Kota Terdingin di Dunia Suhunya Minus 60 Derajat Celcius, Ada di Mana?

Tidak cuma kutub selatan yang memiliki suhu dingin ekstrem secara konstan.

AP Photo/Dar Yasin
Ilustrasi - Salju tebal. Beberapa kota di dunia memiliki suhu sedingin kutub.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak cuma kutub selatan yang memiliki suhu dingin  ekstrem secara konstan. Beberapa kota di dunia juga memiliki itu. Gelar kota terdingin adalah milik Yakutsk di Republik Sakha, Rusia.

Baca Juga

Suhu di Yakutsk mencapai minus 76 derajat Fahrenheit atau setara dengan minus 60 derajat Celcius. Sebagian warga bersikeras pernah melewati hari dengan suhu yang jauh lebih dingin, tetapi tak terbaca termometer.

Jumlah penduduk di Kota Yakutsk sekitar 336.200 orang, mayoritas bekerja di perusahaan tambang berlian Alrosa. Meski Yakutsk saat ini memiliki predikat sebagai kota terdingin, ada tempat lain yang lebih dingin.

Kota Oymyakon di Rusia dengan sekitar 500 orang penduduk pernah mencapai suhu terdingin pada 1924, yakni minus 96,2 derajat Fahrenheit atau minus 71,2 derajat Celsius. Uniknya, letak kedua lokasi itu tidak berdekatan.

Yakutsk dan Oymyakon berjarak sejauh 577 mil atau 928 kilometer yang memakan waktu sekitar 21 jam. Jadi, mengapa kedua tempat itu sama-sama punya suhu menusuk tulang?

Profesor meteorologi di Millersville University, Pennsylvania, Amerika Serikat, Alex DeCaria, menjelaskan alasannya. Dia menyampaikan bahwa Siberia, kawasan tempat kota itu berada, punya kombinasi lintang tinggi dan daratan yang begitu luas.

Suhu ekstrem, sangat tinggi maupun sangat rendah, cenderung terjadi di atas benua karena daratan memanas dan mendingin lebih cepat daripada lautan. Dalam kasus Siberia, lapisan salju juga berperan.

 

Salju membantu menjaga kawasan itu tetap sejuk dengan memantulkan radiasi matahari yang kembali ke luar angkasa. Kombinasi faktor-faktor itu memicu terciptanya zona tekanan tinggi semipermanen yang besar di Siberia pada musim dingin, dikenal sebagai "Siberian High".

"Tekanan tinggi di atas benua dengan garis lintang tinggi umumnya dikenal memiliki udara yang stabil, kelembapan rendah, dan langit cerah, yang menghasilkan suhu permukaan yang sangat dingin," kata DeCaria.

Dosen senior di Institute for Atmospheric and Earth System Research (INAR), University of Helsinki di Finlandia, Jouni Räisänen, menyebutkan alasan lain. Secara khusus, kondisi topografi di Yakutsk dan Oymyakon juga berperan.

Kedua lokasi itu berada di lembah serta dikelilingi oleh dataran yang lebih tinggi. Konsekuensinya, 'danau udara dingin' dengan mudah terbentuk saat musim dingin.

Kantong-kantong udara dingin yang relatif "berat" ini dapat terperangkap di dekat dasar lembah. Untuk Oymyakon, efek ini diperkuat oleh ketinggian yang relatif besar dari pegunungan sekitarnya

"Itu membantu untuk "menampung danau udara dingin" dari pencampuran dengan udara yang lebih hangat," ujar Räisänen, dikutip dari laman Live Science.

Dengan kondisi super dingin, nyatanya warga di kota-kota tersebut tetap betah. Direktur Laboratorium Energi Manusia di Universitas Notre Dame, Cara Ocobock, memberikan pandangannya soal itu.

"Saya pikir mereka bangga dengan tempat tinggalnya dan kecerdikan yang mereka miliki untuk berhasil hidup di tempat yang keras," ungkap pakar antropologi biologi tersebut.

Di ujung spektrum berlawanan, ada kota-kota yang punya gelar terpanas di dunia. Kota Karachi di Pakistan dan Ahvaz di Iran secara rutin mencatat temperatur di atas 101 derajat Fahrenheit atau 40 derajat Celsius.

 

Keduanya punya rekor suhu tertinggi. Karachi pernah mencapai 118 derajat Fahrenheit (47,8 derajat Celsius) dan Ahvaz dengan suhu 129,2 derajat Fahrenheit (54 derajat Celsius).

 
Berita Terpopuler