Kasus Covid-19 di DKI Jakarta Memulai Tren Penurunan, Daerah Lain Menanjak

Pemerintah mencatat peningkatan kasus Covid-19 di DIY, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Antara/Reno Esnir
Warga berwisata di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (12/2/2022). Menurut pemerintah, penularan kasus Covid-19 di DKI Jakarta memulai tren penurunan pada pekan kedua Februari 2022.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Dian Fath Risalah, Arie Lukihardianti, Bayu Adji P, Fauziah Mursid

Pemerintah hari ini menyatakan, bahwa DKI Jakarta telah melewati puncak penularan kasus Covid-19 yang saat ini didominasi oleh varian Omicron. Namun, pemerintah mencatat terjadinya peningkatan kasus di daerah lain, yakni DIY, Jawa Timur, dan juga Jawa Barat.

 

“Berita positifnya, tren kasus di DKI Jakarta menunjukan tanda-tanda mulai melewati puncaknya. Baik kasus harian, kasus aktif, maupun rawat inap mulai menunjukan penurunan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM bersama Presiden, Senin (14/2).

 

Luhut menegaskan, pemerintah tak menganggap enteng perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini. Namun berdasarkan data yang ada, ia meminta masyarakat agar tak takut terhadap varian Omicron secara berlebihan.

“Tetap kita harus super hati-hati menghadapi perilaku dari Omicron ini yang masih banyak juga yang belum kita tidak tahu,” ungkapnya.

Ia memaparkan, angka BOR yang dipublikasikan oleh pemerintah saat ini belum mencerminkan kapasitas maksimum. Menurut Luhut, jika dibandingkan dengan kapasitas maksimum tempat tidur pada saat puncak Delta tahun lalu, BOR saat ini masih jauh lebih rendah.

“Misalnya, tempat tidur yang disiapkan di Jawa Bali hari ini hanya sekitar 55 ribu. Di mana terisi 21 ribu tempat tidur, sehingga terlihat BOR saat ini di angka 39 persen. Bila menggunakan kapasitas maksimal di angka 87 ribu tempat tidur seperti saat Delta, maka BOR hari ini di Jawa Bali hanya terisi 25 persen saja,” jelas Luhut.

 

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan sudah ada enam provinsi yang kasus Covid-19 sudah melampaui saat puncak varian Delta pada Juli 2021. Keenam provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.

Setelah melewati puncak kasus, Budi meyakini, kasus harian Covid-19 di DKI akan segera melandai. Masyarakat pun diminta tak perlu khawatir.

"DKI kemungkinan besar kami mengamati bahwa minggu ini akan sampai puncaknya dan akan mulai bergerak turun dan rumah sakitnya berhenti di level 40-50 persen dibandingkan dengan puncak Delta," kata Budi dalam konferensi pers secara daring (14/2/2022).

Penyebab akan melandainya kasus lantaran jumlah keterisian tempat tidur di enam provinsi tersebut hanya berkisar 30 persen jika dibandingkan saat puncak varian Delta. Setelah enam provinsi tersebut mencapai puncak kasus, barulah nanti dan akan bergeser ke provinsi-provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan di luar Jawa.

Pada Ahad (13/2/2022) kasus harian Covid-19 berada di posisi 44.526 turun 10.683 dari posisi Sabtu (12/2/2022) di angka 55.209. Ini merupakan pertama kalinya kasus konfirmasi nasional turun semenjak Indonesia menyatakan masuk dominasi penyebaran varian Omicron akhir Januari 2022 lalu.

 

 

 

Salah satu provinsi yang sedanga mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 adalah Jawa Barat (Jabar). Pemprov Jabar pun menambah ketersediaan tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19 sebanyak 9.907, lantaran tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) yang meningkat. 

Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jabar, hingga 13 Februari 2022, BOR rumah sakit meningkat hingga 44,67 persen. Namun sampai saat ini, menurut Ketua Harian Satgas Covid-19 19 Jabar Dewi Sartika, persentase itu masih di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 60 persen. 

"Namun kita tetap harus waspada meskipun masih di bawah batas maksimal WHO, 60 persen. Kita tetap mengimbau masyarakat yang terkena dan bergejala ringan supaya melakukan isolasi mandiri di rumah atau di tempat isolasi terpadu yang ada di wilayah dengan pantauan puskesmas setempat," ujar Dewi Sartika, di Kota Bandung, Senin (14/2/2022). 

Dewi mengatakan, Pemprov Jabar sudah melakukan berbagai langkah antisipasi, salah satunya dengan menjamin ketersediaan tempat tidur (TT) rumah sakit untuk pasien Covid-19 total sebanyak 9.907, yang sejauh ini sudah terisi 4.425 tempat tidur. 

"Jumlah 9.907 itu sudah mengalami penambahan sebanyak 164 tempat tidur, juga tentunya dengan semua fasilitas penunjang, termasuk ketersediaan oksigen. Namun yang kita harapkan tentu saja segala fasilitas yang kita siapkan, semoga saja tidak terpakai (karena penanganan terkendali)," paparnya. 

 

Daerah di Jabar yang mengalami peningkatan kasus Covid-19 di antaranya adalah Kabupaten Pangandaran. Padahal, dalam beberapa bulan berselang tak ditemukan kasus positif di daerah itu. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran, Yadi Sukmayadi, mengatakan, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di daerahnya kali pertama ditemukan pada 3 Februari 2022. Ketika itu, warga Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 setelah pergi ke Bandung.  

Dua hari berselang, ditemukan lagi kasus di Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran. "Setelah itu, baru ditemukan mennyebar. Hampir di seluruh kecamatan ada," kata dia, Senin (14/2/2022).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran hingga 13 Februari 2022, total kasus positif Covid-19 di daerah itu berjumlah 79 kasus. Sebanyak enam orang menjalani isolasi di rumah sakit dan 73 orang isolasi mandiri.  

Meski kasus Covid-19 di Kabupaten Pangandaran meningkat, menurut Yadi, hingga saat ini belum bisa dipastikan keberadaan varian omicron di daerah itu. Ia mengatakan, pihaknya sempat mengirim sejumlah sampel untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) ke laboratorium yang ada di provinsi. Namun hasilnya, pasien Covid-19 di Kabupaten Pangandaran tidak terpapar varian omicron. 

"Kami juga lebih sulit mendeteksi, karena sekarang banyak yang tanpa gejala," ujar dia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Koordinator PPKM Luar Jawa Bali mengatakan pemerintah terus memonitor peningkatan kasus di luar Jawa-Bali dalam beberapa minggu ke depan. Ini karena kasus luar Jawa-Bali lebih lambat dibandingkan Jawa-Bali yang saat ini kasusnya sedang melonjak.

"Tentu kita melihat sejak 24 Januari sudah mulai terjadi lonjakan, kita akan memonitor 2-3 minggu ke depan yg kemungkinan angkanya akan meningkat lagi. Karena seperti kita ketahui luar Jawa Bali biasanya lagging atau lebih lambat dari Jawa-Bali," ujar Airlangga dalam konferensi persnya usai rapat terbatas, Senin (14/2).

Airlangga mengatakan, meski kasus luar Jawa Bali meningkat tetapi angkanya relatif masih rendah yaitu 13,9 persen dari kasus nasional.

Ia mengungkap, kasus harian dan perawatan  rumah sakit mengalami peningkatan di 10 provinsi. Kemudian, dari 15 kab kota di luar Jawa bali, meskipun kasus masih lebih tinggi saat varian Delta, namun angka perawatan rumah relatif lebih rendah atau pada situasi yang lebih terkendali.

"Terkait dengan BOR Covid di rumah sakit dan isoter (isolasi terpusat) ini rasionya masih relatif rendah yaitu 30,52 persen, untuk bor seluruh provinsi luar Jawa Bali itu kurang dari 20 persen kecuali Sumatera Selatan 30 persen, Papua barat 25 persen, Kalsel 23 persen, Sulut 23 persen dan Bengkulu 21 persen," katanya.

Sementara untuk di NTB, saat ini kasus hariannya sudah melampaui saat varian Delta yaitu 549 kasus. Namun, angka  rumah sakitnya masih lebih rendah yaitu 273. Padahal, saat Delta rumah sakitnya bisa mencapai 820.

"Demikian pula di Papua yang kasusnya sudah 615, namun di rumah sakitnya masih 119, pada saat Delta yang lalu bisa mencapai 618," katanya.

Sedangkan untuk isolasi terpusat di luar Jawa-Bali juga saat ini masih terkendali di level 2,88 persen. Kendati demikian, ia meminta pemerintah daerah menyiapkan penambahan jumlah dua sampai tiga kali.

"Dalam beberapa rapat beberapa waktu yang lalu, yaitu dibandingkan lonjakan Delta yaitu antara 69.000 sampai 91.000 tempat tidur sebagai langkah mitigasi di luar Jawa-Bali," katanya.

 

Lokasi Isoter DKI Jakarta - (Republika)

 

 
Berita Terpopuler