Isra Miraj yang Menguji Keimanan

Peristiwa Isra Miraj menguji keimanan.

REUTERS / Ammar Awad
Pandangan umum menunjukkan orang-orang menghadiri perayaan pada Isra dan Miraj, yang menandai kenaikan Nabi Muhammad, di kompleks yang dihormati oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount dan Muslim sebagai Tempat Suci di Kota Tua Yerusalem pada 11 Maret 2021. The Kubah Batu terlihat di latar belakang.
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa Isra Mi'raj yang terjadi pada 27 Rajab, setahun sebelum hijrah, menjadi titik balik Rasulullah SAW dalam berdakwah. Kematian keluarga terdekatnya, yakni Abu Thalib dan istri tercinta Khadijah, benar-benar memukul perasaan Nabi yang mulia. Belum lagi, Rasulullah mendapatkan ujian yang nyata saat diserang ketika berdakwah ke Thaif.

Di dalam Alquran terlukis kisah Isra Mi'raj dalam QS al-Isra ayat 1.

Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda- tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Baca Juga

Peristiwa ini juga menguji keimanan. Tidak lazim pada masa lalu seseorang bisa pergi dalam waktu semalam dengan teknologi transportasi yang demikian sederhana. Tanpa tegarnya keimanan, sulit untuk memercayai peristiwa tersebut. Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad menggambarkan suasana malam itu. Ketika itu, Muhammad sedang berada di rumah saudara sepupunya, Hindun putri Abu Thalib yang akrab disapa dengan sebutan Um Hani.

Um Hani pun mengisahkan sebagai berikut:

Malam itu Rasulullah bermalam di rumah saya. Selesai shalat akhir malam, ia tidur dan kami pun tertidur. Pada waktu sebelum Subuh, Rasulullah sudah membangunkan kami. Sesudah melakukan ibadah pagi bersama-sama kami, ia berkata, `Um Hani, saya sudah shalat akhir malam bersama kamu sekalian seperti yang kau lihat di lembah ini. Kemudian saya ke Baitulmukadas (Yerusalem) dan bersembahyang di sana. Sekarang saya sembahyang siang bersama-sama kamu seperti yang kamu lihat.'

Um Hani berkata, "Rasulullah, janganlah menceritakan ini kepada orang lain. Orang akan mendustakan dan mengganggumu lagi!"

"Tapi harus saya ceritakan kepada mereka,"jawab Rasulullah.

Um Hani pun mengutus budaknya, Nab'ah, untuk mengikuti beliau.

Apa sebenarnya yang Rasulullah alami malam itu?

 

Muhammad Ridha dalam Sirah Nabawiyah mengutip riwayat dari Malik bin Sha'sha'ah, Rasulullah menceritakan tentang malam saat beliau diisrakan. Kata beliau, "Ketika aku sedang berada di al-Hathim-atau beliau mengatakan di Hijir- sambil berbaring miring, tiba-tiba datanglah seseorang ke padaku."

Selanjutnya, beliau berkata dan aku mendengar dia mengatakan, "Lalu orang itu membedah antara ini dan ini-yang ditafsirkan sebagai dari pangkal tenggorokan sampai tempat tumbuhnya rambut di bawah perut."

Hati Rasulullah pun dikeluarkan. Kemudian, didatangkan kepada beliau bejana dari emas penuh dengan iman. Orang itu membasuh hati Rasulullah, kemudian diisi dan dikembalikan.

Selanjutnya, didatangkan kepada beliau seekor kendaraan yang lebih kecil dari bighaldan lebih besar dari keledai berwarna putih. Kendaraan itu kerap disebut sebagai buraq. Itulah yang mengantar Rasulullah ke Baitul Maqdis untuk ke mudian pergi ke Sidratul Muntaha.

Rasulullah SAW memberi tahu orang-orang tentang apa yang beliau lihat dan alami selama perjalanan. Rasulullah menceritakan tentang perjalanan Isranya kepada sejumlah orang Quraisy. Mereka benar-benar tidak percaya terjadinya peristiwa itu. Sebagian mereka bertepuk tangan dan sebagian lainnya meletakkan tangan di kepala. Ada juga riwayat yang mengatakan murtadnya beberapa Muslim karena kisah tersebut.

Salah satu tokoh kaum Quraisy, Muth'im bin Adi, berkata,"Sesungguhnya urusanmu sebelum hari ini aku anggap kecil, kecuali urusanmu pada hari ini. Ini benar-benar bukti bahwa engkau memang berdusta. Kami biasa mengendarai unta ke Baitul Maqdis, berangkat satu bulan dan pulangnya satu bulan. Benarkah engkau mengaku telah datang ke sana dalam satu malam saja? Demi Lata dan `Uzza, aku sama sekali tidak percaya kepadamu dan kepada apa pun yang engkau katakan."

Berbeda dengan Muth'im, Abu Bakar, saha bat yang selalu memercayai dan membe narkan Rasulullah, memberi kesaksiannya saat ditanya sekelompok kaum musyrikin. Mereka berkata, Maukah kamu datang kepada temanmu (Rasulullah) itu? Dia mengaku tadi malam telah dibawa berjalan ke Baitul Maqdis.

"Benarkah dia mengatakan begitu? tanya Abu Bakar. Mereka menjawab, "Ya."

"Kalau benar dia mengatakan begitu, maka aku percaya,"ujar Abu Bakar tegas.

Kaum Quraisy kembali menguji Abu Bakar dengan pertanyaan selanjutnya. Apakah engkau percaya kepadanya bahwa dia telah pergi ke Baitul Maqdis dan sebelum pagi dia telah kembali? tanya mereka. Abu Bakar menjawab dengan tegas, Ya, sesungguhnya aku memercayai dia lebih jauh dari itu. Aku memercayai dia tentang berita dari langit yang datang pagi dan sore.

Rasulullah pun diuji oleh Muth'im yang meminta gambaran tentang Baitul Maqdis.Da tanglah Malaikat Jibril kepada Rasulullah sehingga beliau SAW mampu menerangkan satu per satu dengan detail tentang Baitul Maq dis. Rasulullah bahkan mampu menje laskan di mana lokasi pintu-pintu kiblat pertama umat Islam itu hingga tuntas. Mendengar penjelasan itu, Abu Bakar berkata, Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.

Tak hanya sampai ke Baitul Maqdis, Rasulullah SAW pun diantarkan naik menembus langit ketujuh. Dalam perjalanannya, Ra sulullah yang ditemani Malaikat Jibril bertemu de ngan para nabi Allah yang berada di tujuh la pisan langit tersebut. Beliau SAW bertemu Nabi Adam AS, Nabi Yahya AS dan Isa AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Idris AS, Nabi Harun AS, Nabi Musa AS, hingga Nabi Ibrahim AS.

Setelah menembus langit ketujuh, Ra sulullah sampai ke Sidratul Muntaha, tempat ber ada dua sungai di surga dan dua sungai di dunia-Sungai Nil dan Sungai Furad. Setelah memilih wadah minuman berisi susu-dari tiga pilihan madu, susu, dan khamr-Ra sulullah SAW menerima perintah shalat lima waktu. (ed:a syalaby ichsan)

 
Berita Terpopuler