Eksportir Gas AS 'Diuntungkan' Atas Krisis Pasokan di Eropa

Tiga bulan ini, AS telah mengalihkan puluhan kargo ke Eropa, dari tujuan utama Asia.

Frank Molter/dpa via AP
Kapal tengah melakukan bongkar muat di Pelabuhan Brunsbuettel, Jerman, Selasa (1/3/2022). Wilayah ini tengah dipertimbangkan menjadi lokasi untuk terminal gas alam cair (LNG) baru.
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Krisis pasokan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) ke Eropa menyusul konflik Rusia-Ukraina memberikan keuntungan bagi segelintir eksportir raksasa di bidang energi, termasuk dari Amerika Serikat (AS). Sejak Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu, harga LNG telah melonjak.

Baca Juga

Perusahaan LNG yang berbasis di Houston, Texas, AS, Cheniere Energy Inc, merupakan salah satu yang diuntungkan atas krisis pasokan gas ke Eropa. Dalam beberapa bulan terakhir, Cheniere Energy Inc dilaporkan telah menandatangani sejumlah kesepakatan jangka panjang untuk memasok LNG ke Benua Biru.

Perusahaan energi lainnya seperti Trafigura dan Gunvor serta beberapa rumah dagang Jepang yang memiliki posisi di terminal pencairan AS juga disebut memperoleh keuntungan. Mereka mengalihkan kargo yang awalnya ditujukan untuk wilayah lain ke pasar Eropa dengan bayaran lebih tinggi. Trafigura dan Gunvor belum memberikan komentar atas laporan ini.

Dua sumber di sebuah perusahaan energi besar yang enggan dipublikasikan identitasnya mengungkapkan, selama tiga bulan terakhir, AS telah mengalihkan puluhan kargo ke Eropa dari tujuan Asia sebelumnya. Sebuah kargo tipikalnya adalah sekitar 3 miliar kaki kubis gas alam.

Menurut analis LNG di perusahaan intelijen data ICIS, pada dua bulan pertama 2022, AS mengirim 160 kargo ke Eropa dan Turki. Itu merupakan rekor baru. Sebelumnya rekor serupa tercatat pada kuartal pertama 2020, yakni sebanyak 125 kargo.  

"AS dan produsen LNG-nya mendapat untung dari kekurangan gas di Eropa dan selanjutnya akan mendapat untung jika volume Rusia disetujui," kata seorang pedagang Eropa, dikutip Reuters, Rabu (9/3).

Harga spot LNG melonjak ke rekor tertinggi mendekati 60 dolar AS per million British thermal units (mmBtu) akhir pekan lalu. Nilainya 10 kali lipat dibandingkan tahun lalu. Harga LNG diperkirakan akan meningkat lagi setelah AS mengumumkan larangan ekspor minyak dan gas dari Rusia.

Wakil Presiden WoodMac Mackenzie Valery Chow mengatakan, permintaan LNG Eropa diperkirakan akan melonjak setidaknya 20 persen pada 2022. “Ini mencerminkan berkurangnya aliran pipa Rusia dan kebutuhan untuk mengisi kembali tingkat penyimpanan gas Eropa yang menipis,” ucapnya.

Saat ini Eropa tengah mencanangkan upaya untuk mengurangi ketergantungan pasokan energi mereka dari Rusia. Sebanyak 45 persen pasokan gas di Benua Biru berasal dari Rusia. Analis LNG di konsultan FGE, Edmund Siau, berpendapat, dialihkannya pasokan gas oleh para eksportir ke Eropa akan berdampak ke Asia. "Pembeli Asia perlu membayar lebih mahal untuk menarik kargo dari Eropa, sehingga harga LNG spot Asia akan didukung oleh harga gas Eropa," ujar Siau. 

Strategi baru, yang disebut c, bertujuan untuk mempercepat transisi energi blok ke energi terbarukan dan mendiversifikasi pasokan gas untuk mengurangi ketergantungan pada impor Rusia.

“Pada akhir tahun ini, kami dapat mengganti 100 miliar meter kubik (BCM) impor gas dari Rusia yang merupakan dua pertiga dari apa yang kami impor dari mereka,” kata Frans Timmermans, wakil presiden eksekutif Komisi Eropa pada sebuah berita konferensi.

Strategi ini secara signifikan mempercepat strategi transisi energi Uni Eropa (UE) yang awalnya bertujuan untuk menghapus energi tak terbarukan dalam jumlah yang sama pada 2030. Timmermans mengungkapkan bahwa “sangat jelas bahwa kita terlalu bergantung pada Rusia untuk kebutuhan energi”, dan mengatakan keamanan energi blok itu terancam oleh Rusia yang memanipulasi pasar dan perkembangan terakhir di Ukraina.

Menurut rencana itu, UE akan mengganti sekitar 60 BCM gas Rusia dengan gas alam cair (LNG) dalam 12 bulan mendatang dan akan mendukung produksi gas alternatif, seperti biometana dan hidrogen. Komisi Eropa memperkirakan bahwa 18 BCM gas Rusia dapat digantikan oleh biometana, dan 50 BCM lainnya oleh hidrogen.

Uni Eropa juga akan sangat mendorong transisi energi hijau dalam lima tahun ke depan, dengan mendukung rumah, bisnis, dan pertanian untuk memasang panel surya dan pompa panas, tambah Timmermans.

“Hingga akhir tahun ini, hampir 25 persen produksi listrik Eropa saat ini bisa berasal dari energi surya,” tutur dia.

Dengan rencana baru, Komisi Eropa juga mengusulkan pengadaan gas bersama dan meminta negara-negara anggota UE untuk mengisi cadangan gas mereka hingga 90 persen pada 1 Oktober.

 
Berita Terpopuler