Ada Tiga Kategori Dakwah Terkait Teknologi, Apa Saja?

Jika dikaitkan dengan teknologi, dakwah dapat dikategorikan menjadi tiga.

blogspot.com
Dakwah islamiyah (ilustrasi). jika dikaitkan dengan teknologi, dakwah dapat dikategorikan menjadi tiga.
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  KH Muhammad Solikhin menulis buku berjudul “Islam rahmatan lilalamin” yang bisa dijadikan sebagai panduan dakwah umat Islam Indonesia dalam konteks kekinian. Berbeda dengan buku-buku dakwah lainnya, buku ini juga menawarkan sebuah metode dakwah dengan information dan teknologi (IT), sehingga Islam rahmatan lil alamin tersebut benar-benar dapat terwujud di tengah-tengah masyarakat.

Baca Juga

KH Muhammad Solikhin menjelaskan, dakwah dengan IT sebenarnya sebuah tema yang lama. Ia sama tuanya dengan hiruk-pikuk dakwah multimedia dan isu Islam dan globalisasi. Namun, hal ini tetap penting sebagai wacana pencarian sebuah alternatif gerakan dakwah sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini.

Muhammad Solikhin sediri termasuk salah satu kiai yang melek dengan perkembangan teknologi informasi. Menurut dia, jika dikaitkan dengan teknologi, dakwah dapat dikategorikan menjadi tiga.

Pertama, yaitu dakwah konvensional yang terbagi atas majelis tabligh, majelis taklim, dan majelis takwa. Kedua, teledakwah (mengambil istilah dari televangelisme). Sedangkan yang ketiga adalah e-dakwah yang meliputi dakwah digital, dakwah elektrobik, dan dakwah via internet.

Menurut Kiai Solikhin, teknologi memang memang memberikan tawaran dakwah yang cukup menjanjikan. Dakwah telemedia misalnya, terbukti ampuh memasuki segala lini kehidupan manusia, lintas agama, dan kepercayaan. Bisa via talk show, sinetron, tulisan media massa, buku, cemarah live, dan sebagainya.

Jumlah pengguna internet di Indonesia sendiri dilaporkan telah mencapai 202,6 juta orang hingga Januari 2021. Angka ini tumbuh 15,5 persen dari tahun sebelumnya dengan kenaikan 27 juta orang. Karena itu, e-dakwah menjadi sangat penting di era sekarang ini untuk menyebarkan Islam rahmatan lil alamin.

 

 

Kiai Solikhin menjelaskan, e-dakwah juga menjadi sangat signifikan terkait dengan lalu lintas kesibukan, komunikasi, kebutuhan informasi dan profesionalisme manusia. Misalnya, di mana pun berada saat ini orang akan dapat mengetahui waktu shalat di seluruh penjuru dunia.

Dengan IT, menurut Kiai Solikhin, umat Islam juga dapat dipermudah untuk mendapatkan informasi-informasi lebih awal tentang hal-hal penting terkait ibadah massal. Misalnya, informasi tentang awal puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha.

E-dakwah tidak lain adalah upaya pemanfaatan teknologi informasi sebagai respons aktif kreatif terhadap perkembangan yang ada dengan memandang sisi positifnya. Jika dakwah konvensional dibatasi ruang dan waktu, maka e-dakwah bisa melintasi ruang dan waktu.

Menurut Kiai Solikhin, paling tidak ada tiga hal yang menjadikan e-dakwah begitu penting di zaman sekarang ini. Petama, yaitu karena umat Islam telah menyebar ke seluruh dunia. Kedua, karena Islam dicitrakan kurang baik oleh media Barat, sehingga perlu diluruskan. Sedangkan yang ketiga, untuk menunjukkan bahwa muslim bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada, selama tidak bertentangan dengan akidah.

 

 

Dalam bukunya ini, Kiai Solikhin juga mengungkapkan hambatan-hambatan dan tantangan e-dakwah di Indonesia. Selain itu, dia juga memaparkan tentang kelemahan dan kekuatan e-dakwah. Namun, menurut dia, yang jelas e-Dakwah menjadi sesuatu yang sangat mendesak dilakukan. 

 

Kiai Solikhin mengatakan, generasi muda santri, para kiai, dan ulama sangat perlu untuk dikenalkan, dilatih dan difasilitasi bagi penggunaaan internet dan basis teknologi informasi yang mendukungnya. Menurut dia, gerakan e-dakwah ini pun harus berangkat dari ketulusan niat, bukan pada niatan profit sebagai panglima.

 
Berita Terpopuler