Kenangan Menghitung Jalan Rusak di Sepanjang Jalur Pantura dan Pansela

Aku ditugaskan sendiri, merangkap foto dan reportase, selama tiga hari.

Istimewa.
Liputan Mudik Jalur Pantura dan Pansela pada 2013.
Rep: Rusdy Nurdiansyah Red: Endro Yuwanto

Oleh : Rusdy Nurdiansyah

REPUBLIKA.CO.ID, Jalur Utama Pantura (Pantai Utara), mulai dari Cikampek-Cirebon, Jawa Barat (Jabar), masih banyak terdapat jalan rusak. Kerusakan parah terdapat di hampir dua kilometer sepanjang jalan di kawasan Pemanukan, Indramayu.

Selain kondisi jalan berlubang juga banyak jalan yang bergelombang sehingga cukup membahayakan pengendara kendaraan bermotor. Beberapa titik kondisi jalan rusak sudah mulai terasa selepas pintu keluar tol Cikampek hingga memasuki kawasan Karawang.

Kerusakan jalan kerap terdapat saat melintasi beberapa jembatan. Di kawasan ini tidak tampak adanya aktivitas perbaikan jalan. Jalur yang kerap dijadikan jalur utama bagi para pemudik saat tradisi tahunan mudik Lebaran ini semakin diperparah dengan jalan berdebu.

Memasuki kawasan Sukamandi, Subang, baru tampak di beberapa titik jalan rusak yang sedang diperbaiki dengan betonisasi yang hanya satu jalur saja digunakan sehingga menimbulkan kemacetan.

Kondisi jalan baru tampak sedikit mulus saat melintas melalui jalan lama menuju Palimanan, Cirebon. Pengendara sedikit nyaman sehingga bisa memacu kendaraannya sedikit lebih cepat, 60km/jam hingga 80km/jam.

Memasuki perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, atau di sekitar Losari hingga Brebes, jalanan kembali terlihat rusak. Bahkan, Brebes menjadi kota dengan jalanan rusak terparah di antara kota-kota yang dilewati sebelumnya. Jalan yang bergelombang dan berlubang tampak hampir sepanjang pantura Brebes, membuat para pengguna jalan harus lebih berhati-hati karena kalau tidak waspada bisa terjadi kecelakaan.

Sementara itu, bagi para penguna jalan yang hendak ke Bandung, dari pertigaan Palimanan menuju Majalengka, kondisi jalan juga rusak. Bahkan di beberapa titik kerusakan jalan cukup parah. Di sepanjang jalan ini tidak tampak aktivitas perbaikan jalan.

Selepas kawasan Jatiwangi menuju Cijelak, Sumedang, jalan lumayan bagus hingga memasuki kawasan Subang. Hanya beberapa titik terdapat jalan rusak dan di beberapa titik ada aktivitas perbaikan jalan dengan melakukan betonisasi. Kondisi jalan yang masih banyak terdapat jalan rusak tentu akan membuat ketidaknyamanan bagi penguna jalan, khususnya saat musim mudik tiba.

Sudah terbayang pasti akan terjadi kemacetan yang luar biasa sehingga perjalanan para pemudik akan memakan waktu yang cukup lama dan yang pasti akan keamanan dan kenyamanan para pemudik terancam.

Itu merupakan tulisanku yang tersajikan di Republika pada 19 Juni 2013. Liputan titik-titik jalan rusak di Jalur Pantai Selatan (Pansela) juga aku sajikan dengan gamblang. Walau tak sebanyak di Jalur Pantura, namun ada beberapa titik jalan rusak yang cukup berbahaya terutama di tanjakan maut Nagrek.

Secara keseluruhan jalan mulus dilalui di sepanjang Jalur Pansela, Jabar. Titik kerusakan jalan cukup banyak atau yang jalan sedang diperbaiki, baru terasa saat memasuki wilayah Jawa Tengah (Jateng), mulai dari Gombong, Cilacap, Kebumen, hingga Purworejo.

Tercatat, total jalan rusak berlubang, bergelombang di sepajang Jalur Pantura Jabar dan Jateng sebanyak 38 titik dan jalan diperbaiki ada enam titik. Sedangkan di sepanjang Jalur Pansela, jalan rusak berlubang hanya 13 titik dan jalan bergelombang lima titik. Selain itu, aku juga harus mencatat jalan-jalan persimpangan dan pasar dadakan yang menjadi titik kemacetan di kedua jalur tersebut.

Sejak 2002, dan seterusnya setiap tahun hingga 2016, saat masih sebagai fotografer maupun reporter, aku langganan masuk tim wartawan peliput arus mudik yang bertugas dari dua pekan jelang Lebaran Idul Fitri hingga berakhir sehari sebelum Lebaran Idul Fitri.

Redaksi Republika membentuk tiga tim untuk memantau arus mudik dan tiga tim untuk arus balik, yakni jalur mudik Jakarta-Merak, jalur mudik Pantura, dan jalur mudik Pansela. Setiap tim terdiri dari seorang fotografer dan seorang reporter dengan masing-masing disediakan kendaraan operasional. Baru pada 2015, tim liputan mudik ditambah satu orang personel videografer.

Pada 15 Juni 2013, aku ditugaskan redaktur Johar Arif untuk liputan mudik yang tak biasa dan bersifat khusus. Aku ditugaskan sendiri, merangkap foto dan reportase dengan hanya diberi waktu tiga hari menempuh jalur Pantura, jalur Tengah, dan jalur Pansela.

Waktu penugasan juga tak biasa, saat bulan suci Ramadhan baru memasuki hari keempat dan tugas utamanya mendata titik jalan rusak, jalan sedang diperbaiki, serta persimpangan jalan dan pasar dadakan yang menjadi titik kemacetan.

Tidak hanya sekadar mendata dan membuat laporan reportase, tapi aku pun harus memotretnya dari kamera tablet atau iPad. "Mas Rusdy, tugasnya mendata dan memotret titik-titik jalan rusak dan titik yang menjadi potensi kemacetan seperti jalan berlubang, jalan bergelombang, jalan sedang diperbaiki serta persimpangan jalan, dan pasar dadakan," ujar Johar Arief.

Kemudian, aku diberi peta dan rute perjalanan yang harus dilewati yang dimulai dari keluar pintu tol Cikampek, masuk Jalur Pantura hingga Subang, lalu ke arah Purwakarta, masuk Tol Cipularang dan keluar tol Cimahi. Lanjut ke Nagrek dan Jalur Pansela hingga Purworejo menuju Temanggung, Pekalongan, Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, dan kembali ke pintu tol Cikampek.

Kendaraan operasional dan seorang sopir disiapkan untuk tugas khusus ini. Tentu dengan biaya operasional yang sedikit lebih besar dari biasanya. Selain itu, aku juga dibekali sebuah kamera tablet atau iPad yang masih canggung aku gunakan. "Tiga hari harus sudah kembali lagi ke kantor ya," tegas Johar Arief.

"Siap!" jawabku.

"Oh ya, reportase tulisan sepulang tugas atau langsung aku buat?" tanyaku.

"Tulisan dibuat sepulang tugas, tapi yang terpenting foto-foto titik kemacetan karena kita mau buat peta jalur mudik eletronik yang bisa diakses langsung dari handphone tablet atau iPad. Selain juga untuk dibuat grafis di media online dan juga untuk kebutuhan koran," jelas Johar Arief.

Bagi pemudik, mengetahui jalur yang padat atau tidak, jalan yang dilalui potensi kemacetan atau tidak, jalannya rusak atau tidak merupakan kebutuhan guna menentukan strategi perjalanan mudik.

Menjawab kebutuhan tersebut, Republika pun menerjunkan tim Ekspedisi Mudik setiap tahunnya. Berbagai sajian informasi dihadirkan sebagai referensi para pemudik maupun keluarga yang dituju.

Republika menerjunkan tim liputan untuk Harian Republika dan kanal www.republika.co.id. Tak ketinggalan, sajian informasi mudik dalam audio visual tersaji di Republika TV yang dapat dinikmati di www.republika.co.id.

Tak hanya arus mudik, liputan arus balik juga menjadi fokus perhatian. Tim liputan rela tak berlebaran dengan keluarga demi menjalankan tugas. Melaporkan langsung informasi terkini seputar arus mudik dan arus balik.

Saat para pemudik merasakan kemacetan luar biasa di Jalur Pantura, tim liputan Republika juga turut merasakannya bersama pemudik. Bermalam di jalanan sudah menjadi menu biasa.

Jalur Jakarta-Merak, Jalur Pantura, Jalur Pansela, Jalur Cipali, menjadi lokasi wajib tim yang bertugas. Beberapa titik mudik seperti Pelabuhan Penyeberangan Merak-Bakauheni, Tol Cikampek, dan berbagai lokasi pemberangkatan angkutan Lebaran juga tak luput diberitakan.

Arus informasi yang lengkap diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pemudik yang hendak kembali ke tanah rantau. Tentu saja tim tak berharap meliput macam-macam tragedi mudik, semisal kecelakaan atau macet berkepanjangan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

 
Berita Terpopuler