Joe Biden Harap Situasi di Al-Aqsa Damai Jelang Akhir Ramadhan

Biden menekankan komitmen AS terhadap stabilitas regional serta Timur Tengah.

AP/Mahmoud Illean
Pasukan keamanan Israel mengambil posisi saat bentrokan dengan demonstran Palestina di depan Dome of the Rock di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Jumat, 15 April 2022. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berharap situasi di kompleks Masjid Al-Aqsa damai menjelang akhir Ramadan.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berharap situasi di kompleks Masjid Al-Aqsa damai menjelang akhir Ramadhan. Hal itu disampaikan saat dia melakukan percakapan via telepon dengan Raja Yordania Abdullah II, Senin (25/4/2022). 

Baca Juga

Gedung Putih dalam keterangan persnya menyampaikan, dalam percakapan tersebut, Biden dan Raja Abdullah II membahas secara terperinci upaya untuk mengurangi kekerasan di Palestina. “Presiden (Biden) menyambut baik langkah baru-baru ini untuk mengurangi ketegangan dan menyatakan harapannya bahwa pekan terakhir Ramadan akan berlalu dengan damai,” kata Gedung Putih, dikutip laman Al Arabiya.

Biden turut menekankan pentingnya melindungi status quo Masjid Al-Aqsa. Sementara itu Raja Abdullah II menjelaskan tentang langkah yang diambil Yordania merespons eskalasi di kompleks Al-Aqsa. “Raja memberi penjelasan kepada Presiden (Biden) tentang keterlibatannya baru-baru ini di kawasan, dan Presiden menekankan komitmen AS terhadap stabilitas regional serta Timur Tengah,” kata Gedung Putih.

Raja Abdullah II diagendakan mengunjungi AS dalam beberapa pekan mendatang. Pada Ahad (24/4/2022) lalu, Raja Abdullah II, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, dan Putra Mahkota Uni Emirat Arab (UEA) melakukan pertemuan trilateral di Kairo. Mereka membahas sejumlah isu regional dan global, termasuk soal perkembangan di Masjid Al-Aqsa. 

"Ketiga pemimpin turut menyinggung perkembangan yang terjadi di kota Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa, menekankan perlunya menghentikan praktik yang melanggar kesucian masjid serta mengubah status quo di sana selain menghindari eskalasi dan menenangkan situasi," kata kantor berita UEA, Emirates News Agency (WAM), dalam laporannya. 

Sisi, Raja Abdullah II, dan Sheikh Mohammed sepakat bahwa kawasan Timur Tengah membutuhkan perdamaian, stabilitas, serta kerja sama guna mempromosikan pembangunan. Dengan demikian aspirasi masyarakat di kawasan untuk kemajuan dan kemakmuran dapat tercapai. 

 

Pada Ahad lalu, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan, negaranya berkomitmen untuk tak mengubah status quo kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. “Muslim beribadah di Temple Mount (istilah Yahudi untuk kompleks Al-Aqsa), non-Muslim hanya berkunjung,” kata Lapid kepada awak media.

Terkait memanasnya situasi di Al-Aqsa belum lama ini, Lapid menyalahkan hal tersebut kepada “teroris” yang mencoba menghasut kekerasan. “Organisasi teroris telah mencoba untuk membajak Masjid Al-Aqsa untuk menciptakan pecahnya kekerasan di Yerusalem dan dari sana konflik kekerasan di seluruh negeri,” ucapnya.

Pada 15 April lalu, pasukan Israel melakukan penggerudukan ke kompleks Al-Aqsa. Momen itu terjadi saat ribuan Muslim di sana hendak menunaikan salat subuh. Israel mengatakan, pada awalnya pasukannya memasuki kompleks Al-Aqsa untuk mengangkut batu-batu yang dikumpulkan sekelompok warga di area situs suci umat Islam tersebut.

Pasukan Israel berusaha mencegah agar batu itu tak digunakan untuk menyerang mereka. Menurut kepolisian Israel, mereka mulai melakukan penyerbuan setelah adanya sekelompok warga yang melemparkan batu ke arah ruang doa umat Yahudi di Tembok Barat. Polisi Israel hendak membubarkan dan memukul mundur kelompok tersebut. Pada momen itulah bentrokan pecah. Lebih dari 150 warga Palestina mengalami luka-luka dalam kejadian itu.

 
Berita Terpopuler