukraina dan negara-negara lain adalah tindakan yang mengancam keamanan benua (Eropa) dan memprovokasi ketidakstabilan," kata Peskov.  

Peskov menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss, yang mengatakan, negara-negara yang menentang invasi Rusia ke Ukraina harus meningkatkan dukungan mereka. Termasuk memasok senjata berat, tank, dan pesawat.

Rusia secara konsisten menggambarkan NATO dan Barat sebagai agresor yang memaksanya mempertahankan keamanannya sendiri. Presiden Vladimir Putin memperingatkan bahwa, Rusia akan melakukan pembalasan secepat kilat jika negara-negara Barat ikut campur di Ukraina. Rusia telah mengatakan kepada Amerika Serikat (AS) untuk berhenti mengirim senjata ke Ukraina, karena dapat mengobarkan konflik.

Berbicara kepada anggota parlemen di St Petersburg pada Rabu (27/4/2022), Putin mengatakan, Barat ingin memecah Rusia menjadi beberapa bagian. Putin juga menuduh Barat mendorong Ukraina ke dalam konflik dengan Rusia.

"Jika seseorang berniat untuk campur tangan dalam peristiwa yang sedang berlangsung dari luar, dan menciptakan ancaman strategis bagi Rusia yang tidak dapat kami terima, mereka harus tahu bahwa serangan balasan kami akan secepat kilat," kata Putin.

"Kami memiliki semua alat untuk ini, hal-hal yang tidak dapat dibanggakan orang lain sekarang. Dan kami tidak akan menyombongkan diri, kami akan menggunakannya jika perlu. Dan saya ingin semua orang tahu itu," ujar Putin menambahkan.

Invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari dan menghancurkan sejumlah kota. Perang itu, memaksa lebih dari lima juta orang Ukraina mengungsi ke luar negeri. Negara-negara Barat menanggapi serangan itu dengan sanksi dan memberikan pasokan senjata bagi Ukraina untuk berperang. Hal ini telah membawa kekhawatiran bahwa konflik yang lebih luas akan terjadi di Barat.

 

Rusia menyebut intervensinya sebagai operasi militer khusus untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis.  Ukraina dan Barat mengatakan, pernyataan Rusia dalih palsu untuk membenarkan serangan. Sanksi Barat telah mengancam perekonomian Rusia.  

Barat mengancam akan memutus pasokan gas ke Eropa. Sementara Ukraina mengatakan, Eropa harus berhenti bergantung pada Rusia untuk perdagangan dan impor energi. 

"Semakin cepat semua orang di Eropa menyadari bahwa mereka tidak dapat bergantung pada Rusia untuk perdagangan, semakin cepat untuk menjamin stabilitas di pasar Eropa," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Jerman, yang merupakan pembeli terbesar energi Rusia, berharap dapat berhenti mengimpor minyak Rusia dalam beberapa hari mendatang. Tetapi Jermab memperingatkan bahwa, embargo atau blokade energi Rusia akan mengarahkan ekonomi terbesar Eropa ke dalam resesi.  

Perusahaan gas terbesar Rusia, Gazprom menghentikan pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia pada Rabu karena tidak membayar dalam rubel. Putin mengumumkan dekrit yang mengharuskan pembayaran gas dengan mata uang rubel.

Sementara presiden Komisi Eropa mengatakan, penangguhan Gazprom adalah upaya lain oleh Rusia untuk menggunakan gas sebagai alat pemerasan. Duta besar negara anggota Uni Eropa meminta panduan yang lebih jelas tentang apakah pengiriman dengan menggunakan euro melanggar sanksi.

 
Berita Terpopuler