Mutasi Virus Berpotensi Terjadi di Wilayah dengan Cakupan Vaksinasi Covid-19 Rendah

Potensi mutasi virus corona ada di daerah dengan tingkat vaksinasi yang rendah.

www.pixabay.com
Mutasi virus corona tipe baru, SARS-CoV-2 (ilustrasi). Mutasi virus lebih mungkin terjadi di wilayah yang vaksinasinya rendah dan interaksi atau mobilitasnya tinggi.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengingatkan risiko mutasi SARS-CoV-2. Ia mengemukakan, wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah dan mobilitas penduduk yang tinggi berpotensi menjadi tempat bermutasi virus penyebab Covid-19 tersebut.

Baca Juga

"Kalau mau melihat potensi mutasi dari Covid-19, maka lihatlah negara maupun daerah yang vaksinasinya rendah dan interaksi atau mobilitasnya tinggi," kata dia dalam siniar "Apa Adanya" yang diikuti dari Youtube B1 Plus di Jakarta, Rabu (2/3/2022) sore.

Dalam bincang-bincang bertajuk "Dua Tahun Pandemi Indonesia, Bangun Mental Juara" itu, Wiku memastikan mutasi virus akan tetap terjadi. Itu adalah bagian dari sifat alamiah virus untuk bertahan hidup.

"Sama seperti manusia, virus juga akan berusaha untuk bertahan hidup," katanya.

Menurut Wiku, ancaman terhadap virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) dapat muncul, salah satunya saat terjadi intervensi vaksinasi. Tetapi, belum semua negara di dunia memiliki kemampuan vaksinasi sama seperti Indonesia.

"Artinya, potensi mutasi muncul di tempat vaksinasi yang tidak tinggi seperti di Afrika misalnya, tempat-tempat yang dengan imunitas lemah seperti itu," katanya.

Wiku mengingatkan, status endemi di satu negara bukan berarti pandemi dinyatakan selesai di seluruh dunia. Setiap negara perlu membangun kolaborasi untuk saling menguatkan dan menutup kelemahan dari berbagai negara lain.

"Menurut saya, Indonesia termasuk daerah yang potensi terjadi mutasi virusnya kecil. Hanya akan naik risikonya untuk mutasi di tempat-tempat yang vaksinasinya belum tinggi dan interaksi mobilitas masyarakat yang tinggi," katanya.

Negara yang diduga belum memperoleh pemerataan hak atas vaksin, di antaranya negara di Afrika, sebagian Asia, serta Amerika Latin. Wiku menyebut, negara-negara tersebut sebetulnya harus dibantu.

"Dengan menutup daerah-daerah itu melalui vaksinasinya, sebenarnya adalah menyelamatkan seluruh dunia," katanya.

 
Berita Terpopuler