Angka Kematian Masih Berpotensi Meningkat di Ujung Gelombang Ketiga Covid

Angka kematian Covid-19 di Indonesia saat ini masih ratusan jiwa per hari.

ANTARA/Fikri Yusuf/wsj.
Penumpang pesawat tiba di Terminal Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Rabu (9/3/2022). Pengelola Bandara Bali memprediksi jumlah rata-rata penumpang harian di bandara tersebut akan meningkat sekitar 20 persen setelah hasil tes RT-PCR atau rapid test antigen COVID-19 tidak lagi diwajibkan sebagai persyaratan bagi Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) yang telah menerima vaksin COVID-19 dosis kedua atau dosis ketiga (booster).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Dessy Suciati Saputri, Rr Laeny Sulistyawati, Nawir Arsyad Akbar

Baca Juga

Berbagai indikator pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini menunjukkan tren penurunan mulai dari kasus konfirmasi harian, kasus aktif, hingga angka keterisian rumah sakit (BOR). Namun, sayangnya, angka kematian harian masih berada pada kisaran ratusan jiwa per hari.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, angka kasus aktif Covid-19 sepekan terakhir mengalami penurunan sebesar 97 ribu kasus, setelah delapan pekan sebelumnya mengalami lonjakan. Namun, angka kasus aktif saat ini masih terbilang tinggi.

Selain kasus aktif, jumlah kasus positif juga terus menunjukkan penurunan. Menurut Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito,  karakteristik gelombang Omicron yang dialami oleh sebagian besar negara di dunia, jumlah kasusnya cepat mengalami peningkatan, namun turun dalam waktu yang singkat, hal inipun terjadi di Indonesia.  

Dalam kurun waktu sekitar satu bulan lalu, kasus mingguan meningkat sangat tajam menjadi hampir 400 ribu kasus. Namun, saat ini jumlah kasus positif turun menjadi 200 ribu kasus.

“Tentunya angka ini masih tinggi dan masih menjadi tugas kita bersama untuk menurunkannya menjadi seperti sebelum puncak yang hanya berkisar 1.000 kasus dalam satu minggu,” kata Wiku, Selasa (8/3/2022).

Penurunan kasus positif ini juga dibarengi dengan penurunan angka keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 nasional selama 10 hari terakhir, yakni dari 38,79 persen menjadi 28,2 persen. Penurunan angka BOR rumah sakit rujukan ini dibarengi dengan peningkatan kesembuhan pasien Covid-19.

Persentase kesembuhan mengalami peningkatan setelah sebelumnya turun drastis dari 96 persen menjadi 86 persen pada 20 Februari lalu. Saat ini, persentase kesembuhan kembali meningkat menjadi hampir 90 persen.

Di antara indikator penurunan di atas, angka kematian masih harus menjadi perhatian bersama. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi bahkan mengatakan, dalam waktu dekat Indonesia masih berpotensi mengalami tren kenaikan kasus warga yang meninggal akibat terinfeksi Covid-19.

"Kita tahu, biasanya puncak kasus kematian itu 10 hari dari pada puncak kasus konfirmasi harian yang positif. Jadi kemungkinan kita masih akan melihat tren terjadinya peningkatan kasus kematian," ujar Nadia saat dikonfirmasi, Rabu (9/3/2022).

Nadia menuturkan, bila melihat rentang waktu penurunan kasus Omicron adalah sekitar 40 hari. Maka, bila dihitung tren penurunan diprediksi kasus Covid-19 di Indonesia akan kembali di angka 5 ribu kasus per hari pada April nanti.

"Kalau melihat rentang waktu penurunan kasus Omicron sekitar 40 hari dan dihitung tren penurunan maka diperkiraan dalam 40 hari setelah puncak kasus maka kasus sekitar 5.000," terang Nadia.

Diketahui, kelompok rentan bergejala berat hingga berisiko kematian akibat terinfeksi Covid-19 yaitu orang-orang dengan komorbid dan juga lansia. Sesuai rekomendasi global kelompok ini menjadi kelompok prioritas untuk vaksinasi Covid-19.

Menurut data nasional menunjukkan, lansia dengan Covid-19 memiliki risiko 3,5 kali lipat untuk meninggal dibandingkan dengan yang bukan lansia, dan lebih tinggi lagi pada lansia dengan penyakit penyerta seperti diabetes, darah tinggi, dan gagal ginjal. Melihat data kumulatif dari 21 Januari-6 Maret 2022, 70 persen dari 8.239 pasien meninggal di rumah sakit belum divaksinasi lengkap, 56 persen di antaranya lansia, dan 51 persen memiliki komorbid.

Sementara itu efek perlindungan vaksin dibandingkan pasien yang belum divaksin yaitu, tiga dosis vaksinasi mengurangi risiko kematian 86 persen, dua dosis vaksinasi mengurangi risiko kematian 60 persen. Sementara, satu dosis vaksinasi mengurangi risiko kematian 29 persen.

“Kami berharap untuk wilayah di Indonesia terutama yang masih rendah cakupannya untuk dapat kembali menyusun strategi untuk meningkatkan cakupan vaksinasinya hingga lengkap dua dosis dan ditambah booster,” tegas Nadia.

In Picture: Penerapan Ketentuan Pelaku Perjalanan Dalam Negeri

 

Sejumlah penumpang tiba di Bandara Djalaludin, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Rabu (9/3/2022). Calon penumpang yang berangkat dan penumpang yang tiba di bandara tersebut tidak wajib menunjukan hasil tes negatif PCR dan tes antigen bagi yang yang telah dua kali vaksin COVID-19, sesuai dengan surat edaran Menteri Perhubungan RI nomor 21 tahun 2022 tentang petunjuk pelaksanaan perjalanan orang dalam negeri pada masa pandemi COVID-19. - (Antara/Adiwinata Solihin)

 

Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar, Ridwan Amiruddin menilai, Indonesia saat ini berada di fase akhir gelombang ketiga penularan Covid-19. Kendati demikian, positivity rate kasus varian Omicron saat ini masih tinggi, yaitu sekitar 25 persen.

 

Ridwan menilai perkembangan Covid-19 sejak 2 tahun lalu sampai hari ini, secara global mengalami tren penurunan kasus. 

"Sementara kalau secara nasional, kita (Indonesia) ada di akhir gelombang ketiga. Gelombang ketiga ini didominasi varian omicron yaitu sekitar 96 persen," ujarnya dalam diskusi, Rabu (9/3/2022). 

Saat ini, dia menambahkan, Omicron sudah masuk ke generasi ketiga yaitu subvarian BA.3. Jadi, tak hanya terdiri dari subvarian BA.1 dan BA.2.

Kalau dibandingkan dengan gelombang kedua yang didominasi Delta, ia mengakui varian Delta menyebabkan angka kematian cukup besar dan positivity rate juga cukup tinggi. Kendati demikian, Ridwan mencatat positivity rate Omicron saat ini juga masih belum melandai, yaitu sekitar 25 persen.

"Jadi, masih perlu ada unsur kehati-hatian," katanya.

Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menilai, pemerintah harus adaptif dalam penanganan Covid-19. Pasalnya, kasus positif virus tersebut cenderung fluktuatif, meskipun trennya mengalami penurunan.

"Kalau melihat situasi dari varian yang ada sekarang itu tentunya dari pandemi ke endemi itu bisa jadi, tapi kan namanya virus ini fluktuatif tidak bisa kita prediksi," ujar Dasco di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.

Adapun saat ini, ia menilai jika status pandemi bisa diubah menjadi endemi, mengingat peningkatan kasus tak terjadi. Tinggal bagaimana pemerintah untuk terus meningkatkan vaksinasi di berbagai daerah.

"Untuk beberapa waktu ini tetap protokol kesehatan ketat, itu tetap kita harus berlakukan untuk diri sendiri, anggota keluarga, maupun sekitar," ujar Dasco.

Terkait penghapusan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk pelaku perjalanan domestik, dinilainya dapat meringankan beban masyarakat. Namun, ia mengimbau semua pihak untuk tak meremehkan virus tersebut.

 

"Saya pikir memang bagus dilaksanakan, tapi yang penting tetap masyarakat tidak memandang enteng soal virus corona ini. Kita harus tetap waspada, karena kita tahu kadang-kadang naik dan turun, kadang variannya itu ganas, kadang ya seperti Omicron ini," ujar Ketua Harian DPP Partai Gerindra itu.

 

Ilustrasi Pelaku Perjalanan Domestik - (republika/mardiah)

 

 
Berita Terpopuler