Makin Banyak Pemuda Lebanon Putus Sekolah Akibat Krisis Ekonomi

Banyak anak muda Lebanon melewatkan makan dan tidak ke dokter.

REUTERS/Mohamed Azakir
Siswa berada di pintu masuk sekolah negeri di Beirut, Lebanon, 23 Februari 2022. Makin Banyak Pemuda Lebanon Putus Sekolah Akibat Krisis Ekonomi
Rep: mgrol135 Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Fara Faraj, seoarang pemuda dari Lebanon percaya kuliah akan membantunya keluar dari rumah keluarganya yang sempit di daerah miskin Beirut serta mandiri secara finansial. Namun sebaliknya, kenaikan jumlah anak muda di Lebanon kemudian membuat harga barang kebutuhan naik.

Baca Juga

Pemuda 19 tahun itu pun putus sekolah lebih dari setahun yang lalu. "Saya tidak memiliki anggota keluarga yang dapat membantu saya menyelesaikan sekolah saya, dan saya tidak punya pekerjaan," ujarnya, Ahad (13/3/2022).

Dia menambahkan meskipun berada di sekolah negeri, biaya transportasi semakin sulit ditanggung. Menurut laporan PBB yang dirilis pada Januari lalu, 30 persen anak-anak Lebanon yang berusia 15-24 tahun putus sekolah.

Menurut laporan itu, lebih banyak anak muda yang melewatkan makan dan mengurangi perawatan kesehatan. Faraj, mempunyai keluarga yang terdiri atas orang tuanya, dua saudara lelaki yang menganggur, dan dua adik perempuan yang masih bersekolah.

Mereka berbagi dua kamar di sebuah apartemen sempit di Borj Hammoud, pinggiran kota Beirut dengan jalan-jalan sempit dan padat yang dirusak oleh ledakan besar di dekat pelabuhan kota pada 2020.  Menurut World Bank, pandemi virus corona dan bom pelabuhan, yang meninggalkan bekas luka di garis pantai Beirut, memperburuk salah satu bencana ekonomi terbesar sejak pertengahan abad kesembilan belas.

Terlepas dari kenyataan elite kaya masih sering mengunjungi bar dan kafe distrik mewah, kemiskinan meningkat 80 persen. Banyak orang tidak mampu membeli makanan dan obat-obatan.

 

“Dulu kami bisa membeli barang, meski kesulitan. Sekarang karena krisis, kami hanya bisa membeli makanan dan minuman,” ucapnya.

Faraj dilatih sebagai penata rambut melalui inisiatif yang didukung Unicef yang bertujuan membantu kaum muda Lebanon menghadapi pengangguran tinggi. Unicef membayar sekitar dua dolar AS per hari bagi mereka yang dapat mencari pekerjaan.

"Ketika seorang anak muda putus sekolah pada usia 13, 14, atau 15 tahun, cukup sulit mendapatkan mereka kembali. Mereka menemukan diri mereka di pasar kerja yang sangat berbahaya dengan kurangnya pendidikan dan keterampilan yang parah," ucap Kepala Bagian Pemuda Unicef di Lebanon Alexandre Schein.

Beberapa keluarga di Lebanon telah beralih dari sekolah swasta ke sekolah negeri. Sayangnya, sekolah negeri tidak mampu memberikan pembelajaran jarak jauh ketika pandemi melanda. Setelah sekolah negeri dibuka kembali, sekolah terpengaruh penghentian dan pemogokan karena upah rendah guru.

Banyak guru di sekolah dan universitas meninggalkan pekerjaan mereka atau negara. Hal ini berkontribusi pada “Brain Drain” (hilangnya sumber daya manusia) yang berkembang. Menurut Menteri Pendidikan Abbas el-Halabi, masalah tersebut terkait dengan gejolak politik dan ekonomi yang lebih besar di negara itu.

“Pemuda di Lebanon kehilangan kepercayaannya jika terus tinggal di sini. Memang benar kita telah melihat siswa putus sekolah dan berhenti belajar. Banyak keluarga tidak lagi menghargai pendidikan, tetapi beberapa orang Lebanon sangat tertarik dengan pendidikan karena itu adalah satu-satunya senjata yang dapat mereka berikan kepada anak-anak mereka,” ucapnya. 

 

https://www.reuters.com/world/middle-east/lebanese-youths-abandon-education-crisis-bites-2022-03-13/

 
Berita Terpopuler