Perempuan Inggris Meninggal Akibat Vaksin Covid-19: Kenali Tanda Peringatan VITT

Perempuan di Inggris meninggal delapan hari setelah disuntik vaksin Covid-19.

Dok keluarga Kim Lockwood
Perempuan asal Inggris, Kim Lockwood, meninggal dunia setelah mengalami VITT sebagai efek samping parah dari suntikan vaksin Covid-19 pada Maret 2021.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Vaksin Covid-19 memang terbukti aman dan efektif. Meski begitu, ada sejumlah kecil orang yang mengalami efek samping parah hingga fatal. Kasus meninggalnya perempuan Inggris bernama Kim Lockwood bisa menjadi bahan pelajaran bersama. 

Saat ini, peluncuran vaksin Covid-19 di Inggris telah dilanjutkan untuk kelompok usia berikutnya, yakni anak-anak berusia lima hingga 11 tahun. Vaksin telah dikaitkan dengan banyak manfaat, mulai dari risiko yang lebih rendah terkena dan menyebarkan Covid-19, mencegah keparahan, hingga menekan risiko kematian.

Baca Juga

Meski begitu, layaknya produk medis lainnya, vaksin Covid-19 juga dikaitkan dengan daftar kemungkinan efek samping. Lockwood merasakannya delapan hari setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca pada Maret tahun lalu.

Kala itu, Lockwood mengalami sakit kepala berat. Perempuan berusia 34 tahun itu segera ke Rumah Sakit Rotherham, namun kesehatannya memburuk dengan tiba-tiba dan dinyatakan meninggal 17 jam kemudian.

Lockwood meninggal akibat pendarahan di otak yang disebabkan oleh efek samping yang jarang terjadi dari suntikan vaksin Covid-19, menurut laporan BBC. Penyebab kematiannya ditetapkan akibat trombositopenia yang diinduksi vaksin (VITT).

Trombosis terjadi ketika gumpalan darah menyumbat pembuluh darah, menurut Johns Hopkins Medicine. Kondisi ini memicu pendarahan di otak Lockwood sehingga berakibat fatal.

Menurut data Pemerintah Inggris, jenis efek samping seperti yang dialami Lockwood ini diyakini "sangat jarang". Dari 24,9 juta suntikan dosis pertama dan 24,2 juta dosis kedua vaksin AstraZeneca, angka kejadiannya ialah 78 kematian dan 437 kasus tromboemboli.

Beberapa bukti melaporkan bahwa kejadian tromboemboli juga tampaknya lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Namun, pemerintah mengatakan, kasus tersebut tidak terlihat di semua kelompok umur dan perbedaannya hanya kecil. Otoritas negara tetap meyakinkan dan menyimpulkan manfaat vaksin lebih besar daripada risiko pada sebagian besar orang.

Apa saja tanda-tanda peringatan VITT?
American Society of Hematology mencantumkan gejala-gejala berikut, seperti dilansir dari Express.co.uk, Jumat (18/3/2022).

- Sakit kepala parah
- Gangguan visual
- Sakit perut
- Mual dan muntah
- Sakit punggung
- Sesak napas
- Sakit kaki atau bengkak
- Petechiae, mudah memar, atau berdarah.

American Society of Hematology mengingatkan, jika mengalami tanda-tanda itu empat hingga 42 hari setelah suntikan, maka seseorang perlu mendapatkan "evaluasi medis dengan segera". Selain sakit kepala, Lockwood juga mengalami penglihatan kabur, muntah, serta tidak bisa berbicara dengan kalimat lengkap.

Gejala terakhir muncul keesokan harinya hingga membuat Lockwood harus kembali ke rumah sakit, setelah sehari sebelumnya meninggalkan unit gawat darurat karena terlalu lama menunggu. South Yorkshire Coroner Nicola Mundy menjelaskan bahwa scan MRI seharusnya dilakukan lebih cepat untuk Lockwood.Hanya saja, kalaupun itu dilakukan, tetap saja tidak akan menyelamatkan nyawa Lockwood. Sebab, ada pendarahan "tiba-tiba dan katastropik".

Cara mengatasi efek samping vaksinasi Covid-19. - (Republika)

Mundy mengatakan bahwa hubungan antara suntikan vaksin Covid-19 dan VITT tidak diketahui dengan baik saat kasus Lockwood. Namun, kondisi ini sekarang sudah dikenali dengan lebih baik.

Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia Prof Iris Rengganis mengatakan reaksi Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) berupa alergi berat karena vaksinasi Covid-19 sangat sedikit. Insidennya dialami lima di antara lima juta peserta di dunia.

"Dari data terbaru, lima di antara lima juta orang yang divaksinasi mengalami KIPI alergi berat yang disebut anafilaksis," kata Prof Iris Rengganis dalam talk show virtual yang diikuti dari Youtube BNPB di Jakarta, Jumat (18/3/2022).

Prof Iris mengatakan, jumlah itu sangat rendah jika dibandingkan dengan gejala buruk yang ditimbulkan oleh infeksi Covid-19. Gejala buruk akibat Covid-19 bisa mencapai 20 persen penderita dengan angka kematian sekitar 0,5 hingga tiga persen.

KIPI merupakan situasi yang tidak bisa dihindari dari reaksi vaksin di tubuh manusia. Gejala timbul dari sensitivitas pribadi atau alergi.

"Tapi jarang reaksi berat, biasanya reaksi lokal (di sekitar lokasi suntikan). Tapi yang menyeluruh bisa demam dan nyeri sendi," katanya.

 

 
Berita Terpopuler