China Mulai Gulirkan Pemberian Vaksin Booster Heterolog
Vaksin booster heterolog diberikan kepada warga China berusia 18 tahun ke atas.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mulai memberikan suntikan dosis penguat (booster) vaksin heterolog kepada warganya pada Sabtu (19/2/2022) di tengah pesatnya penularan Covid-19 varian omicron. Vaksinasi dosis penguat ini menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan dosis pertama dan kedua.
"Masyarakat yang menerima vaksin inaktif produk Sinopharm, Sinovac atau CanSinoBio dapat memilih suntikan booster dengan vaksin yang sama atau berbeda," kata Wu Liangyou dari Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) kepada pers.
Suntikan heterologous booster tersebut hanya diberikan kepada warga masyarakat usia 18 tahun ke atas yang sudah menerima suntikan dosis lengkap. Jarak pemberian booster ialah enam bulan setelah vaksinasi dosis primer.
Keputusan tersebut diambil di tengah pesatnya penularan omicron di berbagai negara. Di samping itu, China juga mempertimbangkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa vaksinasi heterologous booster bisa memberikan perlindungan lebih baik pada tubuh dalam menghadapi berbagai varian Covid-19.
Dibandingkan dengan varian delta, penularan omicron dua kali lipat lebih tinggi, menurut Wu. Lebih dari lima juta penduduk China telah menerima suntikan penguat dengan jenis vaksin yang sama.
Heterologous booster juga telah dilakukan di berbagai negara, seperti Amerika Serikat dan Argentina. Di China ada dua jenis vaksin yang bisa digunakan sebagai heterologous booster, yakni produk dari Anhui Zhifei Longcom dan CanSinoBio.
Beda vaksin booster homolog dan heterolog
Indonesia juga menerapkan pemberian vaksin booster heterolog. Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengemukakan vaksin booster homolog dan heterolog dibedakan atas platform pembuatan, namun memiliki efikasi yang sama baiknya bagi daya tahan tubuh terhadap risiko penularan Covid-19.
"Vaksin booster diberikan setelah seseorang mendapatkan vaksin primer dosis lengkap, bertujuan untuk mempertahankan tingkat kekebalan serta memperpanjang masa perlindungan yang diberikan secara homolog dan heterolog," kata Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Kamis (13/1/2022).
Menurut Nadia, homolog artinya dosis ketiga menggunakan jenis vaksin yang sama dengan dosis satu dan kedua. Sedangkan heterolog menggunakan vaksin ketiga dengan jenis yang berbeda.
Nadia mengatakan, perbedaan jenis vaksin terletak pada platform vaksin. Misalnya, Sinovac yang dibuat dengan platform inactivated virus atau virus yang dimatikan, sedangkan AstraZeneca menggunakan adenovirus atau virus adeno hidup yang telah dimodifikasi sebagai 'pengirim' protein khusus.
Vaksin lainnya adalah Moderna dan Pfizer yang sama-sama berplatform mRNA atau messenger RNA. Vaksin mRNA merupakan jenis vaksin baru.
"Jadi maksudnya jenis vaksin homolog atau heterolog adalah platformnya sama atau berbeda, bukan mereknya," katanya.