Islamic Center Manchester Minta Penyelidikan Lebih Lanjut Pemboman Konser Musik 2017

ISIS mengeklaim sebagai pelaku pemboman pada konser musik 2017 lalu.

Peter Nicholls/Reuters
Warga muslim memanjatkan doa bagi korban teror di Manchester, Inggris (23/5)
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Sebuah masjid yang juga Islamic Center di Manchester telah menolak tuduhan bahwa mereka menutup mata terhadap ekstremisme terkait pemboman di sebuah konser musik tahun 2017 lalu. Mereka menyerukan pengawasan lebih lanjut terhadap kemungkinan hubungan badan intelijen Inggris dengan keluarga pembom.

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan Islamic Center Manchester, yang umumnya dikenal sebagai Masjid Didsbury, menyatakan bahwa pemboman itu akibat dari kebijakan pemerintah Inggris yang mendukung kelompok pemberontak Libya yang berjuang untuk menggulingkan Muammar Gaddafi selama pemberontakan 2011. 

"Kami mengamati bahwa MI5 dan MI6 belum memberikan laporan lengkap tentang hubungan apa pun yang mungkin mereka miliki dengan Ramadhan Abedi. Kami akan meminta penyelidik untuk menyelidiki ini lebih lanjut dan mempertimbangkan dengan cara apa pun yang dapat berkontribusi pada kegagalan untuk memantau Salman dan Hashem Abedi secara memadai," terang organisasi itu dilansir dari Middle East Eye (MEE), Selasa (29/3/2022).

"Masjid Didsbury tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas dampak keputusan pemerintah Inggris, bekerja dengan beberapa kelompok Libya untuk menyingkirkan pemerintah Gaddafi, yang mendorong beberapa warga Libya Manchester untuk pergi dan berperang di Libya. Menciptakan lingkungan yang radikal dan ekstremisme di antara beberapa orang Libya di Manchester," tambahnya. 

Dua puluh dua orang tewas dan ratusan terluka dalam serangan oleh seorang pria Inggris-Libya, Salman Abedi (22 tahun), pada kerumunan di konser Ariana Grande di Manchester Arena pada Mei 2017. Abedi meledakkan dirinya dalam pemboman yang kemudian diklaim oleh ISIS. 

 

 

Adik laki-laki Abedi, Hashem Abedi, tahun lalu dipenjara selama 55 tahun setelah dinyatakan bersalah membantu merencanakan pengeboman.  Kakak laki-lakinya, Ismail Abedi, meninggalkan Inggris tahun lalu setelah dipanggil untuk memberikan bukti untuk penyelidikan, dan merupakan subjek dari surat perintah penangkapan.

Penyelidikan lebih lanjut menjelaskan bahwa Salman Abedi kemungkinan bertempur di Libya bersama dua saudara lelakinya, ayahnya, dan orang lain dari komunitas Libya Manchester yang bergabung dengan Brigade Martir 17 Februari anti-Gaddafi. Termasuk beberapa yang kemudian dihukum karena pelanggaran terorisme. 

Dilatih oleh NATO

Penyelidikan yang dilakukan juga menyebut bahwa beberapa pejuang anti-Gaddafi dilatih oleh NATO, aliansi militer barat yang campur tangan dalam konflik untuk membantu menggulingkan pemimpin lama. Juga terdengar bahwa ayah Abedi, Ramadan Abedi, memiliki hubungan dengan Kelompok Pejuang Islam Libya (LIFG), sebuah kelompok militan Islam yang sebelumnya dilarang di Inggris, dan al-Qaeda.

Kebijakan buka pintu

Pada tahun 2017, Middle East Eye melaporkan bahwa pemerintah Inggris telah menjalankan kebijakan "buka pintu" yang mengizinkan orang-orang buangan Libya dan warga Inggris-Libya untuk melakukan perjalanan ke Libya untuk bergabung dengan revolusi melawan Gaddafi. Termasuk beberapa yang tunduk pada perintah pengendalian kontra-terorisme yang membatasi gerakan mereka.

Masjid Didsbury telah menghadapi pengawasan dalam penyelidikan menyusul laporan setelah pengeboman yang dilakukan oleh anggota keluarga Abedi di sana, dan bahwa Ramadhan Abedi terkadang memimpin azan.

Sebelumnya, seorang penasihat yang mewakili keluarga dari 12 korban pengeboman, John Cooper mengatakan masjid telah mengubur kepalanya di pasir karena gagal mengatasi kehadiran ekstremis dan sentimen kekerasan di antara mereka. Para teroris yang jadi bagian dari jemaah dan komunitas Muslim Manchester Selatan. 

Tetapi masjid mengatakan pernyataan seperti itu "menyesatkan" dan "pengalihan perhatian dari kegagalan yang sangat nyata dari badan-badan itu dengan tugas untuk melindungi publik dan mencegah serangan semacam itu. 

 
Berita Terpopuler