IDAI Keluarkan Rekomendasi Baru PTM, Siswa Wajib Masker Tiga Lapis

Perhatikan pemilihan dan penggunaan masker di siswa agar efektif.

ANTARA/FAUZAN
Guru memberikan materi saat proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di SDN Tanah Tinggi 1, Kota Tangerang, Banten, Senin (7/3/2022). Pemerintah Kota Tangerang menerapkan PTM terbatas sebanyak 50 persen untuk siswa kelas 6 SD dan kelas 9 SMP di tengah pemberlakuan PPKM level 3.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Desy Susilawati Rr Laeny Sulistyawati Ronggo Astungkoro

Penurunan kasus Covid-19 seiring penurunan level Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat pembelajaran tatap muka atau PTM kembali digelar. Salah satu rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), PTM boleh dilakukan dengan tetap mewajibkan penggunaan masker demi mengurangi penularan.

Ketua Satgas Covid IDAI, dr Yogi Prawira, SpA(K) menjelaskan IDAI menganjurkan penggunaan masker dan faceshield pada anak usia dua tahun ke atas, kecuali terdapat masalah medis yang menghalangi anak-anak tersebut untuk menggunakan masker. Jenis masker yang digunakan adalah masker kain tiga lapis atau masker medis. Masker akan mencegah penularan kuman dari satu individu ke individu lainnya dengan menahan partikel virus supaya tidak menyebar di udara.

"Dalam penggunaan masker pada anak harus diperhatikan ukuran dan cara penggunaan yang tepat, sehingga fungsi masker menjadi efektif," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (17/3/2022).

Dr Yogi juga meminta agar para orang-tua mengajarkan anak untuk berganti baju, mandi, dan membersihkan perlengkapannya setiap pulang dari sekolah, sebagaimana orang dewasa yang beraktivitas di luar rumah. Selain itu, sebaiknya anak tidak dianjurkan jajan makanan instan dan cepat saji atau junk food. "Orang tua bisa memilihkan asupan makanan yang mengandung nutrisi lengkap, termasuk vitamin dan mineral sehingga kekurangan mikronutrien dalam tubuh anak bisa dicegah."

Kekebalan terhadap penularan berbagai penyakit infeksi diperoleh dari nutrisi lengkap seimbang, istirahat yang cukup, aktivitas fisik sesuai usia, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, serta usaha pencegahan penularan infeksi melalui protokol Kesehatan dan vaksinasi.

Ketua Terpilih Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mengatakan, sebenarnya PTM sebaiknya dihindari selama masih pandemi. Namun jika PTM terpaksa dilakukan maka aturan protokol kesehatan harus ketat.

"Sebetulnya murid tak usah sekolah, di rumah saja. Tetapi ada kepentingan pendidikan dan masalah yang harus diperhatikan,"  ujar Adib, Rabu (16/3/2022).

Ia menjelaskan, pengayaan PTM yang utama yang dilihat yaitu dari perspektif keluarga. Ia melanjutkan, keluarga tak bisa terus-menerus menjadi guru untuk anak ketika belajar di rumah karena harus bekerja. Kendati demikian, dia melanjutkan, ketika anak PTM di sekolah maka seharusnya menjaga kebersihan, mencuci tangan, hingga tak usah bergerombol selama di sekolah. Ia menambahkan, hal-hal sederhana ini jadi otomatis untuk proteksi.

Kemudian, ia menyebutkan yang juga tak kalah penting harus diterapkan di sekolah adalah harus menjaga jarak, ada tempat untuk cuci tangan, kemudian ditunjang dengan ventilasi yang baik. "Memang di kota rata-rata pakai pendingin udara (AC), itupun harus ada exhaust dan ada Hepa Filter," katanya.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) ini menekankan, hal-hal seperti ini sebisa mungkin dilakukan. Tujuannya, sebagai upaya preventif dari Covid-19.

Selain itu, ia meminta murid juga harus menjaga kesehatan. Yang tak kalah penting, ia meminta proteksi individu (personal protection) juga dilakukan. Proteksi personal yang ia maksud yaitu dengan protokol kesehatan dan vaksinasi. Adib melanjutkan, aspek lingkungan juga harus diperhatikan seperti ventilasi, kemudian kalau berada di ruang tertutup seperti kantor dan sekolah juga harus menjaga jarak.  

Baca Juga






Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan memulai PTM 100 persen bertahap. Hal tersebut didorong dengan melihat kondisi tren penurunan kasus sebaran dan penurunan positivity rate Covid-19 belakangan ini.

"Mengamati kondisi terbaru, P2G mendorong pemerintah pertimbangkan memulai sekolah PTM 100 persen bertahap, tentu berdasarkan kajian epidemiologis dan data mutakhir," kata Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, kepada Republika.

Dia melihat, dari perkembangan kasus sebaran Covid-19 terbaru ada tren penurunan kasus termasuk positivity rate yang kini sudah menyentuh sekitar 7-8 persen. Dia mengatakan, pemerintah layak mempertimbangkan segera memulai PTM 100 persen secara bertahap jika penurunan kasus dan positivity rate menyentuh lima persen.

P2G meminta pemerintah pusat dan daerah untuk memperhitungkann dan memetakan perkembangan kasus Covid-19 setidaknya dua pekan ke depan, hingga awal April. Termasuk mengamati tren kasus Covid-19 secara global. Sebab, Satriwan melihat adanya varian Delta-Omicron dan ledakan kasus terbaru di China masih cukup mencemaskan.

"Karena saling terkoneksi, misalnya dengan tingkat perjalanan wisata dari mancanegara ke Indonesia yang sudah dipermudah aturannya," kata dia.

Selain memperhatikan angka positivity rate, pemerintah hendaknya juga memperhatikan tingkat perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit. Di mana yang perlu diperhatikan hendaknya tingkat perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit berada di bawah lima persen, termasuk angka fatality rate.

"Poin kami adalah, dasar memulai PTM 100 persen harus tetap mengacu pada data dan kajian epidemiologis mutakhir. Prinsip kehati-hatian. Bagi P2G, kriteria berikutnya sekolah dapat PTM 100 persen adalah jika daerah sudah masuk PPKM level I, sedangkan PPKM Level II sebaiknya tetap PTM terbatas 50 persen," kata dia.

Selain itu, pihaknya juga mengakui semangat dan dorongan dari orang tua termasuk siswa dan guru untuk segera mulai PTM 100 persen makin kencang. Sejak tahun ajaran 2021/2022, kebijakan PTM sering gonta-ganti, mulai dadi PJJ 100 persen, lalu PTM 50 persen, bahkan PTM 25 persen.

"Gonta-ganti skema pembelajaran kami lihat sangat berdampak terhadap psikologis siswa termasuk motivasi belajar siswa. Sementara itu, kita harus akui ancaman learning loss sudah kita rasakan selama pandemi," jelas Satriwan.

Dia menguraikan, anak-anak SD kelas rendah yang paling terdampak dari learning loss. Misal terkait keterampilan dasar membaca dan menghitung mereka yang makin tertinggal.

P2G juga meminta agar sekolah, guru, orang tua, dan siswa tetap konsisten membiasakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ketika masuk 100 persen dimulai nanti. Gerakan 3M, yakni mencuci tangan, memakai masker, dan nenjaga jarak, adalah kebiasaan yang wajib ditaati dalam PTM 100 perawb nanti. Jangan sampai berpikir Covid-19 sudah normal, semua sudah sehat, sehingga tak lagi patuh terhadap Gerakan 3M.

"Perlu disadari betul, 3M dijadikan AKB, ini kunci PTM yang sehat dan aman. Jika tidak, sekolah akan terus PJJ, orang tua dan guru pasti tidak mau," kata dia.





Rekomendasi Satgas Covid IDAI bagi para orang tua terkait PTM:

* Sebelum mempersiapkan anaknya masuk sekolah orang tua sebaiknya proaktif mengikuti perkembangan transmisi lokal Covid 19. Salah satu pedoman yang bisa digunakan untuk menyatakan kalau kasus terkendali adalah positivity rate kurang dari 8 persen.

* Orang tua dapat meminta sekolah menunjukkan protokol secara tertulis atau meminta pihak sekolah melakukan diseminasi protokol kesehatan melalui webinar.

* Orang tua dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk melihat kesiapan pihak sekolah memulai pembelajaran tatap muka.

* Orang tua dapat menanyakan status imunisasi guru dan petugas sekolah (sangat dianjurkan sudah mendapatkan vaksinasi Covid 19).

* Anak yang dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid 19 lengkap 2 kali dan tanpa komorbid.

* Anak dengan komorbiditas dapat berkonsultasi dahulu dengan dokter spesialis anak.

* Orang tua segera melengkapi imunisasi rutin anak.

* Orangtua mempersiapkan kebutuhan penunjangnya seperti rencana transportasi, bekal makanan, dan air minum, masker, pembersih tangan, serta persiapan tindak lanjut apabila mendapat kabar dari sekolah bahwa anak sakit.

* Ajarkan anak untuk mengenali tanda dan gejala awal sakit serta melapor kepada guru apabila diri sendiri atau teman ada tanda gejala sakit.

Walau pun sebagian anak yang terinfeksi Covid 19 dapat tanpa gejala atau pun bergejala ringan, sebagian lainnya berpotensi mengalami gejala berat/kritis bahkan komplikasi pascainfeksi hingga Long Covid 19, sehingga pencegahan adalah yang utama.

Vaksinasi anak yang baru sembuh Covid-19. - (Republika)




 
Berita Terpopuler